Hantu Stagflasi Bangkit Lagi? Ini Penyebab dan Dampaknya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pertumbuhan lemah, inflasi tinggi, itulah stagflasi . Dunia sedang bergulat dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang sangat curam disertai naiknya harga-harga. Jadi, apakah kita sedang mengalami stagflasi?
Stagflasi merupakan kondisi di mana inflasi dan kontraksi ekonomi terjadi secara bersamaan. Mengutip laman resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) , inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu.
Sedangkan stagflasi berasal dari kata stagnan dan inflasi, diartikan sebagai pertumbuhan ekonomi yang terus melambat disertai dengan kenaikan harga secara terus-menerus.
“Jadi stag- merujuk pada stagnansi. Jadi kita berbicara tentang pertumbuhan ekonomi yang melambat, dan kemudian -flasi adalah untuk inflasi, harga naik,” terang Project Coordinator pada Development Data Group Bank Dunia Raka Banerjee saat berbincang di The Development Podcast edisi 21 Juli, dikutip dari laman worldbank.org, Senin (31/10/2022).
“Dan pada dasarnya ketika Anda menyatukan keduanya, pertumbuhan yang melambat dikombinasikan dengan kenaikan harga, Anda mengalami stagflasi,” imbuh dia.
Belum lama ini, Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional atau IMF mengingatkan akan meningkatnya potensi risiko resesi. Kedua lembaga keuangan internasional pun kompak memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2023 menjadi 2,7% (IMF) dan 1,9% (Bank Dunia).
Bank Dunia menyebut perlambatan dalam kegiatan ekonomi saat ini merupakan yang paling tajam dalam 80 tahun terakhir.
Terkait inflasi, lembaga bermarkas di Washington DC Amerika Serikat (AS) itu juga memperkirakan inflasi global bakal memuncak tahun ini, sebelum akhirnya turun ke kisaran 4-5% di 2023.
Sebagai catatan pada April 2022 lalu inflasi global berada di angka 7,8% dan mencapai 9,4% di sejumlah negara berkembang dan ekonomi berkembang.
“Itu yang tertinggi sejak 2008. Dan jika Anda melihat ekonomi (negara) maju, ini adalah yang tertinggi yang pernah kita lihat sejak 1982,” ungkap Raka.
Stagflasi merupakan kondisi di mana inflasi dan kontraksi ekonomi terjadi secara bersamaan. Mengutip laman resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) , inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu.
Sedangkan stagflasi berasal dari kata stagnan dan inflasi, diartikan sebagai pertumbuhan ekonomi yang terus melambat disertai dengan kenaikan harga secara terus-menerus.
“Jadi stag- merujuk pada stagnansi. Jadi kita berbicara tentang pertumbuhan ekonomi yang melambat, dan kemudian -flasi adalah untuk inflasi, harga naik,” terang Project Coordinator pada Development Data Group Bank Dunia Raka Banerjee saat berbincang di The Development Podcast edisi 21 Juli, dikutip dari laman worldbank.org, Senin (31/10/2022).
“Dan pada dasarnya ketika Anda menyatukan keduanya, pertumbuhan yang melambat dikombinasikan dengan kenaikan harga, Anda mengalami stagflasi,” imbuh dia.
Belum lama ini, Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional atau IMF mengingatkan akan meningkatnya potensi risiko resesi. Kedua lembaga keuangan internasional pun kompak memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2023 menjadi 2,7% (IMF) dan 1,9% (Bank Dunia).
Bank Dunia menyebut perlambatan dalam kegiatan ekonomi saat ini merupakan yang paling tajam dalam 80 tahun terakhir.
Terkait inflasi, lembaga bermarkas di Washington DC Amerika Serikat (AS) itu juga memperkirakan inflasi global bakal memuncak tahun ini, sebelum akhirnya turun ke kisaran 4-5% di 2023.
Sebagai catatan pada April 2022 lalu inflasi global berada di angka 7,8% dan mencapai 9,4% di sejumlah negara berkembang dan ekonomi berkembang.
“Itu yang tertinggi sejak 2008. Dan jika Anda melihat ekonomi (negara) maju, ini adalah yang tertinggi yang pernah kita lihat sejak 1982,” ungkap Raka.