Hantu Stagflasi Bangkit Lagi? Ini Penyebab dan Dampaknya

Senin, 31 Oktober 2022 - 07:47 WIB
loading...
A A A
Penyebab Stagflasi
Seperti hantu lama yang bangkit dari masa lalu, stagflasi kembali menghantui saat ini. Terkait penyebabnya, meskipun tidak persis sama dengan stagflasi tahun 1970-an, terdapat kemiripan dalam hal ekonomi yang menukik tajam ke bawah, inflasi yang meroket, serta krisis pasokan.

Sebagaimana diketahui, perang Rusia-Ukraina telah menambah kerusakan ekonomi yang ditinggalkan oleh pandemi Covid-19 dan menarik lebih keras pada jeda pertumbuhan ekonomi.

Perang menyebabkan dunia gonjang-ganjing, salah satunya terkait ancaman krisis pangan dan energi sehubungan gangguan rantai pasok. Belum lagi harga komoditas seperti minyak mentah yang melejit dan sejumlah embargo. Lonjakan biaya bahan baku menyebabkan inflasi dan membuat orang kekurangan uang untuk dibelanjakan.

“Jadi jika Anda menggabungkan efek rebound pandemi dan perang, kenaikan dua tahun harga energi dan harga pangan, benar-benar sangat, sangat besar. Sebagai perbandingan, ini adalah kenaikan dua tahun terbesar dalam harga energi sejak tahun 1970-an dan kenaikan harga pangan dua tahun terbesar kedua,” ujar Franziska Ohnsorge, Manager of the Prospects Group Bank Dunia, dalam diskusi podcast yang sama.

Tak hanya itu, stagflasi ini juga bisa disebabkan oleh tatanan kebijakan ekonomi yang buruk. Contohnya manakala pemerintah membuat kebijakan yang merugikan industri, regulasi barang, pasar, dan tenaga kerja yang tidak baik akan membuat produksi terhambat, membiarkan uang beredar terlalu cepat, dan imbasnya harga barang meroket.

Ditambah dengan adanya pelemahan laju ekonomi di waktu bersamaan akan menimbulkan bencana yang lebih besar dari sekedar resesi maupun inflasi.



Dampak Stagflasi
Stagflasi tidak bisa ditentukan oleh ambang batas tertentu dan saat ini juga belum ada otoritas ekonomi tunggal yang secara resmi menyatakan apakah stagflasi telah terjadi, tidak seperti periode resesi.

Meski begitu, tanda-tandanya bisa dicermati dari tingginya angka pengangguran, ekonomi yang melemah, dan naiknya harga-harga barang.

Risiko stagflasi meningkat dengan konsekuensi yang berpotensi berbahaya bagi ekonomi berpenghasilan menengah dan rendah.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1691 seconds (0.1#10.140)