5 Negara yang Paling Bergantung pada Laut China Selatan
loading...
A
A
A
"Meskipun Singapura bukan penuntut fitur maritim Laut China Selatan manapun, mereka duduk di jalur komunikasi laut (sea lanes of communication – SLOCs) yang paling kritis – Selat Singapura, dan awal selat Malaka," ungkap Charlie A. Brown, pakar dan konsultan kesadaran ranah maritim regional.
Negara kecil di Asia Tenggara itu sangat bergantung pada perdagangan bebas yang melewati negara mereka dan perairan yang berdekatan dengannya.
"Kepemimpinan Singapura jelas bahwa mereka adalah negara yang secara eksistensial bergantung pada laut bebas dan tatanan berbasis aturan. Tanpa itu, tempat-tempat seperti Singapura berada dalam banyak masalah," paparnya.
3. Indonesia
Selat Sunda dan Lombok di Indonesia, bersama dengan Selat Malaka dan Singapura, adalah pintu gerbang utama ke Laut China Selatan. Kepulauan Natuna di Indonesia tumpang tindih dengan sembilan garis putus-putus China — serangkaian garis pada peta yang menyertai klaim teritorial China.
"Indonesia sangat bergantung pada sumber daya dari Laut Natuna Utara (di Laut China Selatan)," kata Brown seraya menambahkan bahwa transit lalu lintas komersial cukup signifikan di perairan itu.
"Meskipun Indonesia menyatakan tidak ada sengketa teritorial dengan China, itu adalah klaim retoris yang bertentangan dengan yang sebenarnya," tambahnya.
Herzinger menyoroti bahwa, seperti negara-negara penggugat lainnya, populasi Indonesia yang berjumlah 280 juta sangat bergantung pada ketahanan pangan dari ikan. Kerawanan pangan di Laut China Selatan dapat dengan cepat menjadi ketidakstabilan nasional di Asia Tenggara, kata Herzinger.
"Salah satu aspek yang kurang dihargai adalah semua larangan penangkapan ikan musiman oleh patroli China dan di Laut China Timur," katanya.
"Meskipun mereka mengklaim lebih dari setengah Laut China Selatan, China telah mendorong negara-negara penggugat seperti Vietnam keluar dari perairan penangkapan ikan tradisional dan lebih banyak lagi ke Laut China Selatan, menyebabkan penangkapan ikan yang berlebihan."
Negara kecil di Asia Tenggara itu sangat bergantung pada perdagangan bebas yang melewati negara mereka dan perairan yang berdekatan dengannya.
"Kepemimpinan Singapura jelas bahwa mereka adalah negara yang secara eksistensial bergantung pada laut bebas dan tatanan berbasis aturan. Tanpa itu, tempat-tempat seperti Singapura berada dalam banyak masalah," paparnya.
3. Indonesia
Selat Sunda dan Lombok di Indonesia, bersama dengan Selat Malaka dan Singapura, adalah pintu gerbang utama ke Laut China Selatan. Kepulauan Natuna di Indonesia tumpang tindih dengan sembilan garis putus-putus China — serangkaian garis pada peta yang menyertai klaim teritorial China.
"Indonesia sangat bergantung pada sumber daya dari Laut Natuna Utara (di Laut China Selatan)," kata Brown seraya menambahkan bahwa transit lalu lintas komersial cukup signifikan di perairan itu.
"Meskipun Indonesia menyatakan tidak ada sengketa teritorial dengan China, itu adalah klaim retoris yang bertentangan dengan yang sebenarnya," tambahnya.
Herzinger menyoroti bahwa, seperti negara-negara penggugat lainnya, populasi Indonesia yang berjumlah 280 juta sangat bergantung pada ketahanan pangan dari ikan. Kerawanan pangan di Laut China Selatan dapat dengan cepat menjadi ketidakstabilan nasional di Asia Tenggara, kata Herzinger.
"Salah satu aspek yang kurang dihargai adalah semua larangan penangkapan ikan musiman oleh patroli China dan di Laut China Timur," katanya.
"Meskipun mereka mengklaim lebih dari setengah Laut China Selatan, China telah mendorong negara-negara penggugat seperti Vietnam keluar dari perairan penangkapan ikan tradisional dan lebih banyak lagi ke Laut China Selatan, menyebabkan penangkapan ikan yang berlebihan."