APBN Defisit Rp169,5 Triliun di Oktober, Aman atau Mengkhawatirkan?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Setelah surplus sembilan bulan beruntun, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada bulan Oktober 2022 mengalami defisit Rp169,5 triliun.
Angka tersebut setara 0,91% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau terhadap defisit total sebesar Rp439,9 triliun. Surplus anggaran hingga Sembilan bulan berturut-turut ini baru pertama kali ditorehkan APBN.
Terkait hal ini, Ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky menyatakan bahwa defisit APBN tersebut tidak terlalu mengkhawatirkan.
"Setelah APBN surplus beberapa periode, tidak ada yang terlalu mengkhawatirkan," ujarnya kepada MNC Portal Indonesia (MPI) di Jakarta, Jumat (25/11/2022).
Menurut dia, memang ada beberapa kewajiban dan pos pembayaran yang baru jatuh tempo pada periode ini. "Misalnya beberapa pelunasan kompensasi atau subsidi, ini yang jatuh tempo dan kemudian membuat APBN menjadi defisit," tuturnya.
Selain itu, dia juga menyoroti soal porsi dari komoditas yang tidak sebesar sebelumnya.Jika dilihat defisitnya, menurut Teuku, ini masih dalam target pemerintah dan juga masih cukup rendah.
"Ini bukanlah sesuatu hal yang mengkhawatirkan, dan kalau kita lihat juga, tahun anggaran 2022 ini sudah hampir berakhir, dilihat dari target pemerintah ini masih 'within the target' dan masih sangat baik," tutup Teuku.
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan APBN saat ini dalam kondisi sehat meskipun pada Oktober lalu mengalami defisit.
Menurut Sri, defisit Rp169,5 triliun atau 0,91% PDB tersebut masih jauh di bawah batas defisit pada Perpres 98/2022 yaitu 4,5% terhadap PDB.
"Dengan kondisi ini, kita masih optimis, namun tetap harus mencermati tren global untuk bisa merumuskan langkah-langkah menjaga ekonomi kita yang sedang baik ini,” ujar mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu.
Angka tersebut setara 0,91% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau terhadap defisit total sebesar Rp439,9 triliun. Surplus anggaran hingga Sembilan bulan berturut-turut ini baru pertama kali ditorehkan APBN.
Terkait hal ini, Ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky menyatakan bahwa defisit APBN tersebut tidak terlalu mengkhawatirkan.
"Setelah APBN surplus beberapa periode, tidak ada yang terlalu mengkhawatirkan," ujarnya kepada MNC Portal Indonesia (MPI) di Jakarta, Jumat (25/11/2022).
Menurut dia, memang ada beberapa kewajiban dan pos pembayaran yang baru jatuh tempo pada periode ini. "Misalnya beberapa pelunasan kompensasi atau subsidi, ini yang jatuh tempo dan kemudian membuat APBN menjadi defisit," tuturnya.
Selain itu, dia juga menyoroti soal porsi dari komoditas yang tidak sebesar sebelumnya.Jika dilihat defisitnya, menurut Teuku, ini masih dalam target pemerintah dan juga masih cukup rendah.
"Ini bukanlah sesuatu hal yang mengkhawatirkan, dan kalau kita lihat juga, tahun anggaran 2022 ini sudah hampir berakhir, dilihat dari target pemerintah ini masih 'within the target' dan masih sangat baik," tutup Teuku.
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan APBN saat ini dalam kondisi sehat meskipun pada Oktober lalu mengalami defisit.
Menurut Sri, defisit Rp169,5 triliun atau 0,91% PDB tersebut masih jauh di bawah batas defisit pada Perpres 98/2022 yaitu 4,5% terhadap PDB.
"Dengan kondisi ini, kita masih optimis, namun tetap harus mencermati tren global untuk bisa merumuskan langkah-langkah menjaga ekonomi kita yang sedang baik ini,” ujar mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu.
(ind)