Tak Hanya Reflasi, OJK Ungkap Ancaman Badai Sempurna Tahun Depan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan tantangan ekonomi global dan domestik yang perlu diwaspadai tahun depan. Tidak hanya reflasi tinggi tapi juga berbagai masalah ketidakpastian baru yang disebut sebagai The Perfect Storm.
"Ketidakpastian geopolitik masih berpotensi meningkatkan volatilitas pasar. Terlebih krisis keuangan, pangan, dan energi global, serta inflasi global meningkatkan risiko dan ancaman resesi, bahkan stagflasi," ujar Ketua DK OJK Mahendra Siregar dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin (28/11/2022).
Baca Juga: OJK Perpanjang Restrukturisasi Kredit hingga Maret 2023, Ini Rinciannya
Menurut dia dari sisi global terjadi deglobalisasi, di mana rantai pasok dan sistem logistik dunia juga mengalami disrupsi hebat. Kontraksi likuiditas global saat ini, sebut dia, berpotensi memicu terjadinya tekanan di sektor keuangan. "Juga ada ancaman meluasnya perang terbuka dan proxy war," ungkapnya.
Sementara itu, beberapa tantangan domestik pun juga disorot, yang pertama adalah penurunan permintaan global dan volatilitas harga komoditas. Kemudian, kontraksi likuiditas global memengaruhi risiko pasar, termasuk risiko mismatch likuiditas lembaga jasa keuangan (LJK).
"Kenaikan biaya dana juga berpotensi mempengaruhi kinerja investasi dan tingkat konsumsi, ditambah scarring effect pandemi terhadap sektor tertentu," kata dia.
Tak berhenti di situ, Indonesia juga masih akan menghadapi tantangan perubahan iklim dan transisi energi. "Dalam digitalisasi sektor keuangan juga masih ada tantangan, termasuk risiko serangan siber," jelas Mahendra.
"Ketidakpastian geopolitik masih berpotensi meningkatkan volatilitas pasar. Terlebih krisis keuangan, pangan, dan energi global, serta inflasi global meningkatkan risiko dan ancaman resesi, bahkan stagflasi," ujar Ketua DK OJK Mahendra Siregar dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin (28/11/2022).
Baca Juga: OJK Perpanjang Restrukturisasi Kredit hingga Maret 2023, Ini Rinciannya
Menurut dia dari sisi global terjadi deglobalisasi, di mana rantai pasok dan sistem logistik dunia juga mengalami disrupsi hebat. Kontraksi likuiditas global saat ini, sebut dia, berpotensi memicu terjadinya tekanan di sektor keuangan. "Juga ada ancaman meluasnya perang terbuka dan proxy war," ungkapnya.
Sementara itu, beberapa tantangan domestik pun juga disorot, yang pertama adalah penurunan permintaan global dan volatilitas harga komoditas. Kemudian, kontraksi likuiditas global memengaruhi risiko pasar, termasuk risiko mismatch likuiditas lembaga jasa keuangan (LJK).
"Kenaikan biaya dana juga berpotensi mempengaruhi kinerja investasi dan tingkat konsumsi, ditambah scarring effect pandemi terhadap sektor tertentu," kata dia.
Tak berhenti di situ, Indonesia juga masih akan menghadapi tantangan perubahan iklim dan transisi energi. "Dalam digitalisasi sektor keuangan juga masih ada tantangan, termasuk risiko serangan siber," jelas Mahendra.
(nng)