Waduh! Pulihnya Permintaan China dan Kenaikan Dolar Bisa Didihkan Harga Minyak

JAKARTA - Harga minyak mentah menguat pagi ini, Jumat (16/12/2022), setelah tertekan hampir 2% di sesi sebelumnya lantaran katalis laju suku bunga The Fed. Akhir pekan ini, pasar tampak semringah merespons serangkaian proyeksi permintaan global.



Data perdagangan hingga pukul 09:26 WIB di Intercontinental Exchange (ICE) menunjukkan minyak mentah berjangka Brent naik 0,28% di level USD81,41 per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Februari di New York Mercantile Exchange menguat 0,18% di USD76,29 per barel.

Sepanjang pekan ini, pasar minyak mendapat dukungan positif dari Badan Energi Internasional (IEA) tentang proyeksi permintaan minyak China yang pulih pada tahun depan setelah mengalami kontraksi pada 2022. Badan tersebut menaikkan estimasi pertumbuhan permintaan minyak negara beribu kota Beijing itu pada 2023 menjadi 1,7 juta barel per hari.

Dari timur tengah, organisasi negara pengekspor minyak bumi atau OPEC pada Selasa kemarin (13/12/2022) mempertahankan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global sebesar 2,55 juta barel per hari tahun ini dan 2,25 juta barel per hari pada tahun 2023.

Kendati optimistis, sinyal bearish datang dari sentimen laju suku bunga The Fed yang mengindikasikan akan kembali mengerek suku bunga lebih lanjut tahun depan. Suku bunga yang tinggi berpotensi membawa ekonomi negeri Paman Sam masuk jurang resesi, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (16/12/2022).

Pada Kamis kemarin (15/12/2022), Bank of England dan Bank Sentral Eropa juga menaikkan suku bunga demi melawan musuh bersama mereka, inflasi. Kenaikan suku bunga bank-bank sentral dunia mendorong permintaan terhadap dolar.



Apabila dolar diperdagangkan lebih tinggi, maka akan membuat harga minyak lebih mahal bagi mereka yang menggunakan mata uang lainnya.