Ekspor Minyak Iran Menutup 2022 di Level Tertinggi Tanpa Kesepakatan Nuklir

Senin, 16 Januari 2023 - 07:38 WIB
loading...
Ekspor Minyak Iran Menutup...
Ekspor minyak Iran mencapai level tertinggi dalam dua bulan terakhir di tahun 2022 untuk menjadi awal yang baik memasuki 2023, meskipun ada sanksi Amerika Serikat (AS) dan tanpa perjanjian nuklir. Foto/Dok Reuters
A A A
TEHERAN - Ekspor minyak Iran mencapai level tertinggi dalam dua bulan terakhir di tahun 2022 untuk menjadi awal yang baik memasuki 2023, meskipun ada sanksi Amerika Serikat (AS). Hal ini berdasarkan data perusahaan yang melacak arus minyak Iran disebutkan, ada permintaan tinggi ke China dan Venezuela.



Ekspor minyak Teheran seperti diketahui telah dibatasi sejak Mantan Presiden AS Donald Trump pada 2018 keluar dari kesepakatan nuklir 2015. Lalu menerapkan kembali sanksi yang bertujuan membatasi ekspor minyak dan pendapatan terkait dengan pemerintah Iran.

Sementara itu ekspor telah meningkat selama masa jabatan Presiden Joe Biden, yang telah berusaha untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir, dan diperkirakan mencapai level tertinggi sejak 2019. Ini terjadi meskipun ada hambatan seperti terhentinya pembicaraan dan persaingan dari minyak mentah Rusia yang dijual dengan harga diskon.



Konsultan energi SVB International mengatakan, ekspor minyak mentah Iran pada Desember rata-rata mencapai 1,137 juta barel per hari, atau naik 42.000 bpd dari November. Angka itu menjadi yang tertinggi pada 2022, berdasarkan perkiraan dari laporan SVB.

"Dibandingkan dengan pemerintahan Trump, belum ada tindakan keras dan serius terhadap ekspor minyak Iran," kata Sara Vakhshouri dari SVB.

"Ekspor Januari sejauh ini cukup kuat seperti bulan-bulan sebelumnya. Permintaan China yang lebih rendah dan pasokan Rusia ke China telah menjadi tantangan besar bagi mereka. Sebagian besar minyaknya masih pergi ke Timur Jauh, hingga akhirnya China. Iran juga membantu Venezuela dengan mengekspor minyaknya," jelasnya.

Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional di Gedung Putih, Adrienne Watson mengatakan, penegakan sanksi oleh pemerintah sangat kuat, dan angka ekonomi makro Iran jelas menunjukkan hal ini.

"Kami belum dan tidak akan ragu untuk mengambil tindakan terhadap penghindaran sanksi, bersama dengan sanksi terhadap perdagangan rudal dan drone Iran, dan pelanggaran hak asasi manusia terhadap rakyat Iran," kata Watson.

Departemen Keuangan menjatuhkan sanksi pada akhir tahun lalu pada penyelundupan minyak yang terkait dengan Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC).

Konsultan Petro-Logistics, yang melacak pasokan minyak mengatakan, pihaknya juga melihat tren kenaikan ekspor minyak mentah Iran yang dalam pandangannya di bulan Desember 2022mmencapai level tertinggi sejak Maret 2019.

Kpler, sebuah perusahaan intelijen data, menempatkan ekspor minyak mentah Iran pada 1,23 juta bpd pada November, tertinggi sejak Agustus 2022 dan hampir setara dengan tingkatan di bulan April 2019 sebesar 1,27 juta bpd. Meski sempat tergelincir menjadi hanya di bawah 1 juta bpd pada Desember.

Kementerian perminyakan Iran tidak menanggapi permintaan komentar tentang ekspor tersebut, seperti dikutip dari CNBC. Rancangan anggaran negara Iran didasarkan pada pengiriman yang lebih tinggi sebesar 1,4 juta bpd, menurut kantor berita Fars dalam laporan minggu ini.

China adalah pelanggan terbesar Iran. Untuk menghindari sanksi, sebagian besar ekspor minyak mentah Iran ke China diganti namanya menjadi minyak mentah dari negara lain, menurut analis termasuk FGE. Iran di masa lalu mengatakan, dokumen telah dipalsukan untuk menyembunyikan asal usul kargo Iran.

Selain itu, Iran tahun lalu memperluas perannya di Venezuela, juga di bawah sanksi AS, mengirimkan pasokan minyak untuk penyulingan dan pengencer sehingga menghasilkan minyak mentah yang dapat diekspor.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Hidupkan Kembali Ladang...
Hidupkan Kembali Ladang Minyak yang Mati 10 Tahun, Libya Raup Pendapatan Rp86,8 T
AS Menyodok Masuk 5...
AS Menyodok Masuk 5 Besar Penjual Minyak Terbesar ke India, Nomor 1 Masih Rusia
Eropa Berondong Sanksi...
Eropa Berondong Sanksi Baru ke Rusia, Minyak Kembali Jadi Sasaran
Arahan Prabowo: Minyak...
Arahan Prabowo: Minyak Mentah Bagian Negara Diolah di Dalam Negeri
Harga Naik Empat Minggu...
Harga Naik Empat Minggu Berturut-turut, Ekspor Minyak Rusia dalam Bahaya?
5 Negara dengan Tarif...
5 Negara dengan Tarif Listrik Termurah di Dunia, Tak Capai Rp100 per kWh
Korban Trump 6 Tahun...
Korban Trump 6 Tahun Lalu, Minyak Iran Terdampar di China Senilai Rp28 Triliun
Sanksi AS Mengganggu...
Sanksi AS Mengganggu Aliran Minyak Mentah Iran ke China
Geger Pasokan Minyak,...
Geger Pasokan Minyak, Uni Eropa Gagal Sepakati Sanksi Baru ke Rusia
Rekomendasi
Jelang Penutupan, 205.690...
Jelang Penutupan, 205.690 Jemaah Reguler Telah Lunasi Biaya Haji
Brand Lokal untuk Pengguna...
Brand Lokal untuk Pengguna iPhone, Apply Hadirkan Aksesori Bergaransi 3 Tahun
Versi Rusia, Serangan...
Versi Rusia, Serangan Rudalnya di Sumy Tewaskan 60 Komandan Ukraina dan NATO
Berita Terkini
Harga Emas Malas Bergerak...
Harga Emas Malas Bergerak Dibanderol Rp1.896.000/Gram, Berikut Rincian Lengkapnya
5 menit yang lalu
Tetangga Indonesia Menolak...
Tetangga Indonesia Menolak Tawaran China untuk Gandengan Tangan Melawan Tarif AS
1 jam yang lalu
China Setop Ekspor Logam...
China Setop Ekspor Logam Tanah Jarang dan Mineral Kritis Gegara Tarif Baru Trump
3 jam yang lalu
Potensi Panas Bumi Indonesia...
Potensi Panas Bumi Indonesia Terbesar Kedua di Dunia, Penopang Transisi Energi
10 jam yang lalu
Awas! Tarif Baru Trump...
Awas! Tarif Baru Trump Bisa Mengancam Penerimaan Pajak
11 jam yang lalu
10 Tahun Sudah Midiatama...
10 Tahun Sudah Midiatama Academy Mendorong Transformasi Budaya K3 di Indonesia
11 jam yang lalu
Infografis
Sepasang Pesawat Pengebom...
Sepasang Pesawat Pengebom Nuklir AS Berkeliaran di Timur Tengah
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved