Defisit APBN Terendah Sejak 2015 Capai Rp287,9 Triliun
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar Rp287,9 triliun atau sekitar 1,95% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Capaian ini menjadi yang terendah sejak 2015 yang saat itu defisit hingga Rp325,2 triliun.
(Baca Juga: Sri Mulyani Ungkap Empat Kunci RI Hindari Jebakan Middle Income
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, pada 2014 defisit APBN sebesar Rp220,2 triliun, kemudian naik menjadi Rp325,2 triliun di 2015, sedangkan 2016 sebesar Rp 321,9 triliun dan 2017 sebesar Rp349,6 triliun. Sedangkan di tahun 2018, defisit APBN menurun.
"Jadi hingga November 2018 Rp287,9 triliun. Karena pendapatan negara growth-nya lebih tinggi. Ini menyebabkan defisit menurun drastis. Jadi 1,95% dari PDB, ini pencapaian yang luar biasa,” ujar Sri Mulyani dalam forum AIFED yang mengambil tema “Building for the Future: Strengthening Economic Transformation in Facing Forward Global Evolution” di Nusa Dua, Bali, Kamis (6/12/2018).
Lebih lanjut, Ia memperkirakan defisit APBN tahun ini akan terus turun, yaitu di kisaran 1,86%-1,87%. Sedangkan keseimbangan primer sepanjang 2018 diprediksi hanya Rp15 triliun. "Akhir tahun kemungkinan akan turun di bawah 1,95%. Estimasi kita akan berada di 1,86% hingga 1,87%. Ini adalah hasil yang jauh dari defisit awal ketika dianggarkan sebesar 2,19%," jelasnya.
Selain itu, menurut mantan Direktur Bank Dunia ini keseimbangan primer hingga akhir November 2018 tercatat Rp36,8 triliun atau menjadi yang terendah sejak 2013. Keseimbangan primer pun secara nominal maupun rasio terhadap PDB, menunjukkan perbaikan sejak 2013. "Primary balance ini lebih baik juga, kalau mendekati 0, berarti track record-nya semakin positif, dan menunjukkan fundamental yang kuat dan mengelola APBN yang baik," tandasnya.
(Baca Juga: Sri Mulyani Ungkap Empat Kunci RI Hindari Jebakan Middle Income
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, pada 2014 defisit APBN sebesar Rp220,2 triliun, kemudian naik menjadi Rp325,2 triliun di 2015, sedangkan 2016 sebesar Rp 321,9 triliun dan 2017 sebesar Rp349,6 triliun. Sedangkan di tahun 2018, defisit APBN menurun.
"Jadi hingga November 2018 Rp287,9 triliun. Karena pendapatan negara growth-nya lebih tinggi. Ini menyebabkan defisit menurun drastis. Jadi 1,95% dari PDB, ini pencapaian yang luar biasa,” ujar Sri Mulyani dalam forum AIFED yang mengambil tema “Building for the Future: Strengthening Economic Transformation in Facing Forward Global Evolution” di Nusa Dua, Bali, Kamis (6/12/2018).
Lebih lanjut, Ia memperkirakan defisit APBN tahun ini akan terus turun, yaitu di kisaran 1,86%-1,87%. Sedangkan keseimbangan primer sepanjang 2018 diprediksi hanya Rp15 triliun. "Akhir tahun kemungkinan akan turun di bawah 1,95%. Estimasi kita akan berada di 1,86% hingga 1,87%. Ini adalah hasil yang jauh dari defisit awal ketika dianggarkan sebesar 2,19%," jelasnya.
Selain itu, menurut mantan Direktur Bank Dunia ini keseimbangan primer hingga akhir November 2018 tercatat Rp36,8 triliun atau menjadi yang terendah sejak 2013. Keseimbangan primer pun secara nominal maupun rasio terhadap PDB, menunjukkan perbaikan sejak 2013. "Primary balance ini lebih baik juga, kalau mendekati 0, berarti track record-nya semakin positif, dan menunjukkan fundamental yang kuat dan mengelola APBN yang baik," tandasnya.
(akr)