Terhambat Harga Gas, Transisi Energi Sulit Terwujud
Senin, 09 Oktober 2023 - 14:00 WIB
Sementara, Corporate Secretary PT PLN Energi Primer Indonesia Mamit Setiawan mengungkapkan Kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) ditetapkan dan dievaluasi secara berkala oleh pemerintah dan sangat membantu PLN dalam menurunkan biaya pembangkitan listrik.
"Program gasifikasi dilaksanakan sepanjang harga kontraktual gas/LNG dan biaya infrastruktur lebih rendah daripada harga solar dan biaya logistik. Sehingga apabila PLN mendapatkan HGBT akan semakin meningkatkan nilai tambah program gasifikasi sekaligus menurunkan biaya pembangkitan PLN," ujar Mamit.
Terpisah, pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menjelaskan penyebab harga gas mahal di unit PLTG lantaran adanya praktek oligopoly di sektor tersebut.
"Biaya toll fee sulit diatur karena merasa yang lain butuh, konsumen butuh untuk mendistribusikan gas. Ada semacam oligopoli sehingga dia bisa menetapkan harga seenaknya," tutur Fahmy.
Menurut dia akan berbeda jika pemain di ranah distributor ini banyak, karena mereka bisa bersaing membentuk harga. Hal tersebut, ujar dia, sangat merugikan PLN. Sebab, konsekuensinya perusahaan pelat merah itu harus membeli harga gas mahal, sehingga biaya pokok produksi listrik terus membengkak.
"Harga keekonomiannya jadi mahal. Tapi PLN kan nggak bisa seenaknya menetapkan harga atau tarif listrik karena itu domain pemerintah. Sehingga yang ditanggung itu besar ini bisa membuat PLN rugi dalam penggunaan gas untuk listrik tadi. Mungkin dia masih untung dalam listrik yang berasal dari batubara. Tapi untuk gas di energi bersih jadi mahal. Ini saya kira dilema bagi PLN," tutur Fahmy.
"Program gasifikasi dilaksanakan sepanjang harga kontraktual gas/LNG dan biaya infrastruktur lebih rendah daripada harga solar dan biaya logistik. Sehingga apabila PLN mendapatkan HGBT akan semakin meningkatkan nilai tambah program gasifikasi sekaligus menurunkan biaya pembangkitan PLN," ujar Mamit.
Terpisah, pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menjelaskan penyebab harga gas mahal di unit PLTG lantaran adanya praktek oligopoly di sektor tersebut.
"Biaya toll fee sulit diatur karena merasa yang lain butuh, konsumen butuh untuk mendistribusikan gas. Ada semacam oligopoli sehingga dia bisa menetapkan harga seenaknya," tutur Fahmy.
Baca Juga
Menurut dia akan berbeda jika pemain di ranah distributor ini banyak, karena mereka bisa bersaing membentuk harga. Hal tersebut, ujar dia, sangat merugikan PLN. Sebab, konsekuensinya perusahaan pelat merah itu harus membeli harga gas mahal, sehingga biaya pokok produksi listrik terus membengkak.
"Harga keekonomiannya jadi mahal. Tapi PLN kan nggak bisa seenaknya menetapkan harga atau tarif listrik karena itu domain pemerintah. Sehingga yang ditanggung itu besar ini bisa membuat PLN rugi dalam penggunaan gas untuk listrik tadi. Mungkin dia masih untung dalam listrik yang berasal dari batubara. Tapi untuk gas di energi bersih jadi mahal. Ini saya kira dilema bagi PLN," tutur Fahmy.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda