PBB: Angkutan Kapal Melalui Terusan Suez Anjlok 45%
Senin, 29 Januari 2024 - 09:57 WIB
JAKARTA - Pengiriman barang melalui kapal yang melewati Terusan Suez anjlok sebesar 45% dalam dua bulan sejak serangan pejuang Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah. Serangan tersebut memaksa perusahaan pelayaran mengalihkan pengiriman melalui jalur lain yang dirasa lebih aman.
Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) menyebutkan, krisis ini mengirimkan gelombang kejut pada rantai pasokan global. Kepala Logistik Perdagangan di UNCTAD Jan Hoffmann memperingatkan, biaya pengiriman telah melonjak dan berdampak pada naiknya biaya energi serta makanan yang mengerek risiko inflasi global.
"Kami sangat prihatin. Kami melihat adanya penundaan, biaya yang lebih tinggi, serta emisi gas rumah kaca yang lebih tinggi," ujarnya seperti dilansir Russia Today, Senin (29/1/2024).
Para pemain utama di industri pelayaran untuk sementara waktu berhenti menggunakan Terusan Suez, jalur perdagangan maritim penting yang menghubungkan Laut Mediterania ke Laut Merah dan jalur laut penting untuk energi dan kargo antara Asia dan Eropa.
Kelompom Houthi yang berbasis di Yaman telah melakukan puluhan serangan drone dan rudal di Laut Merah sejak awal perang Israel-Hamas pada bulan Oktober, sebagai tindakan balasan atas serangan brutal Israel di Gaza.
Menurut UNCTAD, 39% lebih sedikit kapal yang melewati terusan tersebut sejak awal Desember, menyebabkan penurunan tonase angkutan sebesar 45%. Hal ini secara signifikan telah mengganggu jalur perdagangan maritim yang sudah tegang.
Hoffmann memperingatkan bahwa sejumlah jalur perdagangan global yang penting menghadapi masalah, tidak hanya akibat serangan di Laut Merah, namun juga karena konflik Ukraina dan rendahnya permukaan air di Terusan Panama.
"Transportasi maritim benar-benar merupakan jalur kehidupan perdagangan global," katanya. "Gangguan ini menggarisbawahi kerentanan mereka terhadap geopolitik, ketegangan, dan perubahan iklim."
Terusan Suez menangani hingga 15% perdagangan global dan sekitar 20% lalu lintas peti kemas. Transit kapal kontainer melalui kanal tersebut turun 67% dibandingkan tahun lalu. Menurut UNCTAD, dampak terhadap gas alam cair adalah yang terbesar, karena pengiriman melalui jalur perdagangan utama telah dihentikan sejak 16 Januari.
Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) menyebutkan, krisis ini mengirimkan gelombang kejut pada rantai pasokan global. Kepala Logistik Perdagangan di UNCTAD Jan Hoffmann memperingatkan, biaya pengiriman telah melonjak dan berdampak pada naiknya biaya energi serta makanan yang mengerek risiko inflasi global.
"Kami sangat prihatin. Kami melihat adanya penundaan, biaya yang lebih tinggi, serta emisi gas rumah kaca yang lebih tinggi," ujarnya seperti dilansir Russia Today, Senin (29/1/2024).
Para pemain utama di industri pelayaran untuk sementara waktu berhenti menggunakan Terusan Suez, jalur perdagangan maritim penting yang menghubungkan Laut Mediterania ke Laut Merah dan jalur laut penting untuk energi dan kargo antara Asia dan Eropa.
Kelompom Houthi yang berbasis di Yaman telah melakukan puluhan serangan drone dan rudal di Laut Merah sejak awal perang Israel-Hamas pada bulan Oktober, sebagai tindakan balasan atas serangan brutal Israel di Gaza.
Menurut UNCTAD, 39% lebih sedikit kapal yang melewati terusan tersebut sejak awal Desember, menyebabkan penurunan tonase angkutan sebesar 45%. Hal ini secara signifikan telah mengganggu jalur perdagangan maritim yang sudah tegang.
Hoffmann memperingatkan bahwa sejumlah jalur perdagangan global yang penting menghadapi masalah, tidak hanya akibat serangan di Laut Merah, namun juga karena konflik Ukraina dan rendahnya permukaan air di Terusan Panama.
"Transportasi maritim benar-benar merupakan jalur kehidupan perdagangan global," katanya. "Gangguan ini menggarisbawahi kerentanan mereka terhadap geopolitik, ketegangan, dan perubahan iklim."
Terusan Suez menangani hingga 15% perdagangan global dan sekitar 20% lalu lintas peti kemas. Transit kapal kontainer melalui kanal tersebut turun 67% dibandingkan tahun lalu. Menurut UNCTAD, dampak terhadap gas alam cair adalah yang terbesar, karena pengiriman melalui jalur perdagangan utama telah dihentikan sejak 16 Januari.
(fjo)
Lihat Juga :
tulis komentar anda