Belanja Negara Tembus Rp1.252 Triliun, Pos Ini Sedot Duit Terbanyak
Selasa, 25 Agustus 2020 - 16:38 WIB
JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi belanja negara hingga akhir Juli 2020 mencapai Rp1.252,4 triliun atau 45,7% dari dari pagu Perpres 72/2020. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan total belanja negara, tumbuh tipis 1,3% dibandingkan tahun lalu pada bulan Juli 2019 sebesar 7,9%.
Ia menerangkan, belanja negara mencapai Rp1.252,4 triliun diprioritaskan untuk penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional (PEN). Realisasi tersebut setara 45,72 persen target perubahan APBN berdasarkan Perpres 72/2020 yakni senilai Rp2.739,2 triliun.
“Belanja Kementerian/Lembaga (K/L) adalah Rp419,6 triliun atau 50,2% dari total belanja K/L yang ada di dalam Perpres, pertumbuhannya flat 0% dibandingkan tahun lalu," kata Menkeu Sri Mulyani dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (25/8/2020).
(Baca Juga: Biar Enggak Resesi, Sri Mulyani Kebut Belanja Pemerintah )
Lebih lanjut Ia merinci, sedangkan untuk belanja non K/L yaitu sebesar Rp374 triliun atau 32,8%, angka ini naik cukup besar yaitu 9,5% karena banyak program-program PEN memang dimasukkan dalam pos belanja non K/L.
Adapun, belanja pemerintah pusat yaitu Rp 793,6 triliun atau 40% dari total belanja di dalam Perpres 72/2020 hanya tumbuh 4,2% dibandingkan belanja tahun lalu pada bulan Juli dimana tumbuh 9,2%. Peningkatan kinerja realisasi belanja Pemerintah Pusat tersebut terutama dipengaruhi oleh realisasi bantuan sosial yang mencapai Rp117,04 triliun atau tumbuh 55,9%.
"Ini yang menyebabkan belanja non K/L kita nanti akan mengalami kenaikan. Kalau dilihat, posnya Rp 1.138,9 triliun itu naik luar biasa dibandingkan tahun lalu yang hanya Rp778, 9 triliun,” jelas Menkeu.
(Baca Juga: Kebut Belanja Pemerintah Demi Perbaiki Ekonomi, Airlangga Punya Program Apa Saja? )
Sementara itu, posisi APBN hingga akhir Juli 2020 untuk keseimbangan primer mengalami negatif Rp147,4 triliun. Kenaikan yang sangat besar dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp25,3 triliun.
Realisasi pembiayaan anggaran sebesar Rp503 triliun, naik sangat tinggi dibandingkan tahun lalu sebesar 115,3%. Hal ini disebabkan untuk mendanai defisit yang realisasinya sudah mencapai Rp 330,2 triliun atau 31,8% kenaikan defisit terhadap Perpres 72 hingga 79,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Ini menggambarkan bahwa APBN kita, penerimaan mengalami tekanan, belanja naik akibat Covid. Oleh karena itu, dampaknya terhadap defisit APBN akan sangat besar. Dalam Perpres, sampai akhir tahun diestimasi sebesar 6,34% dari GDP. Sampai dengan akhir Juli defisit adalah 2% dan GDP,” tandasnya.
Ia menerangkan, belanja negara mencapai Rp1.252,4 triliun diprioritaskan untuk penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional (PEN). Realisasi tersebut setara 45,72 persen target perubahan APBN berdasarkan Perpres 72/2020 yakni senilai Rp2.739,2 triliun.
“Belanja Kementerian/Lembaga (K/L) adalah Rp419,6 triliun atau 50,2% dari total belanja K/L yang ada di dalam Perpres, pertumbuhannya flat 0% dibandingkan tahun lalu," kata Menkeu Sri Mulyani dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (25/8/2020).
(Baca Juga: Biar Enggak Resesi, Sri Mulyani Kebut Belanja Pemerintah )
Lebih lanjut Ia merinci, sedangkan untuk belanja non K/L yaitu sebesar Rp374 triliun atau 32,8%, angka ini naik cukup besar yaitu 9,5% karena banyak program-program PEN memang dimasukkan dalam pos belanja non K/L.
Adapun, belanja pemerintah pusat yaitu Rp 793,6 triliun atau 40% dari total belanja di dalam Perpres 72/2020 hanya tumbuh 4,2% dibandingkan belanja tahun lalu pada bulan Juli dimana tumbuh 9,2%. Peningkatan kinerja realisasi belanja Pemerintah Pusat tersebut terutama dipengaruhi oleh realisasi bantuan sosial yang mencapai Rp117,04 triliun atau tumbuh 55,9%.
"Ini yang menyebabkan belanja non K/L kita nanti akan mengalami kenaikan. Kalau dilihat, posnya Rp 1.138,9 triliun itu naik luar biasa dibandingkan tahun lalu yang hanya Rp778, 9 triliun,” jelas Menkeu.
(Baca Juga: Kebut Belanja Pemerintah Demi Perbaiki Ekonomi, Airlangga Punya Program Apa Saja? )
Sementara itu, posisi APBN hingga akhir Juli 2020 untuk keseimbangan primer mengalami negatif Rp147,4 triliun. Kenaikan yang sangat besar dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp25,3 triliun.
Realisasi pembiayaan anggaran sebesar Rp503 triliun, naik sangat tinggi dibandingkan tahun lalu sebesar 115,3%. Hal ini disebabkan untuk mendanai defisit yang realisasinya sudah mencapai Rp 330,2 triliun atau 31,8% kenaikan defisit terhadap Perpres 72 hingga 79,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Ini menggambarkan bahwa APBN kita, penerimaan mengalami tekanan, belanja naik akibat Covid. Oleh karena itu, dampaknya terhadap defisit APBN akan sangat besar. Dalam Perpres, sampai akhir tahun diestimasi sebesar 6,34% dari GDP. Sampai dengan akhir Juli defisit adalah 2% dan GDP,” tandasnya.
(akr)
tulis komentar anda