Amerika Sebut IMF Terlalu Lembek Terhadap China
Rabu, 02 Oktober 2024 - 14:53 WIB
WASHINGTON - Dana Moneter Internasional atau IMF dinilai terlalu lembut dalam hal mengkritik kebijakan ekonomi China dan seharusnya mengungkapkan sepenuhnya soal jaminan pembiayaan yang diberikan oleh China. Hal ini diungkapkan oleh seorang pejabat senior Kementerian Keuangan AS.
Wakil Menteri Keuangan AS bidang keuangan internasional, Brent Neiman mengatakan, IMF sudah gagal menerapkan ketelitian dalam analitik kepada kebijakan industri China.
Mengapa Ini Penting
Berbicara pada sebuah acara yang diselenggarakan oleh think tank keuangan OMFIF, Neiman memberikan kritik yang luar biasa terhadap pendekatan IMF terhadap China menjelang pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia akhir bulan ini.
Departemen Keuangan mengelola kepemilikan saham AS yang dominan di IMF dan telah berulang kali memperingatkan China tentang kelebihan kapasitas industri, transfer teknologi, dan praktik mata uangnya selama setahun terakhir. Termasuk saat Menteri Keuangan Janet Yellen melakukan lawatan ke China saat tarif AS yang lebih tinggi berlaku minggu lalu.
Neiman mengatakan, IMF perlu menjadi "pemberi kabar kebenaran yang kejam," tetapi penilaian ekonomi tahunannya terhadap China tidak memberikan perhatian yang memadai pada nilai tukar dan kebijakan industri.
"IMF tidak secara terbuka mengomentari peran bank milik negara dalam mengelola nilai tukar China atau mengapa perubahan dalam neraca Bank Rakyat China tidak sejalan dengan transaksi cadangan dalam data neraca pembayaran China," kata Neiman.
Wakil Menteri Keuangan AS bidang keuangan internasional, Brent Neiman mengatakan, IMF sudah gagal menerapkan ketelitian dalam analitik kepada kebijakan industri China.
Mengapa Ini Penting
Berbicara pada sebuah acara yang diselenggarakan oleh think tank keuangan OMFIF, Neiman memberikan kritik yang luar biasa terhadap pendekatan IMF terhadap China menjelang pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia akhir bulan ini.
Departemen Keuangan mengelola kepemilikan saham AS yang dominan di IMF dan telah berulang kali memperingatkan China tentang kelebihan kapasitas industri, transfer teknologi, dan praktik mata uangnya selama setahun terakhir. Termasuk saat Menteri Keuangan Janet Yellen melakukan lawatan ke China saat tarif AS yang lebih tinggi berlaku minggu lalu.
Neiman mengatakan, IMF perlu menjadi "pemberi kabar kebenaran yang kejam," tetapi penilaian ekonomi tahunannya terhadap China tidak memberikan perhatian yang memadai pada nilai tukar dan kebijakan industri.
"IMF tidak secara terbuka mengomentari peran bank milik negara dalam mengelola nilai tukar China atau mengapa perubahan dalam neraca Bank Rakyat China tidak sejalan dengan transaksi cadangan dalam data neraca pembayaran China," kata Neiman.
tulis komentar anda