Kehidupan Urban di Masa Next Normal
Sabtu, 12 September 2020 - 07:35 WIB
Yuswohady
Managing Partner Inventure
Next normal sudah di depan mata, yaitu ketika vaksin sudah diproduksi dan sejak itu kita hidup "berdampingan" dengan virus sampai kapan pun.
Kita bakal menjalani hidup yang berbeda sama sekali dengan yang kita jalani sebelum pandemi mewabah 2 Maret 2020.
Saya membuat 100 prediksi hidup di next normal di mana akan muncul perilaku baru, kebiasaan baru, gaya hidup baru, budaya baru atau pola pikir baru. Welcome to whole new life: Life after Covid-19. (Baca: Kisah Mengharukan Ayah dan Anak Berebut Jihad di Perang Badar)
Untuk kali ini secara khusus saya membahas prediksi mengenai kehidupan urban dan masa depan kota di next normal. Berikut ini beberapa di antaranya.
#1. The End of the City as We Know It
Pandemi adalah “bencana kota”. Kota menjadi episentrum penularan virus, a death trap, karena kepadatannya (density) di mana kontak dan interaksi antarorang berlangsung masif. By-nature, pandemi adalah anti-urban. Hidup di kota adalah antitesis social distancing.
Kota menjadi lebih tidak padat (de-densification) karena masyarakat semakin mengarah ke sub-urban, bahkan rural. Thanks to WFH trends. Orang akan cenderung tinggal di pinggiran karena dengan remote working mereka tetap produktif walaupun tidak berada di kantor di pusat-pusat kota.
Managing Partner Inventure
Next normal sudah di depan mata, yaitu ketika vaksin sudah diproduksi dan sejak itu kita hidup "berdampingan" dengan virus sampai kapan pun.
Kita bakal menjalani hidup yang berbeda sama sekali dengan yang kita jalani sebelum pandemi mewabah 2 Maret 2020.
Saya membuat 100 prediksi hidup di next normal di mana akan muncul perilaku baru, kebiasaan baru, gaya hidup baru, budaya baru atau pola pikir baru. Welcome to whole new life: Life after Covid-19. (Baca: Kisah Mengharukan Ayah dan Anak Berebut Jihad di Perang Badar)
Untuk kali ini secara khusus saya membahas prediksi mengenai kehidupan urban dan masa depan kota di next normal. Berikut ini beberapa di antaranya.
#1. The End of the City as We Know It
Pandemi adalah “bencana kota”. Kota menjadi episentrum penularan virus, a death trap, karena kepadatannya (density) di mana kontak dan interaksi antarorang berlangsung masif. By-nature, pandemi adalah anti-urban. Hidup di kota adalah antitesis social distancing.
Kota menjadi lebih tidak padat (de-densification) karena masyarakat semakin mengarah ke sub-urban, bahkan rural. Thanks to WFH trends. Orang akan cenderung tinggal di pinggiran karena dengan remote working mereka tetap produktif walaupun tidak berada di kantor di pusat-pusat kota.
tulis komentar anda