PPnBM Mobil Jadi Nol Persen, Pengamat: Momentumnya Enggak Pas
Jum'at, 12 Februari 2021 - 16:00 WIB
JAKARTA - Pemerintah berencana akan memberikan insentif fiskal berupa penurunan tarif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) untuk kendaraan bermotor atau mobil mulai Maret 2021 mendatang. Tujuannya, untuk menggairahkan kembali industri otomotif nasional.
"Saya kira tentu jika ingin melihat dari pentingnya industri otomotif, perlu diakui bahwa industri ini merupakan salah satu industri strategis yang menyumbang proporsi yang cukup besar dari total output industri manufaktur di Indonesia," ujar Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet kepada MNC Portal News di Jakarta, Jumat(12/2/2021). ( Baca juga:Pajak Mobil Baru 0% Butuh Dukungan Aturan Bebas DP Kredit )
Industri ini juga salah satu industri padat karya yang mempekerjakan banyak tenaga kerja. Jadi atas dasar ini, menurut Yusuf, wajar jika pemerintah terutama Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berusaha memberikan stimulus pada industri ini.
"Hanya saja, perlu dilihat juga apa tujuannya. Disebutkan bahwa tujuan PPnBM ini untuk menggairahkan kembali industri otomotif. Tetapi jika kita lihat data pada kuartal empat 2020, sebenarnya produksi mobil itu meningkat sebesar 84% dibandingkan kuartal sebelumnya, sementara penjualannya meningkat 43%," tambah Yusuf.
Artinya, lanjut dia, kinerja industri otomotif tidaklah terlalu buruk. Memang benar jika dibandingkan tahun sebelumnya mengalami penurunan, namun hampir semua industri juga mengalami nasib serupa.
"Bahkan ada industri yang kinerjanya jauh lebih buruk. Lebih lanjut, kalau kita lihat saat ini pemerintah juga masih harus menyiapkan stimulus perekonomian untuk mendorong proses pemulihan," ucap Yusuf. ( Baca juga:Selain Bakar Pesawat, Ini Daftar Aksi Kejahatan Pentolan KKB Undius Kogoya )
Artinya, ada skala prioritas yang harus didahulukan pemerintah. Dan saat ini, menurut Yusuf, bukanlah momentum yang tepat untuk penghapusan PPnBM ini.
"Di samping itu, saat ini proses pemulihan ekonomi masih berjalan lambat dan daya beli masyarakat belum kembali seperti sebelum pandemi. Jadi menghapuskan PPnBM tidak serta merta kemudian bisa meningkatkan belanja otomotif secara signifikan, seperti misalnya sebelum pandemi," pungkasnya.
"Saya kira tentu jika ingin melihat dari pentingnya industri otomotif, perlu diakui bahwa industri ini merupakan salah satu industri strategis yang menyumbang proporsi yang cukup besar dari total output industri manufaktur di Indonesia," ujar Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet kepada MNC Portal News di Jakarta, Jumat(12/2/2021). ( Baca juga:Pajak Mobil Baru 0% Butuh Dukungan Aturan Bebas DP Kredit )
Industri ini juga salah satu industri padat karya yang mempekerjakan banyak tenaga kerja. Jadi atas dasar ini, menurut Yusuf, wajar jika pemerintah terutama Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berusaha memberikan stimulus pada industri ini.
"Hanya saja, perlu dilihat juga apa tujuannya. Disebutkan bahwa tujuan PPnBM ini untuk menggairahkan kembali industri otomotif. Tetapi jika kita lihat data pada kuartal empat 2020, sebenarnya produksi mobil itu meningkat sebesar 84% dibandingkan kuartal sebelumnya, sementara penjualannya meningkat 43%," tambah Yusuf.
Artinya, lanjut dia, kinerja industri otomotif tidaklah terlalu buruk. Memang benar jika dibandingkan tahun sebelumnya mengalami penurunan, namun hampir semua industri juga mengalami nasib serupa.
"Bahkan ada industri yang kinerjanya jauh lebih buruk. Lebih lanjut, kalau kita lihat saat ini pemerintah juga masih harus menyiapkan stimulus perekonomian untuk mendorong proses pemulihan," ucap Yusuf. ( Baca juga:Selain Bakar Pesawat, Ini Daftar Aksi Kejahatan Pentolan KKB Undius Kogoya )
Artinya, ada skala prioritas yang harus didahulukan pemerintah. Dan saat ini, menurut Yusuf, bukanlah momentum yang tepat untuk penghapusan PPnBM ini.
"Di samping itu, saat ini proses pemulihan ekonomi masih berjalan lambat dan daya beli masyarakat belum kembali seperti sebelum pandemi. Jadi menghapuskan PPnBM tidak serta merta kemudian bisa meningkatkan belanja otomotif secara signifikan, seperti misalnya sebelum pandemi," pungkasnya.
(uka)
tulis komentar anda