Kepala BPPSDMP Kementan Motivasi Penyuluh Food Estate Sumba Tengah
Kamis, 01 April 2021 - 06:10 WIB
Setelah pengukuhan sejumlah pengurus gabungan kelompok tani (Gapoktan) Food Estate Sumba Tengah oleh Bupati Paulus SK Limu, Dedi Nursyamsi memotivasi penyuluh setempat untuk bekerja keras mendukung program super prioritas Kementan di NTT tersebut.
“Indeks keberhasilan penyuluh adalah peningkatan produktivitas pertanian, dari 3 ton menjadi 4 ton, demikian seterusnya. 10 tahun ke depan, penyuluh akan naik jenjang menjadi Kadistan, bukti itu saya temui di Kabupaten Banggai dan Aceh Tengah,” kata Dedi.
(Baca juga:KNPI Nilai Impor Beras Ciderai Program Food Estate Presiden Jokowi)
Kepala BPPSDMP mengutip arahan Mentan Syahrul agar penyuluh bekerja tak ubahnya 'penembak jitu' karena keberhasilan ditentukan the man behind the gun, bukan semata kecanggihan senjata atau peralatannya.
“Penyuluh dimaksud, faham kondisi tanah di sawah. Kalau warnanya terang, pertanda kurang subur karena bahan organiknya kurang. Tanah berwarna gelap, tanda kandungan organik tinggi, sumber kehidupan mikroba atau jasad renik di dalam tanah,” kata Dedi Nursyamsi.
(Baca juga:Panen Kentang Perdana di Food Estate, Luhut: Hasilnya Bagus)
Lantas bagaimana? Ajaklah petani membuat kompos, bahan bakunya banyak di sekitar persawahan. Gunakan sisa panen, pupuk kandang, sisa gulma untuk ditumpuk kemudian tambahkan kapur, siram dengan air agar lembab kemudian tutup dengan terpal.
“Dua minggu kemudian barulah dibuka terpalnya. Pasti warnanya sudah gelap, pertanda siap dikembalikan ke tanah untuk menyuburkan tanah,” pesan Dedi Nursyamsi.
(Baca juga:Kementan Pacu Produktivitas Padi di Lahan Food Estate)
Arahan dan 'kuliah singkat' Kepala BPPSDMP Kementan, memotivasi penyuluh Sumba Tengah. “Analogi penembak jitu dan faham kondisi tanah sangat berkesan dan membuka wawasan penyuluh,” kata I Wayan Ediana, Koordinator Kelembagaan dan Ketenagaan Penyuluhan - Pusluhtan.
“Indeks keberhasilan penyuluh adalah peningkatan produktivitas pertanian, dari 3 ton menjadi 4 ton, demikian seterusnya. 10 tahun ke depan, penyuluh akan naik jenjang menjadi Kadistan, bukti itu saya temui di Kabupaten Banggai dan Aceh Tengah,” kata Dedi.
(Baca juga:KNPI Nilai Impor Beras Ciderai Program Food Estate Presiden Jokowi)
Kepala BPPSDMP mengutip arahan Mentan Syahrul agar penyuluh bekerja tak ubahnya 'penembak jitu' karena keberhasilan ditentukan the man behind the gun, bukan semata kecanggihan senjata atau peralatannya.
“Penyuluh dimaksud, faham kondisi tanah di sawah. Kalau warnanya terang, pertanda kurang subur karena bahan organiknya kurang. Tanah berwarna gelap, tanda kandungan organik tinggi, sumber kehidupan mikroba atau jasad renik di dalam tanah,” kata Dedi Nursyamsi.
(Baca juga:Panen Kentang Perdana di Food Estate, Luhut: Hasilnya Bagus)
Lantas bagaimana? Ajaklah petani membuat kompos, bahan bakunya banyak di sekitar persawahan. Gunakan sisa panen, pupuk kandang, sisa gulma untuk ditumpuk kemudian tambahkan kapur, siram dengan air agar lembab kemudian tutup dengan terpal.
“Dua minggu kemudian barulah dibuka terpalnya. Pasti warnanya sudah gelap, pertanda siap dikembalikan ke tanah untuk menyuburkan tanah,” pesan Dedi Nursyamsi.
(Baca juga:Kementan Pacu Produktivitas Padi di Lahan Food Estate)
Arahan dan 'kuliah singkat' Kepala BPPSDMP Kementan, memotivasi penyuluh Sumba Tengah. “Analogi penembak jitu dan faham kondisi tanah sangat berkesan dan membuka wawasan penyuluh,” kata I Wayan Ediana, Koordinator Kelembagaan dan Ketenagaan Penyuluhan - Pusluhtan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda