Hantu Stagflasi Bangkit Lagi? Ini Penyebab dan Dampaknya
Senin, 31 Oktober 2022 - 07:47 WIB
“Itu yang tertinggi sejak 2008. Dan jika Anda melihat ekonomi (negara) maju, ini adalah yang tertinggi yang pernah kita lihat sejak 1982,” ungkap Raka.
Berurusan dengan inflasi yang tinggi saja sudah rumit, dengan stagflasi tentu saja jauh lebih rumit. Para ahli pun menyebut perpaduan antara inflasi tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang lemah ini sebagai masalah yang sulit diatasi.
“Ini (stagflasi) merupakan perpaduan dari semua hal-hal yang tidak Anda inginkan dalam perekonomian,” tukas Raka.
Pernah Terjadi pada Tahun 1970-an
Stagflasi bukanlah fenomena baru. Kondisi ini pernah terjadi sebelumnya pada tahun 1970-an di Amerika Serikat . Kala itu, Negeri Paman Sam tengah dilanda segudang masalah ekonomi.
Anggaran perang Vietnam yang selangit, runtuhnya perjanjian Bretton Woods, embargo minyak Arab Saudi, merupakan beberapa faktor yang menjadi pemicu.
“Pengiriman minyak yang dihentikan pada saat itu menaikkan harga. Jadi kita memiliki lebih sedikit pasokan, sementara permintaan sama. Imbasnya, biaya hidup naik, pada saat yang sama ekonomi global menderita cukup parah,” beber Raka.
Dengan kondisi tersebut, saat itu Bank Sentral AS Federal Reserve atau The Fed secara agresif memperketat kebijakan moneter, intinya menaikkan suku bunga secara signifikan.
Langkah ini memang mampu mendinginkan ekonomi dan akhirnya inflasi turun, tetapi kenaikan suku bunga yang agresif datang dengan efek samping, resesi, dan meningkatnya pengangguran.
Berurusan dengan inflasi yang tinggi saja sudah rumit, dengan stagflasi tentu saja jauh lebih rumit. Para ahli pun menyebut perpaduan antara inflasi tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang lemah ini sebagai masalah yang sulit diatasi.
“Ini (stagflasi) merupakan perpaduan dari semua hal-hal yang tidak Anda inginkan dalam perekonomian,” tukas Raka.
Baca Juga
Pernah Terjadi pada Tahun 1970-an
Stagflasi bukanlah fenomena baru. Kondisi ini pernah terjadi sebelumnya pada tahun 1970-an di Amerika Serikat . Kala itu, Negeri Paman Sam tengah dilanda segudang masalah ekonomi.
Anggaran perang Vietnam yang selangit, runtuhnya perjanjian Bretton Woods, embargo minyak Arab Saudi, merupakan beberapa faktor yang menjadi pemicu.
“Pengiriman minyak yang dihentikan pada saat itu menaikkan harga. Jadi kita memiliki lebih sedikit pasokan, sementara permintaan sama. Imbasnya, biaya hidup naik, pada saat yang sama ekonomi global menderita cukup parah,” beber Raka.
Dengan kondisi tersebut, saat itu Bank Sentral AS Federal Reserve atau The Fed secara agresif memperketat kebijakan moneter, intinya menaikkan suku bunga secara signifikan.
Langkah ini memang mampu mendinginkan ekonomi dan akhirnya inflasi turun, tetapi kenaikan suku bunga yang agresif datang dengan efek samping, resesi, dan meningkatnya pengangguran.
tulis komentar anda