Menyoroti Industri Kripto Pasca Krisis Bank Silvergate
loading...
A
A
A
JAKARTA - Silvergate Capital, salah satu bank terbesar dalam industri kripto mengumumkan bahwa mereka sedang dalam proses menghentikan operasi dan melikuidasi bank mereka. Saham perusahaan tersebut turun lebih dari 36% pada pasca perdagangan bursa.
Silvergate adalah salah satu dari dua bank utama untuk perusahaan kripto, bersama dengan Signature Bank yang berbasis di New York. Silvergate memiliki aset sedikit lebih dari USD11 miliar, dibandingkan dengan lebih dari USD114 miliar di Signature, FTX, bursa kripto yang baru-baru ini bangkrut, adalah pelanggan utama Silvergate.
Tidak hanya itu, Silicon Valley Bank (SVB) yang memiliki banyak startup kripto serta perusahaan modal ventura sebagai nasabah utama juga kolaps setelah 48 jam bank tersebut bangkrut dan mengalami krisis modal. Salah satu faktor kebangkrutan adalah kenaikan suku bunga agresif The Fed selama setahun terakhir.
Menyusul kolapsnya Silicon Valley Bank dan Silvergate Capital, Signature Bank, bank terbesar di industri kripto, pun dinyatakan diambil alih regulator negara bagian pada Minggu (12/3/2023). Berdasarkan laporan Departemen Layanan Keuangan negara bagian New York, Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) mengambil alih Signature Bank yang memiliki aset USD110,36 miliar dan deposito USD88,59 miliar pada akhir tahun lalu.
Bagaimana dampaknya terhadap pasar kripto secara global?
Terpantau, harga Ethereum sempat terperosok menjadi USD1.384 pada Jumat malam (10/3) dan harga bitcoin anjlok ke level USD19.623 per koin pada Sabtu (11/3). Harga kripto Ethereum ini kemudian berangsur pulih menjadi USD1.629 pada Senin (13/3). Dilansir dari website Upbit hasil pengamatan pada Selasa (14/3) harga BTC naik dan diperkirakan mencapai di angka USD25.000.
Presiden Direktur Upbit Indonesia, Putra Nugraha menjelaskan, bahwa menurut pengamatan, pasar kripto kembali menghijau karena dampak bangkrutnya Silvergate Bank yang membuat masyarakat lebih mempercayai pasar kripto.
Pemerintah AS melalui Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen, Ketua Dewan bank sentral AS Federal Reserve Jerome Powell, dan Ketua Federal Deposit Insurance Corp (FDIC) Martin Gruenberg mengumumkan pernyataan bersama bahwa semua deposan Silicon Valley Bank dan Signature Bank akan dapat kembali menarik dana mereka.
“Meskipun industri kripto masih dibayang-bayangi ketidakpastian imbas kolapsnya bank kripto seperti Silvergate dan Signature Bank, ditambah dengan inflasi dan suku bunga The Fed yang masih tinggi, namun nyatanya pasar kripto kembali menghijau dikarenakan masyarakat mempercayai pasar kripto di tengah situasi krisis SVB seperti saat ini," ungkap Presiden Direktur Upbit Indonesia, Putra Nugraha.
“Kenaikan harga yang terjadi pada aset kripto, tentunya perlu disikapi secara bijaksana oleh masyarakat Indonesia yang berinvestasi di kripto, agar investor tetap melakukan riset terlebih dahulu sebelum melakukan jual beli agar dapat mengetahui koin dan waktu yang tepat untuk membeli," sambungnya.
"Walaupun sejauh ini pasar Indonesia tidak terdampak secara langsung, dihimbau agar pengguna tidak terlalu terburu - buru dalam mengambil langkah. Tetap harap diingat bahwa aset digital adalah aset dengan fluktuasi dengan harga yang sangat tinggi," tutup Putra.
Silvergate adalah salah satu dari dua bank utama untuk perusahaan kripto, bersama dengan Signature Bank yang berbasis di New York. Silvergate memiliki aset sedikit lebih dari USD11 miliar, dibandingkan dengan lebih dari USD114 miliar di Signature, FTX, bursa kripto yang baru-baru ini bangkrut, adalah pelanggan utama Silvergate.
Tidak hanya itu, Silicon Valley Bank (SVB) yang memiliki banyak startup kripto serta perusahaan modal ventura sebagai nasabah utama juga kolaps setelah 48 jam bank tersebut bangkrut dan mengalami krisis modal. Salah satu faktor kebangkrutan adalah kenaikan suku bunga agresif The Fed selama setahun terakhir.
Menyusul kolapsnya Silicon Valley Bank dan Silvergate Capital, Signature Bank, bank terbesar di industri kripto, pun dinyatakan diambil alih regulator negara bagian pada Minggu (12/3/2023). Berdasarkan laporan Departemen Layanan Keuangan negara bagian New York, Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) mengambil alih Signature Bank yang memiliki aset USD110,36 miliar dan deposito USD88,59 miliar pada akhir tahun lalu.
Bagaimana dampaknya terhadap pasar kripto secara global?
Terpantau, harga Ethereum sempat terperosok menjadi USD1.384 pada Jumat malam (10/3) dan harga bitcoin anjlok ke level USD19.623 per koin pada Sabtu (11/3). Harga kripto Ethereum ini kemudian berangsur pulih menjadi USD1.629 pada Senin (13/3). Dilansir dari website Upbit hasil pengamatan pada Selasa (14/3) harga BTC naik dan diperkirakan mencapai di angka USD25.000.
Presiden Direktur Upbit Indonesia, Putra Nugraha menjelaskan, bahwa menurut pengamatan, pasar kripto kembali menghijau karena dampak bangkrutnya Silvergate Bank yang membuat masyarakat lebih mempercayai pasar kripto.
Pemerintah AS melalui Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen, Ketua Dewan bank sentral AS Federal Reserve Jerome Powell, dan Ketua Federal Deposit Insurance Corp (FDIC) Martin Gruenberg mengumumkan pernyataan bersama bahwa semua deposan Silicon Valley Bank dan Signature Bank akan dapat kembali menarik dana mereka.
“Meskipun industri kripto masih dibayang-bayangi ketidakpastian imbas kolapsnya bank kripto seperti Silvergate dan Signature Bank, ditambah dengan inflasi dan suku bunga The Fed yang masih tinggi, namun nyatanya pasar kripto kembali menghijau dikarenakan masyarakat mempercayai pasar kripto di tengah situasi krisis SVB seperti saat ini," ungkap Presiden Direktur Upbit Indonesia, Putra Nugraha.
“Kenaikan harga yang terjadi pada aset kripto, tentunya perlu disikapi secara bijaksana oleh masyarakat Indonesia yang berinvestasi di kripto, agar investor tetap melakukan riset terlebih dahulu sebelum melakukan jual beli agar dapat mengetahui koin dan waktu yang tepat untuk membeli," sambungnya.
"Walaupun sejauh ini pasar Indonesia tidak terdampak secara langsung, dihimbau agar pengguna tidak terlalu terburu - buru dalam mengambil langkah. Tetap harap diingat bahwa aset digital adalah aset dengan fluktuasi dengan harga yang sangat tinggi," tutup Putra.
(akr)