Tupperware Bakal Tinggal Sejarah, Begini Kisahnya hingga di Ambang Kebangkrutan

Jum'at, 14 April 2023 - 00:19 WIB
loading...
Tupperware Bakal Tinggal Sejarah, Begini Kisahnya hingga di Ambang Kebangkrutan
Brand Tupperware telah menjadi sangat identik dengan tempat penyimpanan makanan sehingga banyak orang memakai namanya ketika mengacu pada wadah plastik. Namun brand revolusioner itu bakal tinggal sejarah?. Foto/Dok
A A A
MASSACHUSETTS - Brand Tupperware telah menjadi sangat identik dengan tempat penyimpanan makanan sehingga banyak orang memakai namanya ketika mengacu pada wadah plastik. Tetapi bisnis perusahaan asal Amerika Serikat (AS) berusia 77 tahun itu mengalami keretakan.

Jika dulu mereka merupakan revolusioner sebagai produsen tempat penyimpanan dengan penyegelan kedap udara yang membuatnya terkenal. Kini Tupperware dihadapkan dengan meningkatnya utang dan penurunan penjualan yang membuatnya terancam bangkrut apabila tidak ada investasi lanjutan.



Meskipun ada upaya penyegaran produk dalam beberapa tahun terakhir hingga memposisikan dirinya ke audiens yang lebih muda, Tupperware gagal menghentikan penurunan penjualannya. Tupperware mengawali strategi penjualan langsung dengan apa yang disebutnya sebagai Tupperware party.

Tupperware party menjadikannya ikon selama revolusi konsumen tahun 1950-an dan 1960-an, dan wadahnya yang kedap udara serta kedap air menggemparkan pasar. Model bisnisnya saat itu menggunakan tenaga penjualan wiraswasta, biasanya mereka menjual dari rumah mereka sendiri.

Baca Juga: Di Momen Ulang Tahun ke-29, Tupperware Perkenalkan Tuppershop

Tupperware juga semakin dikenal pada masa-masa Perang Dunia II. Saat itu, para wanita dianjurkan untuk lebih memiliki waktu untuk keluarganya, dan dengan menjadi agen Tupperware menjadikan mereka memiliki penghasilan sendiri dari rumah.

Namun mode bisnis tersebut telah lama ditinggalkan di Inggris pada tahun 2003. Saat ini bos perusahaan mengakui, tanpa adanya dana baru, brand Tupperware yang mendunia bisa lenyap dari pasar.

"Kami menggunakannya (Tupperware) sebagai kata benda, yang sangat tidak biasa untuk sebuah merek," kata Catherine Shuttleworth, pendiri perusahaan analisis ritel Savvy Marketing.

"Saya pikir banyak orang muda akan terkejut, bahwa itu adalah sebuah merek," ungkapnya.

Tupperware adalah "produk ajaib" ketika pertama kali dijual beberapa dekade lalu, Shuttleworth menambahkan, pasar telah dibanjiri oleh langkah perusahaan yang menawarkan alternatif lebih murah dalam beberapa tahun terakhir.

Kebangkitan selama pandemi Covid-19, saat banyak orang lebih banyak memanggang dan memasak di rumah, membalikkan penurunan tajam harga saham Tupperware. Namun kenaikan itu ternyata hanya bersifat sementara.

Sejak itu penjualan terus merosot, dimana sebagian besar diakibatkan karena perusahaan belum "cukup inovatif" selama 10 hingga 20 tahun terakhir untuk bersaing dengan para pesaingnya, menurut Shuttleworth. Kurangnya inovasi, memperlihatkan perbedaan jauh dari masa-masa awalnya.

Perusahaan ini didirikan pada tahun 1946 oleh seorang penemu bernama Earl Tupper. Ia membuat suatu wadah plastik yang dipergunakan dalam rumah tangga untuk menyimpan makanan dan membuatnya kedap udara.

Salah satu paten penting dari produk ini adalah seal penyekatnya yang dikenal dengan sebutan "burping seal", yang merupakan ciri khusus terkenal dari produk-produk Tupperware, yang membuatnya sangat berbeda dengan produk-produk sejenis.

Produk Tupper adalah masalah besar - dimana ia menggunakan plastik baru untuk menjaga makanan tetap segar lebih lama - membuat sangat berharga ketika lemari es masih terlalu mahal bagi banyak orang -. Tetapi sampai Wise datang, produk itu tidak laku dijual.

Brownie Wise (1913 – 1992) adalah orang yang mengenalkan strategi penjualan langsung (sebelumnya ia adalah seorang agen penjualan dari Stanley Home Products). Ia bertemu langsung dengan ibu rumah tangga dan ibu-ibu yang ingin dijangkau perusahaan.

Gaya inovatifnya - dan angka penjualannya - menarik perhatian Tupper, dan dia dipromosikan ke tingkat eksekutif pada saat sebagian besar wanita dikeluarkan dari ruang rapat.

Dampak Wise dan Tupperware masih diperdebatkan oleh para akademisi, tetapi banyak yang mengatakan mereka memainkan peran penting dalam membawa kaum wanita ke dalam angkatan kerja di Amerika pascaperang, dan memberikan sumber pendapatan bagi wanita di seluruh dunia.

Alison Clarke, profesor sejarah dan teori desain di University of Applied Arts, Wina, menulis Tupperware: The Promise of Plastic in 1950s America.

"Saya pikir warisannya adalah cara di mana ia telah menyediakan lowongan pekerjaan bagi perempuan yang tidak selalu memiliki akses ke tenaga kerja yang fleksibel," katanya kepada BBC.

"Pada saat pertama kali dijual di pesta-pesta di AS, banyak wanita diisolasi di kota-kota pinggiran kota baru pascaperang jauh dari keluarga mereka," jelasnya.

"Tupperware party menyoroti pekerjaan rumah tangga yang membosankan, dan Anda hanya bisa membelinya jika Anda mengenal seseorang yang menjualnya, jadi itu eksklusif dan ada interaksi sosial, serta tentang hubungan dengan wanita lain," terang Alison Clarke.

"Saya mulai berpikir itu adalah konspirasi kapitalis eksploitatif terhadap wanita, dan kemudian saya bertemu dengan semua wanita yang memiliki kehidupan fantastis karena itu dan melihat bagaimana itu memberdayakan mereka."

Gagal Berubah

Sementara perusahaan selalu dipimpin oleh wanita di lapangan, hal itu belum tentu terjadi di ruang rapat - dan Prof Clarke mengatakan, telah berjuang untuk menceritakan kisah positifnya sendiri, atau mengikuti perkembangan zaman.

"Ini adalah produk yang dirancang dengan cemerlang untuk kemudian menjadi ajaib dengan cara penjualannya," tambahnya.

"Tetapi di dunia digital ini, model tatap muka itu tidak lagi relevan," jelasnya.

Hal itu adalah analisis yang dibagikan oleh Neil Saunders, direktur pelaksana ritel di konsultan GlobalData. Dia mengatakan, Tupperware telah "gagal berubah seiring waktu" dalam hal produk dan distribusinya.

Ia juga menyoroti bahwa metode penjualan langsung "tidak terhubung" dengan pelanggan muda atau tua. Konsumen yang lebih muda juga telah memilih produk yang lebih ramah lingkungan untuk menjaga makanan tetap segar, tambahnya.

Analis ritel lainnya, Richard Hyman mengatakan, prinsip dasar produk Tupperware "tidak sulit untuk ditiru" oleh perusahaan lain. Mengingat persaingan yang ketat itu, dia mengatakan perusahaan tidak "berjalan dengan baik".

Perusahaan telah melakukan beberapa upaya untuk mendiversifikasi strateginya, termasuk dengan menjual di jaringan ritel AS dan seluruh dunia. Mereka juga memperluas jangkauannya dengan memasukkan produk memasak lainnya.

Seandainya Tupperware membuat perubahan besar 10 tahun yang lalu, Saunders menambahkan, perusahaan mungkin berada dalam posisi yang berbeda sekarang.

Tapi saat ini tidak ada waktu lagi bagi bos Tupperware untuk bertanya-tanya apa yang mungkin terjadi. Perusahaan bisa bangkrut tanpa suntikan uang tunai yang cepat – dan dengan nama merek yang begitu terkenal, prospek raksasa ritel seperti Walmart atau bahkan Amazon menukik tidak dapat dikesampingkan, kata Saunders.

Saham Tupperware anjlok pada hari Senin dan meskipun ada pemulihan yang relatif kecil pada hari Selasa, kekhawatiran terus menyebar bahwa tanpa dukungan keuangan baru yang signifikan, lampu pada pesta Tupperware bisa padam untuk selamanya.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1208 seconds (0.1#10.140)