JKN-KIS, Bantu Irma Pasien Hemodialisa Bertahan Hidup

Senin, 20 Juli 2020 - 15:07 WIB
loading...
JKN-KIS, Bantu Irma Pasien Hemodialisa Bertahan Hidup
Suasana layanan dengan menerapkan protokol kesehatan ketat dalam melaksanakan pelayanan publik di Kantor BPJS Kesehatan Cabang Makassar, Jalan AP Pettarani, Makassar, Senin (20/7/2020). Sindonews/Maman Sukirman
A A A
MAKASSAR - Berbinar mata perempuan muda itu. Terlihat begitu ceria. Sesekali dipandanginya setiap orang yang lalu lalang didepannya, di sebuah sudut ruangan rumah sakit di RS Wahidin Sudirohusodo. Sepintas melihatnya, tak tersirat sedikitpun jika sedang menderita penyakit.

Padahal sesungguhnya hari itu, Irmawati, 28 tahun, sedang menunggu jadwal antrian rutinnya untuk melakukan Hemodialisa atau jadwal terapi cuci darah. Aktifitas itu dilakukan karena mengalami masalah pada ginjalnya sudah tak berfungsi dengan optimal.



Rutinitas itu sudah dilakukannya sejak 2014. Pada saat itu, didiagnosa CKD (Chronic Kidney Disease) atau biasa disebut dengan gagal ginjal kronis dan mengharuskannya menjalani prosedur cuci darah (Hemodialisa) dengan memanfaatkan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) - Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Irmawati merupakan peserta JKN-KIS dengan nomor kartu 00014405-74503, berdomisili di Bontoloe, Kapasa, Kecamatan Tamalanrea dengan Fasilitas Kesehatan Tingkat I di Kapasa.

Pada rentan 2014-2018, Irma memanfaatkan layanan tersebut sebagai peserta JKN-KIS Peneriman Bantuan Iuran (PBI) karena masuk dalam kategori warga kurang mampu.

Namun kemudian, setelah menikah pada 2018 dan suaminya berstatus karyawan kala itu dan akhirnya status kepesertaannya berubah masuk dalam tanggungan perusahaan.

Kemudian berubah lagi, pada 2020 awal, menjadi peserta JKN-KIS Mandiri hingga saat ini sejak suaminya tak lagi bekerja.

JKN-KIS, Bantu Irma Pasien Hemodialisa Bertahan Hidup

Irmawati, 28 tahun, sedang bersiap untukmelakukan Hemodialisa atau jadwal terapi cuci darah di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin (UNHAS), Makassar, Senin (20/7/2020). DOK/PRIBADI

Meski tak lagi bekerja, Irma bersama suami memutuskan mengambil kelas II, dengan besaran iuran Rp110.000 per satu orang. Komitmen menjadi peserta JKN-KIS menjadi penting, karena manfaatnya sudah dirasakan.

Irmawati berkisah, betapa besar manfaat kepesertaan JKN-KIS yang dirasakannya. Sejak enam tahun divonis gagal ginjal, seluruh layanan dari JKN-KIS dimanfaatkannya untuk cuci darah, di rumah sakit Wahidin Sudirohusodo dan di RS Unhas.

“Program JKN-KIS ini sangat bermanfaat sekali bagi saya, betul-betul membantu kita yang mengalami cuci darah dan itu sudah saya manfaatkan sejak 2014. Saya tak bisa bayangkan kalau tanpa JKN-KIS, untuk ukuran seperti saya sangatlah tak mampu membayar sekali cuci darah mencapai jutaan rupiah,” ujarnya, saat dihubungi, beberapa waktu lalu.

Perempuan berhijab ini menuturkan, untuk rata-rata sekali cuci darah seharusnya merogoh kocek Rp1,5 jutaan, dan frekuensi cuci darah saat ini harus dijalani seminggu dua kali, yakni Senin dan Kamis.

“JKN-KIS ini bisa dibilang membantu saya bertahan hidup, dengan kondisi ginjal yang sudah tak berfungsi tentunya menjalani terapi menjadi solusinya.Meski, tak dipungkiri urusan umur seseorang diatur ALLAH SWT. Tapi, setidaknya program ini hadir membantu saya,” terangnya.



Dia mengakui, selama menjalani proses pengobatan tersebut pihaknya sangat bersyukur, karena pelayanannya sangat bagus. Bahkan ditegaskannya, tidak ada perbedaan antara pasien JKN-KIS dan bukan dalam proses terapi tersebut.

“Pelayanannya sangat bagus, perawat dan dokter. Meski covid kami tetap dilayani dengan menggunakan APD lengkap, termasuk pasien pakaian lengkap,”terangnya.

Atas manfaat besar yang dirasakan Irma pada program tersebut, pihaknya mengimbau keseluruh peserta JKN-KIS untuk senantiasa memperhatikan kewajibannya membayar iuran. Betapa tidak, dengan iuran yang terbilang sangat murah itu bisa menyelamatkan nyawa banyak orang.

Apalagi, iurannya tidak semahal iuran asuransi kesehatan kebanyakan.

“Saya hanya bayar per bulan Rp110.000 sudah bisa merasakan layanan rumah sakit senilai Rp1,5 juta. Pokoknya rajin bayar tepat waktu dan disiplin dan sebaiknya bayar sebelum tanggal 10 bulan berjalan, agar terhindar dari resiko denda. ,” imbaunya.

Pada kesempatan itu, irmawati menyampaikan rasa terima kasihnya pada pemerintah yang telah menghadirkan program JKN-KIS. Program ini dinilainya memberi ruang bagi mereka yang kurang mampu dalam pembiayaan kesehatan, tapi bisa mengaksesnya atas sistem gotong royong yang dihadirkan.

Dimana mereka yang sehat membantu mereka yang sakit melalui program subsidi pengobatan.

“Terima kasih JKN-KIS, semoga senantiasa hadir membantu menyembuhkan masyarakat khususnya mereka yang tak memiliki kemampuan besar dalam mengakses pengobatan berbiaya besar,” ungkapnya.

Di sisi lain, tidak saja dalam layanan medis secara langsung dirasakan Irmawati sangat membantu dengan adanya JKN-KIS. Tapi juga ditahap awal untuk mereka yang baru mau mengakses program tersebut.

Salah satunya dengan hadirnya mobile JKN di aplikasi Android. “ Pertama kali saya daftar JKN-KIS melalui aplikasinya mobile JKN di Kimia Farma Jalan Singa, dari situ kemudian diedukasi petugas sampai akhirnya saya manfaatkan juga untuk pindah Fasilitas Kesehatan (Faskes) ke Kimia Farma Kapasa dan berencana pindah ke Kimia Farma Depan RS Daya

“Semuanya mudah, semuanya bisa diakses digenggaman. Pakai mobile JKN semua bisa dilakukan hanya diujung jari saja, bisa mengecek status kepesertaan hingga memindahkan fasilitas kesehatan sesuai domisili yang dimiliki,” terangnya.

Besarnya manfaat program JKN-KIS juga dirasakan, Indah Permatasari, 35 tahun.

Indah bercerita, Medio 2016 tepatnya pada Maret masuk jadi peserta. Ketika itu, kondisinya bersama keluarga semua sehat walafiat. Niatanya untuk ikut program tersebut, selain untuk jaga diri ketika sakit juga untuk membantu mereka yang membutuhkan program tersebut.

Dengan asumsi, ketika tidak sakit meski membayar itu sama saja dengan melakukan sedekah ke mereka yang sedang sakit. Apalagi, semangat program ini adalah gotong royong membantu mereka yang sakit melalui pembayaran iuran tepat waktu bagi mereka yang sehat.

Namun, siapa nanya pada Oktober 2016, Indah rupanya divonis gagal ginjal dan harus melakukan cuci darah. Sejak itulah, hingga saat ini Indah memanfaatkan program JKN-KIS.

“Saya ikut program JKN-KIS 2016 awal dan memanfaatkannya pada Oktober 2016 melalui kepesertaan mandiri kelas I, dengan iuran saat ini yang dibayarkan Rp150.000 per bulan dengan jumlah peserta yang masih dalam Kartu Keluarga (KK) ada tiga atau sebesar Rp450.000 sebulannya,” ujarnya.

Besaran itu,kata dia, tentunya jika dibandingkan manfaat yang dirasakan justru sanga-sangat murah. Mengingat, Indah harus menjalani terapi cuci darah seminggu dua kali. Dengan asumsi sekali cuci darah biaya yang harus dibayarkan Rp1,2 juta satu sesinya atau dalam sebulan bisa delapan kali berobat. Dari hitungan itu, dia menyebutkan biaya yang harus dihabiskan mencapai Rp9,6 juta.

“Bagi saya besaran iuran itu tidak memberatkan, bila dibandingkan dengan manfaat saya rasakan jauh lebih besar. Entah, apa yang terjadi jika tidak ada program JKN-KIS ini bisa jadi saya sudah tidak bisa terapi,” ungkapnya.

Indah yang setiap Selasa dan Jumat melakukan jadwal cuci darah di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Unhas ini mengaku senang dengan hadirnya program tersebut, karena akan banyak yang terbantu. Makanya, pihaknya senantiasa berkomitmen membayar iuran tepat waktu sebelum jatuh tempo tanggal 10 bulan berjalan.

“Meski hanya proses cuci darah yang ditanggung dan beberapa item obat saja, namun program ini tentu sangat luar biasa. Bisa dikatakan ini membantu saya bertahan hidup,” tuturnya.

Dia mengaku, selama proses pengobatan sangat merasakan kenyaman dari petugas medis di rumah sakit. Karena, mereka kadang mengingatkan jika jadwal cuci darah sudah tiba.

Peserta JKN-KIS lainnya yang merasakan manfaatnya, yakni ASN Pemkot Makassar, Azis Hasan.

Dia bercerita tentang pengalamannya menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan. Manfaat kepesertaan dipakai untuk operasi jantung di rumah sakit Pusat Jantung Terpadu di Makassar. Tidak ada biaya sepeserpun yang dikeluarkannya saat itu.

“Saya sangat bersyukur karena Alhamdulliah selama proses pengobatan semua berjalan lancar dan tanpa biaya sepeserpun, tidak bisa dibayangkan jika harus bayar pasti sangat besar biayanya,” terangnya.

Sementara itu, berdasarkan data di BPJS Kesehatan cabang Makassar meliputi, Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Maros, Pangkep dan Takalar menyebutkan total peserta JKN-KIS mencapai 2.631.229 kepesertaan per Mei 2020. Jumlah tersebut terdiri dari Penerima Bantuan Iuran (PBI) maupun non PBI didalamnya juga terdapat peserta mandiri.

Sedangkan, total iuran yang diterima BPJS Kesehatan per Mei 2020 sebesar Rp187,689 miliar dengan total pembayaran klaim ke sejumlah fasilitas kesehatan sebesar Rp820,564 miliar atau ada selisih sebesar Rp632,875 miliar.
(agn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2111 seconds (0.1#10.140)