Sri Mulyani Wanti-wanti Tren Inflasi Tinggi yang Panjang
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Menteri Keuangan atau Menkeu, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, bahwa pemulihan ekonomi global masih menghadapi tantangan, khususnya dari sisi inflasi dan tingginya suku bunga. Jika dilihat dari sisi proyeksi inflasi, di tahun 2023 masih tinggi.
"Untuk negara berkembang bahkan diperkirakan di 8,6% oleh IMF, sementara negara-negara maju di kisaran 4,7%," ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA edisi April 2023 di Jakarta, Senin (17/4/2023).
Dan untuk keseluruhan global, IMF memperkirakan inflasinya masih berada di kisaran 7%. "Baru akan mulai menurun tahun depan, tapi levelnya masih secara historis lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, bahkan dibandingkan dengan sebelum terjadinya pandemi," ungkap Sri.
Dia mengatakan, hal ini berarti inflasi masih akan tinggi pada jangka yang cukup panjang, atau higher for longer. Inflasi tinggi ini juga tentunya diikuti dengan suku bunga yang juga tinggi dalam jangka waktu yang cukup panjang.
"Ini menjadi kata-kata yang sangat sering dibicarakan pada Spring Meeting minggu lalu di Washington DC, higher for longer untuk inflasi dan suku bunga," ucap Menkeu.
Hal ini kemudian menyebabkan terjadinya pelemahan ekonomi. "Kita lihat dalam hal ini proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2023, masih berada dalam kisaran 2,8%, sedikit lebih lemah dari proyeksi bulan Januari 2023, namun agak lebih tinggi dibandingkan tahun lalu," lanjut Sri.
Akan tetapi, sambung dia, kisarannya masih di rentang 2,7-2,8% untuk pertumbuhan ekonomi global tahun ini, dan di tahun depan diharapkan akan lebih baik.
"Artinya, untuk pertumbuhan ekonomi dunia yang 2,8% ini, ini adalah jauh lebih rendah dibandingkan tahun lalu di 3,4% atau bahkan tahun 2021 pada saat terjadi recovery ekonomi sesudah pandemi," pungkasnya.
"Untuk negara berkembang bahkan diperkirakan di 8,6% oleh IMF, sementara negara-negara maju di kisaran 4,7%," ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA edisi April 2023 di Jakarta, Senin (17/4/2023).
Dan untuk keseluruhan global, IMF memperkirakan inflasinya masih berada di kisaran 7%. "Baru akan mulai menurun tahun depan, tapi levelnya masih secara historis lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, bahkan dibandingkan dengan sebelum terjadinya pandemi," ungkap Sri.
Dia mengatakan, hal ini berarti inflasi masih akan tinggi pada jangka yang cukup panjang, atau higher for longer. Inflasi tinggi ini juga tentunya diikuti dengan suku bunga yang juga tinggi dalam jangka waktu yang cukup panjang.
"Ini menjadi kata-kata yang sangat sering dibicarakan pada Spring Meeting minggu lalu di Washington DC, higher for longer untuk inflasi dan suku bunga," ucap Menkeu.
Hal ini kemudian menyebabkan terjadinya pelemahan ekonomi. "Kita lihat dalam hal ini proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2023, masih berada dalam kisaran 2,8%, sedikit lebih lemah dari proyeksi bulan Januari 2023, namun agak lebih tinggi dibandingkan tahun lalu," lanjut Sri.
Akan tetapi, sambung dia, kisarannya masih di rentang 2,7-2,8% untuk pertumbuhan ekonomi global tahun ini, dan di tahun depan diharapkan akan lebih baik.
"Artinya, untuk pertumbuhan ekonomi dunia yang 2,8% ini, ini adalah jauh lebih rendah dibandingkan tahun lalu di 3,4% atau bahkan tahun 2021 pada saat terjadi recovery ekonomi sesudah pandemi," pungkasnya.
(akr)