Laba Bersih PT Vale Triwulan Pertama Tahun 2020 Meningkat Signifikan
loading...
A
A
A
MAKASSAR - PT Vale Indonesia Tbk mengumumkan pencapaian kinerja keuangan yang belum diaudit untuk triwulan pertama tahun 2020 dengan laba positif sebesar AS$29 juta pada triwulan petama.
CEO PT Vale Indonesia Tbk, Nico Kanter mengatakan, kenaikan yang signifikan dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu ketika grup mencatat rugi bersih sebesar AS$20,2 juta.
Namun, hal ini merupakan 49% lebih rendah dibandingkan laba yang diperoleh pada 4T19 sebesar AS$57,2 juta, terutama disebabkan oleh harga nikel dan pengiriman yang lebih rendah.
“Kami menghargai kerja keras seluruh karyawan di PT Vale. Meskipun harus fokus mengantisipasi kemungkinan dampak COVID-19 pada operasi kami, kami masih dapat mencapai hasil yang baik pada triwulan ini,” ujarnya, dalam rilisnya.
Kata dia, pandemi COVID-19 telah menyebar dengan cepat di seluruh dunia, menyebabkan perlambatan ekonomi yang berdampak negatif pada permintaan pasokan di industri nikel.
Hal ini, pada akhirnya mendorong tren penurunan harga nikel pada triwulan pertama tahun 2020, tren yang berpotensi berlanjut ke triwulan kedua.
“Grup telah melakukan berbagai langkah untuk mengantisipasi dan mengurangi dampak potensial dari penyebaran COVID-19 terhadap operasi kami. Sementara kesehatan dan keselamatan tetap menjadi prioritas utama, grup berkomitmen untuk melanjutkan kegiatan produksi dan proyek sejauh mungkin. Beberapa keputusan dan tindakan penting telah diambil untuk meminimalkan risiko infeksi di tempat kerja,” terangnya.
Dijelaskan, Nico Kanter, grup juga bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk “meratakan kurva” pandemi di daerah sekitarnya.
Harga realisasi rata-rata pada triwulan I sebesar AS$10.428 per ton, sekitar 20% lebih rendah dibandingkan harga realisasi rata-rata pada triwulan IV 2019 sebesar AS$12.991 per ton.
PT Vale mencatat penjualan sebesar AS$174,6 juta pada triwulan I tahun 2020, 37% lebih rendah dibandingkan penjualan yang dicatat pada triwulan IV 2019 sebesar AS$275,5 juta.
Sementara, beban pokok pendapatan grup pada triwulan 1 2020 menurun sebesar 14% menjadi AS$154,2 juta dari sebelumnya AS$180,1 juta pada triwulan IV 2019.
Dia menuturkan, penggunaan HSFO per ton nikel yang diproduksi menurun sebesar 10% dibandingkan triwulan sebelumnya dan menurun sebesar 11% dibandingkan tahun lalu. Di sisi lain, konsumsi diesel dan batubara pada triwulan I 2020 meningkat masing-masing sebesar 9% dan 2% dibandingkan triwulan sebelumnya.
Konsumsi diesel yang lebih tinggi terutama disebabkan oleh jarak angkut tambang yang lebih jauh. Produksi pada triwulan I 2020 lebih tinggi sekitar 35% dibandingkan produksi pada triwulan I 2019.
Namun, 14% lebih rendah dibandingkan produksi pada 4T19 yang disebabkan oleh adanya aktivitas pemeliharaan yang telah terencana di pabrik pengolahan.
“Melihat pencapaian sejauh ini dan dengan asumsi tidak ada dampak besar dari COVID-19 pada operasi kami, kami yakin dapat mempertahankan tingkat produksi kami pada tahun 2020,“ kata Nico Kanter.
Kas dan setara kas grup pada 31 Maret 2020 adalah AS$292,8 juta, naik sebesar AS$43,8 juta dari saldo pada 31 Desember 2019 terutama disebabkan oleh pengeluaran kas yang lebih rendah terkait belanja modal pada 1T20 sebesar AS$33,0 juta, dibandingkan dengan AS$57,7 juta yang dikeluarkan pada 4T19. Pada 31 Maret 2020, Perseroan, bersama dengan para pemegang sahamnya, Vale Canada Limited ("VCL") dan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd. ("SMM"), dan juga PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) ("Inalum”) telah menyetujui perpanjangan tenggat waktu penandatanganan perjanjian-perjanjian definitif terkait divestasi hingga akhir Mei 2020.
“Perseroan akan tetap fokus pada berbagai inisiatif penghematan biaya untuk mempertahankan daya saing Perseroan dalam jangka panjang tanpa mengkompromikan nilai utama Perseroan: keselamatan jiwa merupakan hal terpenting dan menjaga kelestarian bumi,” pungkasnya.
CEO PT Vale Indonesia Tbk, Nico Kanter mengatakan, kenaikan yang signifikan dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu ketika grup mencatat rugi bersih sebesar AS$20,2 juta.
Namun, hal ini merupakan 49% lebih rendah dibandingkan laba yang diperoleh pada 4T19 sebesar AS$57,2 juta, terutama disebabkan oleh harga nikel dan pengiriman yang lebih rendah.
“Kami menghargai kerja keras seluruh karyawan di PT Vale. Meskipun harus fokus mengantisipasi kemungkinan dampak COVID-19 pada operasi kami, kami masih dapat mencapai hasil yang baik pada triwulan ini,” ujarnya, dalam rilisnya.
Kata dia, pandemi COVID-19 telah menyebar dengan cepat di seluruh dunia, menyebabkan perlambatan ekonomi yang berdampak negatif pada permintaan pasokan di industri nikel.
Hal ini, pada akhirnya mendorong tren penurunan harga nikel pada triwulan pertama tahun 2020, tren yang berpotensi berlanjut ke triwulan kedua.
“Grup telah melakukan berbagai langkah untuk mengantisipasi dan mengurangi dampak potensial dari penyebaran COVID-19 terhadap operasi kami. Sementara kesehatan dan keselamatan tetap menjadi prioritas utama, grup berkomitmen untuk melanjutkan kegiatan produksi dan proyek sejauh mungkin. Beberapa keputusan dan tindakan penting telah diambil untuk meminimalkan risiko infeksi di tempat kerja,” terangnya.
Dijelaskan, Nico Kanter, grup juga bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk “meratakan kurva” pandemi di daerah sekitarnya.
Harga realisasi rata-rata pada triwulan I sebesar AS$10.428 per ton, sekitar 20% lebih rendah dibandingkan harga realisasi rata-rata pada triwulan IV 2019 sebesar AS$12.991 per ton.
PT Vale mencatat penjualan sebesar AS$174,6 juta pada triwulan I tahun 2020, 37% lebih rendah dibandingkan penjualan yang dicatat pada triwulan IV 2019 sebesar AS$275,5 juta.
Sementara, beban pokok pendapatan grup pada triwulan 1 2020 menurun sebesar 14% menjadi AS$154,2 juta dari sebelumnya AS$180,1 juta pada triwulan IV 2019.
Dia menuturkan, penggunaan HSFO per ton nikel yang diproduksi menurun sebesar 10% dibandingkan triwulan sebelumnya dan menurun sebesar 11% dibandingkan tahun lalu. Di sisi lain, konsumsi diesel dan batubara pada triwulan I 2020 meningkat masing-masing sebesar 9% dan 2% dibandingkan triwulan sebelumnya.
Konsumsi diesel yang lebih tinggi terutama disebabkan oleh jarak angkut tambang yang lebih jauh. Produksi pada triwulan I 2020 lebih tinggi sekitar 35% dibandingkan produksi pada triwulan I 2019.
Namun, 14% lebih rendah dibandingkan produksi pada 4T19 yang disebabkan oleh adanya aktivitas pemeliharaan yang telah terencana di pabrik pengolahan.
“Melihat pencapaian sejauh ini dan dengan asumsi tidak ada dampak besar dari COVID-19 pada operasi kami, kami yakin dapat mempertahankan tingkat produksi kami pada tahun 2020,“ kata Nico Kanter.
Kas dan setara kas grup pada 31 Maret 2020 adalah AS$292,8 juta, naik sebesar AS$43,8 juta dari saldo pada 31 Desember 2019 terutama disebabkan oleh pengeluaran kas yang lebih rendah terkait belanja modal pada 1T20 sebesar AS$33,0 juta, dibandingkan dengan AS$57,7 juta yang dikeluarkan pada 4T19. Pada 31 Maret 2020, Perseroan, bersama dengan para pemegang sahamnya, Vale Canada Limited ("VCL") dan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd. ("SMM"), dan juga PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) ("Inalum”) telah menyetujui perpanjangan tenggat waktu penandatanganan perjanjian-perjanjian definitif terkait divestasi hingga akhir Mei 2020.
“Perseroan akan tetap fokus pada berbagai inisiatif penghematan biaya untuk mempertahankan daya saing Perseroan dalam jangka panjang tanpa mengkompromikan nilai utama Perseroan: keselamatan jiwa merupakan hal terpenting dan menjaga kelestarian bumi,” pungkasnya.
(luq)