10 Negara yang Berhasil Melakukan Redenominasi Mata Uang Terbesar Sepanjang Sejarah

Jum'at, 15 September 2023 - 14:20 WIB
loading...
10 Negara yang Berhasil...
10 negara yang berhasil melakukan redenominasi mata uang terbesar sepanjang sejarah. FOTO/fxssi.com
A A A
JAKARTA - Sepanjang sejarah banyak negara yang mengalami inflasi parah menyebabkan depresiasi mata uang lokal . Dalam beberapa kasus, jumlah angka nol yang sangat banyak hampir tidak muat di uang kertas.

Pada saat itulah redenominasi membantu memperbaiki situasi. Redenominasi berarti mengubah nilai nominal uang kertas dan koin. Ini adalah salah satu dari beberapa cara untuk mengatur peredaran mata uang sehingga orang tidak perlu berurusan dengan jutaan dan miliaran dalam transaksi sehari-hari.

Melansir fxssi.com, sejumlah negara menggunakan redenominasi, misalnya untuk mengadopsi mata uang baru seperti euro. Namun, yang paling umum redenominasi terjadi akibat krisis sebuah negara atau dunia.

Artinya, redenominasi bertujuan untuk memangkas beberapa angka nol dari uang kertas. Berikut 10 negara yang pernah berhasil melakukan redenominasi mata uang terbesar sepanjang sejarah dunia.

1. Hungaria, 1946

Mata uang lama: Pengo Hungaria
Mata uang baru: Forint Hungaria
Nilai tukar: 4×1029∶1

Redenominasi paling signifikan dalam sejarah dunia terjadi di Hongaria pada tahun 1946, ketika pengo diubah menjadi forint dengan nilai tukar 400 oktiliun banding 1.

Uang kertas dengan denominasi tertinggi saat itu memiliki nilai 20 oktiliun (2×1027) pengo, dan nilai tukarnya hanya USD0,0435. Itu adalah kasus hiperinflasi paling parah yang pernah tercatat sejauh ini.

Namun, ini bukanlah redenominasi pertama di negara ini. Setelah Perang Dunia I, Krona Hungaria, yang merupakan mata uang nasional pada saat itu, mengalami inflasi yang sangat tinggi. Jadi, dengan pinjaman dari Liga Bangsa-Bangsa, pemerintah menggantinya dengan pengo dengan nilai 12.500∶1.

Mata uang baru ini dipatok dengan standar emas, dan untuk beberapa waktu, merupakan mata uang yang paling stabil di wilayah tersebut. Namun, pengeluaran yang tinggi selama Perang Dunia II dan Depresi Besar pada tahun 30-an telah mendepresiasi mata uang ini.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1524 seconds (0.1#10.140)