Ganjar Pranowo Komentari Social Commerce TikTok Shop, Apa Bedanya dengan Ecommerce?

Minggu, 22 Oktober 2023 - 16:54 WIB
loading...
Ganjar Pranowo Komentari Social Commerce TikTok Shop, Apa Bedanya dengan Ecommerce?
Calon Presiden Ganjar Pranowo. Foto/Ilustrasi/Dok. SINDOnews
A A A
JAKARTA - Calon Presiden Ganjar Pranowo kembali mengomentari penutupan salah satu social commercedi baru-baru ini yaitu TikTok Shop, karena belum mengajukan izin penyelenggara perdagangan sebagai e-commerce.

Ganjar Pranowo menyampaikan komentar tersebut karena mendapatkan keluhan dari TikTokers usai menghadiri ssenam sehat yang dilaksanakan oleh Network for Ganjar bertajuk “Cherbun Guyub” di Kota Cirbon, Minggu (9/10/2023)

“Bapak tolong regulasi di TikTok Shop dipercepat supaya yang kita UMKM pengen naik. Tolong ya pak karena saya beneran ini banget. Saya adalah pelaku di bawah,” keluh TikTokers tersebut kepada Ganjar Pranowo seperti dilansir dari video yang viral.



Calon Presiden tersebut merespons keluhan para penjual di TikTok Shop yang terganggu akibat penutupan TikTok Shop di Indonesia. Ia memberikan penjelasan kepada para pengguna TikTok tersebut, menegaskan bahwa tugas pemerintah adalah melindungi berbagai segmen masyarakat, termasuk penjual online dan offline.

Ganjar Pranowo menekankan bahwa pemerintah harus bertindak dalam kepentingan negara dan masyarakat, terutama dalam mendukung Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

“Kalau kemudian kita membiarkan itu toko-toko pasar tradisional tutup maka kita harus mendengarkan. Maka langkah yang harus dilakukan adalah semua sekarang mesti mengikuti aturan dan kita akan melindungi rakyat Indonesia,” ujar Ganjar Pranowo.

Selanjutnya, Ganjar Pranowo menghimbau para pengguna TikTok untuk tetap tenang, sambil menjamin bahwa aspirasi mereka akan didengar. Ini adalah kali kedua Ganjar Pranowo mengungkapkan pandangannya tentang
penutupan Social Commerce TikTok Shop.

Konsep Social Commerce sendiri merupakan hal baru di dunia komersil. Perbedaan konsepnya dengan ecommerce saat ini mungkin menjadi alasan mengapa TikTok Shop belum mentaati permintaatn dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk mendaftarkan dirinya sebagai ecommerce.

Apa yang membedakan Social Commerce dengan Ecommerce? Simak perbedaannya agar kita tahu lebih banyak insight atas isu ini yuk!

Perbedaan Social Commerce TikTok Shop dengan Ecommerce

Melansir dari salah satu media Indonesia, Social commerce adalah strategi perdagangan elektronik di mana penjual menjual produk secara online, memungkinkan konsumen untuk berinteraksi dengan merek, menemukan beragam produk, dan menyelesaikan transaksi. Di sisi lain, platform ecommerce mengacu pada pengalaman jual-beli dengan mengakses website dan aplikasi khusus.

Secara singkat social commerce membantu para pelanggan membeli barang dan berinteraksi dengan penjual secara langsung melalui live media sosial, sedangkan ecommerce mengharuskan pelanggan untuk membuka aplikasi berbentuk pasar namun secara daring. Beikut ini beberapa perbedaan keduanya secara spesifik.

1. Fokus Interaksi

Ecommerce menekankan penjualan dan transaksi melalui platform online, seperti situs web e-commerce yang memungkinkan pelanggan untuk membeli produk. Di sisi lain, social commerce menghubungkan transaksi jual beli dengan platform media sosial, memungkinkan konsumen untuk berinteraksi langsung dengan penjual dan produk melalui platform seperti Facebook, Instagram, atau Twitter.

2. Pendekatan Penjualan

Ecommerce lebih berorientasi pada transaksi, di mana pembeli memilih produk dari katalog online dan menambahkannya ke keranjang belanja sebelum melakukan pembayaran. Sebaliknya, social commerce menerapkan pendekatan yang lebih berbasis sosial dan interaktif. Penjualan sering dipengaruhi oleh ulasan, rekomendasi teman, dan konten yang dibagikan oleh pengguna lain.

3. Pengalaman Pembeli

Platform e-commerce menyajikan pengalaman belanja yang lebih fungsional dan transaksional, dengan fokus pada pemilihan produk dan proses pembayaran. Sementara itu, social commerce memberikan pengalaman yang lebih terlibat dan mendalam bagi pembeli. Di social commerce, calon pembeli dapat melihat demo produk sambil berdiskusi langsung dengan penjual.



4. Pemasaran dan Promosi

Ecommerce umumnya bergantung pada strategi pemasaran seperti SEO dan iklan berbayar untuk mengarahkan lalu lintas ke situs web ecommerce. Di sisi lain, social commerce lebih menekankan konten yang menarik di media sosial, termasuk berbagi konten visual, berkomunikasi langsung dengan konsumen, dan memanfaatkan fitur menarik yang ada di platform media sosial.

5. Kepercayaan Konsumen

Dalam ecommerce, kepercayaan dibangun melalui reputasi merek, ulasan produk, dan kualitas layanan. Di social commerce, pengaruh jaringan sosial, seperti rekomendasi dari teman atau influencer yang dipercayai, memegang peran kunci dalam memengaruhi keputusan pembeli.

Itulah lima perbedaan utama antara social commerce dan ecommerce yang sering kali disamakan oleh banyak orang.

Memanfaatkan screen time dari masyarakat yang menggunakan media sosial, tidak mengherankan apabila pada tahun 2022 social commerce meraup keuntungan sebesar 8,6 miliar dollar dikutip dari DSInnovate.
Semoga penjelasan ini membantu pembaca memahami perbedaan esensial antara kedua konsep tersebut dan isu tiktok shop serta mengapa sampai sekarang belum ada pendaftaran yang mereka lakukan.
(fjo)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1498 seconds (0.1#10.140)