Memburu Burung Berprestasi untuk Mencetak Laba dari Anakan Berkualitas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pencinta burung yang beralih profesi menjadi peternak burung bukanlah hal aneh. Selain ingin mendapatkan burung terlatih, mereka juga berharap mendapat trah atau anakan burung berprestasi alias sering menyabet gelar di kompetisi kicau burung.
Pemilik Atap Kenari Bogor, Rizky Maulana, misalnya, mengaku mulai jenuh dengan lomba yang sudah diikutinya sejak 2007. Karena itu, dia kini lebih banyak berkecimpung di belakang layar, mendukung para kicau mania berjuang mengikuti setiap lomba dengan menjual anak burung berprestasi hingga racikan pakan yang berkhasiat.
Cara menternakan burung kicau seperti kenari dan murai termasuk mudah dan dapat dilakukan oleh para pemain baru di dunia kicau mania. Betina dan jantan prestasi hanya perlu disatukan dalam sebuah kandang. Kalau keduanya jodoh, proses kawin terjadi dalam waktu dua hari. (Baca: Kena PHK karena Corona, Karyawan Ini Banting Setir Jualan Mie Ayam Mentah)
"Kami menyebut jodoh karena beberapa mereka juga enggak kawin- kawin. Ada yang pemilih, misalnya jantan atau betina melihat warna lawan jenisnya suka warna tertentu," ungkapnya.
Setelah proses kawin, tidak membutuhkan waktu yang lama 4 hari sudah bertelur dan kemudian dierami selama 14 hari. Saat proses ini dibutuhkan ketenangan bagi sang induk saat mengerami telurnya. Bahkan, kandang pun dipisahkan di tempat yang tidak terlalu bising.
Saat telur menetas, bayi-bayi burung itu kemudian mulai diberi makan bubur bayi instan. Rizky mengatakan, makanan bisa apa saja yang bentuknya cair. Agar praktis, bayi burung berusia dua minggu ini dapat diberi makanan menggunakan suntikan agar langsung menuju mulutnya. Setelah satu bulan baru bisa diberi makan menggunakan sendok.
”Tidak lama-lama kami kasih makan, usia sebulan saja sudah laku terjual. Karena usia 28 hari biasanya anakan sudah bisa lepas dari induknya," ungkapnya. (Baca juga: Ekonomi Jabar Anjlok, Ridwan Kamil Minta Belanja Rutin Dimaksimalkan)
Para pencinta burung ini memang sungguh luar biasa, Rizky bercerita, belum kawin saja mereka sudah berani bayar. "Mereka masuk waiting list, ada catatan saya siapa yang duluan. Biasanya sebelum diambil mereka lihat dan pastikan. Kalau tidak mau dapat menunggu lagi dan anakan ini jatuh kepada urutan selanjutnya," sambungnya.
Harga anakan burung kicau ini berkisar antara Rp300.000 hingga Rp500.000 untuk yang biasa. Jika berasal dari bibit burung yang berprestasi harganya bisa jaduh di atas itu.
Berbeda lagi jika burung kicau itu sudah memasuki usia lima bulan. Mereka sudah masuk tahap mastering atau pelatihan. Rizky menyebut jika masih usia bayi ibarat kaset kosong yang belum ada suaranya.
Atap Kenari Bogor yang berada di Perumahan Indraprasta, Kota Bogor ini juga dapat melatih burung untuk memiliki kicauan yang merdu dan siap untuk ikut lomba. Burung usia lima bulan lebih sudah mulai diumbar atau dibiarkan terbang masih di dalam kandang dengan jangkauan yang lebih lebar. Setelah itu didengarkan nada kicauan atau disebut lagu yang berasal dari burung lain atau rekaman di ponsel.
Untuk dapat berkicau sesuai lagu yang didengarkan butuh waktu enam bulan. Jika lagu dengan kesulitan tinggi waktu mahirnya akan lebih panjang biasanya hingga setahun.
"Ada waktu khusus juga untuk didengarkan lagu tersebut, yaitu malam hari saat mereka istirahat. Kandang ditutup, lagu didengarkan semalaman," jelas Rizky.
Burung-burung yang sudah dilatih selama enam bulan hingga setahun dan siap diadu kicauannya dengan burung lain ini sudah melejit harganya hingga mencapai Rp5 juta. Harga ini akan terus melambung hingga puluhan juta jika sering menang perlombaan.
Salah satu burung kenari milik Rizky misalnya, pernah ditawar hingga Rp20 juta lebih, tapi dengan yakin dia menolak. Burung tersebut akan menjadi indukan lagi yang hasilnya dikemudian hari bisa lebih dari Rp20 juta tentunya. (Baca juga: Pemerintah Membolehkan Sekolah Tatap Muka di Zona Kuning)
Satu ekor pejantan biasanya dalam seminggu bisa tiga kali kawin. Bahkan, minggu depan sudah siap dikawinin lagi. Burung-burung yang sudah berprestasi sangat ditunggu anakannya sehingga Rizky giat untuk mengawinkan.
Dalam sehari sebanyak 8 ekor anakan laku dengan permintaan yang sedang memuncak hingga 20 ekor. Tren burung berkicau ini memang sedang naik daun. Pemain baru maupun yang kembali menyukai burung setelah vakum pun tidak kalah banyaknya. Rentang usia pun semakin muda, para remaja sudah mulai gemar melatih burung berkicau dengan lagu tertentu.
Atap kenari bogor selain serius menjadi breeder anakan unggul juga menjual pakan. Sejak empat tahun lalu Rizky bersama sang kakak, Ismatullah kembali mencari peluang ditengah para pecinta burung kicau ini. Penjualan pakan bahkan sudah ke banyak daerah di Indonesia melalui marketplace.
"Kami jual pakan atas permintaan konsumen dan teman-teman yang penasaran. Apa makanan burung- burung di Atap Kenari Bogor yang sering menjuarai berbagai lomba. Kami langsung buatkan dan jual kemasan dengan berbagai ukuran," jelas Ismatullah.
Dia hanya menyebut pakannya terdiri dari rempah-rempah khusus berdasarkan pengalamannya selama 13 tahun menjadi kicau mania. Dua kakak beradik ini menjadikan teras rumah sebagai tempat berkumpul sesama pencinta burung. Tidak jarang mereka kedatangan tamu dari luar kota hanya untuk melihat burung kenari yang konon berprestasi. Mendengar kicauan indah yang berujung memesan anakannya.
Selain Kenari, Lovebird menjadi favorit para pencinta burung. Warna bulunya yang cantik menjadi incaran. Lovebird juga sering dilombakan untuk suaranya atau disebut kekekan.
Syukur Ade Saputra atau yang akrab disapa Putra ini baru tiga bulan fokus mengurus Lovebird sebelumnya burung kicau. Dia pun sudah berani mengikuti berbagai lomba, berkat keuletannya merawat. Alhasil, sebanyak 20 piala sudah didapatkannya.
Putra juga kini menternakkan Lovebird dari yang awalnya hanya 3 pasang Lovebird kini Putra sudah memiliki 14 ekor Lovebird. (Baca juga: Rusia Diduga Kerahkan Sistem Rudal S-400 ke Libya)
"Pindah ke Lovebird karena ingin tantangan baru. Karena Lovebird ini beda, dia burung yang senang berkoloni atau burung sosial. Tidak mudah untuk diajak lomba," ungkapnya.
Baru-baru ini, Lovebird milik Putra berhasil menang kejuaraan latihan prestasi tingkat wilayah Depok untuk kategori fighter dewasa. Menurutnya, seekor burung memang mengejar pamor juga nama bagus jika sudah sering menang. Kalau sudah terkenal seperti itu pasti banyak orang yang akan mengejar untuk diternak. "Banyak yang rela menunggu trah dari burung yang menang itu," ungkapnya.
Namun tidak jarang juga yang hanya sekadar penasaran dengan settingan burung. Putra kerap diberodong pertanyaan bagaimana melatih Lovebird hingga mampu melakukan kekekan panjang.
Putra kerap berbagi tips treatment yang kerap dilakukannya kepada Lovebird miliknya. Misalnya, sering mandi di malam hari dengan air es. Saat menjelang pagi atau waktu subuh, Lovebird harus dikeluarkan untuk diberi udara segar dan dapat embun pagi.
Hobi ternyata bisa menjadi sumber rezeki apabila ditekuni. Toko Sangkar 33 menjadi bukti bahwa dari hobi mereka bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah dan lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat sekitar.
Bila melewati Jalan Pemuda Rawamangun, Pulomas, Jakarta Timur, deretan toko kandang burung ramai terlihat di sana. Bagi para pencinta burung, toko tersebut bukan hanya menjadi ajang berbelanja, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi dan berbisnis. (Baca juga: Karomah Pusaka Sunan Kalijaga, Rompi Ontokusumo dan Keris Kiai Carubuk)
Salah satunya pemilik toko Sangkar 33, Bernard Samuel Hutabarat. Dia telah menggeluti usahanya selama 22 tahun dan telah berhasil mengembangkan bisnisnya. Tak tanggung-tanggung dalam satu tahun, pria yang akrab disapa Samuel ini mampu mengantongi omzet kotor hingga Rp100 juta.
Samuel memiliki ide menjadikan kandang burung sebagai bisnisnya karena kecintaannya memelihara burung sejak duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) dan mulai ketagihan sampai akhirnya mendirikan toko sangkar burung saat dirinya berusia 18 tahun.
"Lokasi toko saya awalnya berada di Pulomas dan dulu belum fokus pada kandang burung karena saya jual burung juga. Tetapi karena saya lihat peluang bisnis kandang cukup menjanjikan dan lebih minim risiko, maka saya lebih memfokuskan ke usaha jual-beli kandang," ungkapnya saat dihubungi KORAN SINDO.
Saat ini Samuel telah memiliki 2 toko yang terletak di daerah Pulomas dan Depok, Jawa Barat. Berbagai macam merek kandang burung pun terdapat di toko yang didirikannya dengan modal awal Rp300 juta tersebut. Tidak hanya kandang dari label yang sudah terkenal, Samuel pun memproduksi kandang buatannya sendiri.
"Ada kandang dengan merek terkenal dan ada label Sangkar 33 yang memang saya produksi sendiri. Untuk bahan bakunya saya datangkan langsung dari daerah Jawa yang benar-benar memiliki kualitas kayu bagus. Seperti untuk kandang kotak, saya datangkan langsung dari Malang dan untuk kandang bulat saya datangkan langsung dari Garut," jelasnya. (Ananda Naraya/ Aprilia Sandyna)
Pemilik Atap Kenari Bogor, Rizky Maulana, misalnya, mengaku mulai jenuh dengan lomba yang sudah diikutinya sejak 2007. Karena itu, dia kini lebih banyak berkecimpung di belakang layar, mendukung para kicau mania berjuang mengikuti setiap lomba dengan menjual anak burung berprestasi hingga racikan pakan yang berkhasiat.
Cara menternakan burung kicau seperti kenari dan murai termasuk mudah dan dapat dilakukan oleh para pemain baru di dunia kicau mania. Betina dan jantan prestasi hanya perlu disatukan dalam sebuah kandang. Kalau keduanya jodoh, proses kawin terjadi dalam waktu dua hari. (Baca: Kena PHK karena Corona, Karyawan Ini Banting Setir Jualan Mie Ayam Mentah)
"Kami menyebut jodoh karena beberapa mereka juga enggak kawin- kawin. Ada yang pemilih, misalnya jantan atau betina melihat warna lawan jenisnya suka warna tertentu," ungkapnya.
Setelah proses kawin, tidak membutuhkan waktu yang lama 4 hari sudah bertelur dan kemudian dierami selama 14 hari. Saat proses ini dibutuhkan ketenangan bagi sang induk saat mengerami telurnya. Bahkan, kandang pun dipisahkan di tempat yang tidak terlalu bising.
Saat telur menetas, bayi-bayi burung itu kemudian mulai diberi makan bubur bayi instan. Rizky mengatakan, makanan bisa apa saja yang bentuknya cair. Agar praktis, bayi burung berusia dua minggu ini dapat diberi makanan menggunakan suntikan agar langsung menuju mulutnya. Setelah satu bulan baru bisa diberi makan menggunakan sendok.
”Tidak lama-lama kami kasih makan, usia sebulan saja sudah laku terjual. Karena usia 28 hari biasanya anakan sudah bisa lepas dari induknya," ungkapnya. (Baca juga: Ekonomi Jabar Anjlok, Ridwan Kamil Minta Belanja Rutin Dimaksimalkan)
Para pencinta burung ini memang sungguh luar biasa, Rizky bercerita, belum kawin saja mereka sudah berani bayar. "Mereka masuk waiting list, ada catatan saya siapa yang duluan. Biasanya sebelum diambil mereka lihat dan pastikan. Kalau tidak mau dapat menunggu lagi dan anakan ini jatuh kepada urutan selanjutnya," sambungnya.
Harga anakan burung kicau ini berkisar antara Rp300.000 hingga Rp500.000 untuk yang biasa. Jika berasal dari bibit burung yang berprestasi harganya bisa jaduh di atas itu.
Berbeda lagi jika burung kicau itu sudah memasuki usia lima bulan. Mereka sudah masuk tahap mastering atau pelatihan. Rizky menyebut jika masih usia bayi ibarat kaset kosong yang belum ada suaranya.
Atap Kenari Bogor yang berada di Perumahan Indraprasta, Kota Bogor ini juga dapat melatih burung untuk memiliki kicauan yang merdu dan siap untuk ikut lomba. Burung usia lima bulan lebih sudah mulai diumbar atau dibiarkan terbang masih di dalam kandang dengan jangkauan yang lebih lebar. Setelah itu didengarkan nada kicauan atau disebut lagu yang berasal dari burung lain atau rekaman di ponsel.
Untuk dapat berkicau sesuai lagu yang didengarkan butuh waktu enam bulan. Jika lagu dengan kesulitan tinggi waktu mahirnya akan lebih panjang biasanya hingga setahun.
"Ada waktu khusus juga untuk didengarkan lagu tersebut, yaitu malam hari saat mereka istirahat. Kandang ditutup, lagu didengarkan semalaman," jelas Rizky.
Burung-burung yang sudah dilatih selama enam bulan hingga setahun dan siap diadu kicauannya dengan burung lain ini sudah melejit harganya hingga mencapai Rp5 juta. Harga ini akan terus melambung hingga puluhan juta jika sering menang perlombaan.
Salah satu burung kenari milik Rizky misalnya, pernah ditawar hingga Rp20 juta lebih, tapi dengan yakin dia menolak. Burung tersebut akan menjadi indukan lagi yang hasilnya dikemudian hari bisa lebih dari Rp20 juta tentunya. (Baca juga: Pemerintah Membolehkan Sekolah Tatap Muka di Zona Kuning)
Satu ekor pejantan biasanya dalam seminggu bisa tiga kali kawin. Bahkan, minggu depan sudah siap dikawinin lagi. Burung-burung yang sudah berprestasi sangat ditunggu anakannya sehingga Rizky giat untuk mengawinkan.
Dalam sehari sebanyak 8 ekor anakan laku dengan permintaan yang sedang memuncak hingga 20 ekor. Tren burung berkicau ini memang sedang naik daun. Pemain baru maupun yang kembali menyukai burung setelah vakum pun tidak kalah banyaknya. Rentang usia pun semakin muda, para remaja sudah mulai gemar melatih burung berkicau dengan lagu tertentu.
Atap kenari bogor selain serius menjadi breeder anakan unggul juga menjual pakan. Sejak empat tahun lalu Rizky bersama sang kakak, Ismatullah kembali mencari peluang ditengah para pecinta burung kicau ini. Penjualan pakan bahkan sudah ke banyak daerah di Indonesia melalui marketplace.
"Kami jual pakan atas permintaan konsumen dan teman-teman yang penasaran. Apa makanan burung- burung di Atap Kenari Bogor yang sering menjuarai berbagai lomba. Kami langsung buatkan dan jual kemasan dengan berbagai ukuran," jelas Ismatullah.
Dia hanya menyebut pakannya terdiri dari rempah-rempah khusus berdasarkan pengalamannya selama 13 tahun menjadi kicau mania. Dua kakak beradik ini menjadikan teras rumah sebagai tempat berkumpul sesama pencinta burung. Tidak jarang mereka kedatangan tamu dari luar kota hanya untuk melihat burung kenari yang konon berprestasi. Mendengar kicauan indah yang berujung memesan anakannya.
Selain Kenari, Lovebird menjadi favorit para pencinta burung. Warna bulunya yang cantik menjadi incaran. Lovebird juga sering dilombakan untuk suaranya atau disebut kekekan.
Syukur Ade Saputra atau yang akrab disapa Putra ini baru tiga bulan fokus mengurus Lovebird sebelumnya burung kicau. Dia pun sudah berani mengikuti berbagai lomba, berkat keuletannya merawat. Alhasil, sebanyak 20 piala sudah didapatkannya.
Putra juga kini menternakkan Lovebird dari yang awalnya hanya 3 pasang Lovebird kini Putra sudah memiliki 14 ekor Lovebird. (Baca juga: Rusia Diduga Kerahkan Sistem Rudal S-400 ke Libya)
"Pindah ke Lovebird karena ingin tantangan baru. Karena Lovebird ini beda, dia burung yang senang berkoloni atau burung sosial. Tidak mudah untuk diajak lomba," ungkapnya.
Baru-baru ini, Lovebird milik Putra berhasil menang kejuaraan latihan prestasi tingkat wilayah Depok untuk kategori fighter dewasa. Menurutnya, seekor burung memang mengejar pamor juga nama bagus jika sudah sering menang. Kalau sudah terkenal seperti itu pasti banyak orang yang akan mengejar untuk diternak. "Banyak yang rela menunggu trah dari burung yang menang itu," ungkapnya.
Namun tidak jarang juga yang hanya sekadar penasaran dengan settingan burung. Putra kerap diberodong pertanyaan bagaimana melatih Lovebird hingga mampu melakukan kekekan panjang.
Putra kerap berbagi tips treatment yang kerap dilakukannya kepada Lovebird miliknya. Misalnya, sering mandi di malam hari dengan air es. Saat menjelang pagi atau waktu subuh, Lovebird harus dikeluarkan untuk diberi udara segar dan dapat embun pagi.
Hobi ternyata bisa menjadi sumber rezeki apabila ditekuni. Toko Sangkar 33 menjadi bukti bahwa dari hobi mereka bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah dan lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat sekitar.
Bila melewati Jalan Pemuda Rawamangun, Pulomas, Jakarta Timur, deretan toko kandang burung ramai terlihat di sana. Bagi para pencinta burung, toko tersebut bukan hanya menjadi ajang berbelanja, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi dan berbisnis. (Baca juga: Karomah Pusaka Sunan Kalijaga, Rompi Ontokusumo dan Keris Kiai Carubuk)
Salah satunya pemilik toko Sangkar 33, Bernard Samuel Hutabarat. Dia telah menggeluti usahanya selama 22 tahun dan telah berhasil mengembangkan bisnisnya. Tak tanggung-tanggung dalam satu tahun, pria yang akrab disapa Samuel ini mampu mengantongi omzet kotor hingga Rp100 juta.
Samuel memiliki ide menjadikan kandang burung sebagai bisnisnya karena kecintaannya memelihara burung sejak duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) dan mulai ketagihan sampai akhirnya mendirikan toko sangkar burung saat dirinya berusia 18 tahun.
"Lokasi toko saya awalnya berada di Pulomas dan dulu belum fokus pada kandang burung karena saya jual burung juga. Tetapi karena saya lihat peluang bisnis kandang cukup menjanjikan dan lebih minim risiko, maka saya lebih memfokuskan ke usaha jual-beli kandang," ungkapnya saat dihubungi KORAN SINDO.
Saat ini Samuel telah memiliki 2 toko yang terletak di daerah Pulomas dan Depok, Jawa Barat. Berbagai macam merek kandang burung pun terdapat di toko yang didirikannya dengan modal awal Rp300 juta tersebut. Tidak hanya kandang dari label yang sudah terkenal, Samuel pun memproduksi kandang buatannya sendiri.
"Ada kandang dengan merek terkenal dan ada label Sangkar 33 yang memang saya produksi sendiri. Untuk bahan bakunya saya datangkan langsung dari daerah Jawa yang benar-benar memiliki kualitas kayu bagus. Seperti untuk kandang kotak, saya datangkan langsung dari Malang dan untuk kandang bulat saya datangkan langsung dari Garut," jelasnya. (Ananda Naraya/ Aprilia Sandyna)
(ysw)