Ekonom Buka-bukaan Soal Dua Sisi Boikot Produk Pro Israel
loading...
A
A
A
JAKARTA - Aksi boikot terhadap produk-produk yang diduga pro Israel diyakini rawan salah sasaran. Selain itu pemerintah Indonesia disarankan mulai antisipasi kemungkinan terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja ( PHK ) dari perusahaan-perusahaan pemilik produk atau merek yang terkena dampak negatif.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal mengatakan, aksi boikot terhadap produk yang diduga terafiliasi dengan Israel memang memiliki dua sisi. ”Satu sisi saya melihat aksi boikot ini gerakan moral yang harapannya memaksimalkan atau mengefektifkan tekanan terhadap Israel,” ucapnya dalam keterangannya, Rabu (13/11/2023).
Pada saat yang sama, di sisi lain, aksi ini juga berdampak terhadap perekonomian yang dalam hal ini adalah perekonomian Indonesia. ”Kita mesti meminimalkan dampak terhadap ekonomi Indonesia sendiri,” terusnya.
Hal ini perlu disikapi serius terlebih daftar produk atau merek yang beredar untuk diboikot belum tentu benar-benar sesuai dugaan yaitu terafiliasi dengan Israel. ”Karena kita tahu, list produknya berasal dari medsos yang bisa jadi kebenarannya tidak valid,” ungkap Faisal mengingatkan.
Salah sasaran atas aksi boikot akan mengurangi makna solidaritas terhadap Palestina dan tekanan kepada Israel. Lebih memprihatinkan lagi karena ternyata dampak aksi boikot ini telah nyata terhadap pengurangan produksi dan penjualan dari produk-produk serta merek yang sejauh ini telah menjadi sasaran. ”Terhadap produk jadi sasaran boikot, memang ada dampaknya.”
Maka Faisal menyarankan, Pemerintah perlu mengantisipasi khusus. Meskipun dengan program yang sudah ada. ”Misalnya terjadi PHK gara-gara penurunan permintaan, ini kan sebetulnya pada saat pandemi sudah ada program-program untuk menolong mereka yang terkena PHK. Ini bisa jadi consider kalau dampaknya meluas,” sarannya.
Dampak terhadap ketenagakerjaan itu lah, menurut Faisal, menjadi salah satu hal yang perlu menjadi perhatian pemerintah saat ini. Perlu diantisipasi secara lebih dini seiring dengan dampak nyata yang terjadi dari aksi boikot ini.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menyampaikan hal yang sama. ”Iya produk FMCG (Fast Moving Consumer Goods) memang cukup terkena dampak mengingat produk-produk ini lekat dengan keseharian masyarakat Indonesia dan perputarannya cepat,” ungkapnya.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal mengatakan, aksi boikot terhadap produk yang diduga terafiliasi dengan Israel memang memiliki dua sisi. ”Satu sisi saya melihat aksi boikot ini gerakan moral yang harapannya memaksimalkan atau mengefektifkan tekanan terhadap Israel,” ucapnya dalam keterangannya, Rabu (13/11/2023).
Pada saat yang sama, di sisi lain, aksi ini juga berdampak terhadap perekonomian yang dalam hal ini adalah perekonomian Indonesia. ”Kita mesti meminimalkan dampak terhadap ekonomi Indonesia sendiri,” terusnya.
Hal ini perlu disikapi serius terlebih daftar produk atau merek yang beredar untuk diboikot belum tentu benar-benar sesuai dugaan yaitu terafiliasi dengan Israel. ”Karena kita tahu, list produknya berasal dari medsos yang bisa jadi kebenarannya tidak valid,” ungkap Faisal mengingatkan.
Salah sasaran atas aksi boikot akan mengurangi makna solidaritas terhadap Palestina dan tekanan kepada Israel. Lebih memprihatinkan lagi karena ternyata dampak aksi boikot ini telah nyata terhadap pengurangan produksi dan penjualan dari produk-produk serta merek yang sejauh ini telah menjadi sasaran. ”Terhadap produk jadi sasaran boikot, memang ada dampaknya.”
Maka Faisal menyarankan, Pemerintah perlu mengantisipasi khusus. Meskipun dengan program yang sudah ada. ”Misalnya terjadi PHK gara-gara penurunan permintaan, ini kan sebetulnya pada saat pandemi sudah ada program-program untuk menolong mereka yang terkena PHK. Ini bisa jadi consider kalau dampaknya meluas,” sarannya.
Dampak terhadap ketenagakerjaan itu lah, menurut Faisal, menjadi salah satu hal yang perlu menjadi perhatian pemerintah saat ini. Perlu diantisipasi secara lebih dini seiring dengan dampak nyata yang terjadi dari aksi boikot ini.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menyampaikan hal yang sama. ”Iya produk FMCG (Fast Moving Consumer Goods) memang cukup terkena dampak mengingat produk-produk ini lekat dengan keseharian masyarakat Indonesia dan perputarannya cepat,” ungkapnya.