Dampak Ngeri Perang Iran-Israel Bagi Perekonomian Indonesia

Minggu, 21 April 2024 - 09:14 WIB
loading...
A A A
Dia memproyeksikan penambahan anggaran subsidi mencapai Rp50-Rp110 triliun. Dengan proyeksi ini, pengeluaran pemerintah akan lebih besar ketimbang pendapatan dari pajak atau terjadi defisit fiskal. "Beban fiskal APBN 2024 yang sebelumnya 2,3%-2,4%, defisit fiskalnya bisa jadi 2,8 %-2,9%," kata dia.

Fithra waswas kondisi ini akan membuat investor kabur karena mereka tidak yakin Indonesia dapat menekan defisit fiskal pada 2025. Akibatnya, nilai rupiah akan semakin turun. Saat ini saja, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sudah tembus di atas Rp16.000 per dolar AS. Hal senada dikatakan Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira. Dampak perang tersebut akan megerek harga BBM, LPG hingga tarif listrik untuk mengimbangi biaya subsidi.

BBM, listrik, dan LPG merupakan komoditas penting dalam proses produksi. Menurut Bhima jika tarif tersebut naik maka biaya produksi juga bisa meningkat. Produsen kemudian membebankan kenaikan itu ke masyarakat dengan cara menaikkan harga pangan berdampak pada inflasi .

"Jika inflasi naik terlalu tinggi efeknya adalah ke daya beli masyarakat yang saat ini sudah tertekan oleh berbagai kenaikan harga pangan," kata dia.



Tak berhenti di situ, ketika harga mulai naik dan inflasi meningkat Bank Indonesia (BI) berpotensi menaikkan suku bunga acuan sehingga meningkatkan bunga kredit perbankan. Kebijakan ini dapat menyusahkan warga yang sedang berupaya melunasi berbagai cicilan KPR hingga kebutuhan lain. Sebab itu, dampak konflik Iran dengan Israel perlu adanya intervesi dari pemerintah dan otoritas terkait.
(nng)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3295 seconds (0.1#10.140)