Beda Rusia dengan China, India Tolak Malaysia Gabung BRICS

Kamis, 01 Agustus 2024 - 11:08 WIB
loading...
Beda Rusia dengan China,...
China dan Rusia mendukung penguatan aliansi BRICS melalui ekspansi di negara-negara Asia Tenggara. FOTO/Flickr
A A A
JAKARTA - China mendukung penguatan aliansi BRICS melalui ekspansi di negara-negara Asia Tenggara. Dengan bertambahnya negara baru yang bergabung dengan BRICS, negara komunis ini optimistis mampu mempercepat agenda dedolarisasi untuk melawan Amerika Serikat (AS) di panggung perdagangan global.

Tujuan utama BRICS adalah mencampakkan dolar AS dari mata uang cadangan dunia dan menggantinya dengan mata uang lokal. Malaysia baru-baru ini mengajukan permohonan untuk bergabung dengan BRICS dengan bantuan Rusia.



China mendukung masuknya Malaysia ke dalam aliansi ini. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menadaskan bahwa negaranya bersedia menerima Malaysia untuk bergabung dengan blok tersebut.

"China menyambut baik partisipasi lebih banyak mitra dalam kerja sama di dalam BRICS sehingga kita dapat bertindak bersama untuk mendorong pengembangan tatanan internasional yang lebih adil dan masuk akal," ujar Lin Jian dilansir dari Watcher Guru, Kamis (1/8/2024).

Namun, perluasan BRICS adalah berdasarkan konsensus dan anggota lainnya harus memberikan suara untuk keanggotaan Malaysia. Malaysia tidak akan menjadi bagian dari blok ini jika hanya menerima dukungan dari China dan Rusia.

Baca Juga: Khamenei Perintahkan Iran Serang Israel, Balas Dendam Pembunuhan Ismail Haniyeh

Berdasarkan kesepakatan, setiap anggota lainnya harus menyetujui induksi Malaysia agar negara ini dapat diundang secara resmi untuk bergabung dengan BRICS.

India Menolak

Laporan terbaru menunjukkan, India menolak gagasan ekspansi BRICS di 2024. Pemerintah Modi ingin menghentikan sementara penerimaan negara-negara baru termasuk Malaysia selama lima tahun ke depan. India ingin menetapkan seperangkat aturan dan kebijakan yang jelas dalam lima tahun ke depan dan tidak secara membabi buta menerima negara-negara baru. Di sisi lain, China dan Rusia menginginkan hal yang sebaliknya.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1392 seconds (0.1#10.140)