Siapa Bilang Ambles? Ini Sumbangsih Industri Hulu Migas untuk Ketahanan Energi Nasional

Sabtu, 17 Agustus 2024 - 19:23 WIB
loading...
A A A
Ketiga, pembangunan Teknologi Digital agar dapat bersaing di era kompetisi industri hulu migas global yang akan semakin ketat. Digitalisasi pengelolaan rantai suplai merupakan salah satu pilar Rencana Strategis hulu migas dan selaras dengan arahan Pemerintah.

“Untuk itu, SKK Migas telah mengimplementasikan IOG E-Commerce yang dimulai untuk pengadaan barang/peralatan dengan nilai sampai 1 miliar rupiah,” katanya.

Keempat, peningkatan efek multiplier melalui penandatanganan 10 GSA dengan total nilai USD1,2 miliar atau setara dengan Rp18,9 triliun rupiah, serta penandatanganan 8 Procurement Contract senilai USD428 juta atau setara Rp6,4 triliun, yang dilakukan pada saat pembukaan Supply Chain & National Capacity Summit beberapa hari lalu.

Kelima, pemerataan ekonomi dan membuka lapangan kerja baru. Industri Hulu Migas melalui Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) yang berorientasi untuk menciptakan kesejahteraan sosial. “Pada tahun 2024 ini, telah diperoleh Kesepakatan Anggaran PPM sebesar USD35,38 Juta atau sebesar Rp530 Miliar, naik sebesar 127% dari tahun 2023 yang sebesar USD27,7 Juta,” kata Hudi.

Keenam, industri Hulu Migas turut berkontribusi dalam upaya mengurangi emisi karbon. Industri hulu migas telah meluncurkan 6 inisiatif untuk pengurangan karbon. Selain program CCS, Energy management, Zero Routine Flaring dan lain-lain.

“Setiap tahunnya industri hulu migas menargetkan penanaman 2 juta pohon dan sejak diluncurkannya renstra IOG 4.0 pada tahun 2020 telah menanam 8,5 juta pohon,” ujarnya.

Hudi mengakui, masih ada tantangan yang dihadapi oleh industri migas kedepan berupa ketertinggalan produksi migas kita dari target yang ditetapkan. Selain itu kita memiliki gap yang sangat signifikan yang harus kita jembatani untuk mencapai target produksi Long Term Plan 1 juta BOPD dan 12 BSCFD.

“Untuk tahun 2024, dari target produksi minyak LTP sebesar 709.000 BOPD, produksi baru mencapai 579.000 BOPD, artinya terdapat kekurangan sebesar 130.000 BOPD yang perlu kita atasi. Sedangkan untuk gas, target LTP untuk tahun 2024 adalah 6.736 MMSCFD, tetapi produksi saat ini hanya mencapai 5.334 MMSCFD, mengakibatkan selisih sebesar 1.402 MMSCFD yang masih perlu diisi,” urainya.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Hudi menekankan pentingnya kolaborasi antara para stakeholder industri migas. “Mindset kolaborasi dalam melakukan pekerjaan transformasi ini sangat penting, karena memang kita harus bergerak secara bersama-sama untuk satu tujuan sehingga tidak bisa tidak, kita harus berkolaborasi. Sikap ego sektoral dan silo mentality hanya akan menjauhkan kita dari pencapaian target bersama,” kata Husi.

Apalagi di tahun-tahun ke depan, ada sejumlah target yang harus dicapai oleh industri migas, yaitu peningkatan investasi sebesar USD16,1 miliar atau Rp242 triliun atau naik 17% dibandingkan tahun 2023 yang lalu, yang tercatat sebesar USS13,7 miliar atau sebesar Rp206 triliun.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1546 seconds (0.1#10.140)