Besarnya Beban Pajak Dinilai Jadi Penyebab Industri RI Terpuruk
loading...
A
A
A
PR selanjutnya, adalah daya beli masyarakat yang saat ini melemah dikarenakan semakin tingginya biaya hidup yang fokus pada pengeluaran rumah tangga seperti sektor pangan, energi, kesehatan, pendidikan dan cicilan tempat tinggalnya walaupun saat ini mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Akhirnya daya beli masyarakat terhadap barang barang konsumtif seperti pakaian baik yang dari industri lokal maupun Impor seperti di Mangga Dua pun juga sangat berkurang.
"Jadi tolong pemerintah introspeksi diri dan harus paham bahwa yang membuat hancurnya industri adalah rakusnya perpajakan kita," ucapnya.
BHS mengimbau kepada pemerintah untuk lebih aktif mendorong dan mengajak masyarakat untuk menggunakan produk industri dalam negeri. Dimana saat ini dorongan cinta produk Indonesia dari Pemerintah sangat kurang.
"Coba kita lihat di jaman Pak Harto, Slogan Aku Cinta Produk Indonesia itu sangat gencar. Pemerintah harus tampil di depan mendukung industri dalam negeri. Berikan insentif pajak, insentif energi, insentif bunga bank, dan dukung iklim usaha yang kondusif, tanpa munculnya pungutan pungutan liar. Dan juga mendorong bangun market untuk produk dalam negeri, serta yang paling penting, negara ini harus dikelola oleh orang-orang profesional. Supaya iklim usaha di Indonesia bisa tumbuh lebih baik," pungkasnya.
"Jadi tolong pemerintah introspeksi diri dan harus paham bahwa yang membuat hancurnya industri adalah rakusnya perpajakan kita," ucapnya.
BHS mengimbau kepada pemerintah untuk lebih aktif mendorong dan mengajak masyarakat untuk menggunakan produk industri dalam negeri. Dimana saat ini dorongan cinta produk Indonesia dari Pemerintah sangat kurang.
"Coba kita lihat di jaman Pak Harto, Slogan Aku Cinta Produk Indonesia itu sangat gencar. Pemerintah harus tampil di depan mendukung industri dalam negeri. Berikan insentif pajak, insentif energi, insentif bunga bank, dan dukung iklim usaha yang kondusif, tanpa munculnya pungutan pungutan liar. Dan juga mendorong bangun market untuk produk dalam negeri, serta yang paling penting, negara ini harus dikelola oleh orang-orang profesional. Supaya iklim usaha di Indonesia bisa tumbuh lebih baik," pungkasnya.
(nng)