Daftar Negara yang Terang-terangan Melakukan Dedolarisasi
loading...
A
A
A
Brasil
Brasil membuka bank kliring yuan pertamanya pada tahun 2023 dan bergabung dengan CIPS melalui kemitraan strategis. Pada 5,37%, yuan kini menyumbang lebih banyak cadangan devisa Brasil daripada euro, yang menunjukkan komitmen negara tersebut terhadap diversifikasi mata uang dan dengan demikian berkontribusi pada de-dolarisasi.
Pemerintah baru-baru ini menyelesaikan perdagangan langsung pertamanya menggunakan yuan dan real, yang membuka jalur baru bagi perdagangan Amerika Selatan.
Kamboja
Kamboja tumbuh melalui ekspor manufaktur elektronik dan pembangunan ekonomi strategis. Bank sentralnya membutuhkan peningkatan cadangan mata uang asing sembari menerapkan kebijakan keuangan baru. Meningkatnya pariwisata membantu memperkuat mata uang lokal melalui aktivitas ekonomi yang berkelanjutan.
Indonesia
Melalui perjanjian bilateral, Indonesia berdagang menggunakan mata uang lokal dengan China, Malaysia, Thailand, Jepang, dan Korea Selatan. Sistem QRIS-nya membantu 3,6 juta usaha kecil menggunakan mata uang lokal untuk pembayaran, yang mendorong inklusi keuangan dan integrasi regional.
Thailand
Melalui perjanjian inovatif, Thailand mulai berdagang menggunakan mata uang lokal dengan Indonesia dan Malaysia pada tahun 2016. Pariwisata dan investasi asing masih membutuhkan dolar, tetapi bank sentral bekerja secara aktif pada koneksi pembayaran regional dan pengembangan infrastruktur keuangan.
Peralihan penggunaan dollar AS ke mata uang lokal dinilai tak lepas dari kehati-hatian banyak negara untuk mempertahankan ekonominya dari pengaruh eksternal, khususnya yang terkait dengan kebijakan Amerika serikat (AS).
Ketika Federal Reserve menaikkan suku bunga misalnya, negara-negara berkembang menghadapi tantangan yang semakin besar. Uang meninggalkan negara-negara ini, dan utang menjadi lebih mahal untuk dilunasi, sehingga menimbulkan tekanan ekonomi yang signifikan. Tekanan ini mendorong negara-negara untuk mencari alternatif bagi sistem dolar dan mengembangkan mekanisme keuangan yang independen.
Beberapa negara seperti Belarus misalnya, kini sepenuhnya menggunakan sistem SPFS Rusia untuk transaksi regional. Armenia meningkatkan perdagangan mata uang lokal melalui bank-bank CIS dan jaringan keuangan. Kedua negara tersebut kini tidak terlalu bergantung pada sistem keuangan Barat dan memperkuat koneksi perbankan regional melalui solusi pembayaran yang inovatif dan sistem pengiriman pesan yang terintegrasi.
Kendati dedolarisasi semakin gencar, kedigdayaan dolar AS sebagai mata uang utama dalam penyelesaian perdagangan dunia masih belum tergoyahkan. Bahkan, data terbaru dari sistem pengiriman pesan pembayaran SWIFT menunjukkan bahwa penyelesaian perdagangan dalam dolar AS telah meningkat sebesar 9%.
Brasil membuka bank kliring yuan pertamanya pada tahun 2023 dan bergabung dengan CIPS melalui kemitraan strategis. Pada 5,37%, yuan kini menyumbang lebih banyak cadangan devisa Brasil daripada euro, yang menunjukkan komitmen negara tersebut terhadap diversifikasi mata uang dan dengan demikian berkontribusi pada de-dolarisasi.
Pemerintah baru-baru ini menyelesaikan perdagangan langsung pertamanya menggunakan yuan dan real, yang membuka jalur baru bagi perdagangan Amerika Selatan.
Kamboja
Kamboja tumbuh melalui ekspor manufaktur elektronik dan pembangunan ekonomi strategis. Bank sentralnya membutuhkan peningkatan cadangan mata uang asing sembari menerapkan kebijakan keuangan baru. Meningkatnya pariwisata membantu memperkuat mata uang lokal melalui aktivitas ekonomi yang berkelanjutan.
Indonesia
Melalui perjanjian bilateral, Indonesia berdagang menggunakan mata uang lokal dengan China, Malaysia, Thailand, Jepang, dan Korea Selatan. Sistem QRIS-nya membantu 3,6 juta usaha kecil menggunakan mata uang lokal untuk pembayaran, yang mendorong inklusi keuangan dan integrasi regional.
Thailand
Melalui perjanjian inovatif, Thailand mulai berdagang menggunakan mata uang lokal dengan Indonesia dan Malaysia pada tahun 2016. Pariwisata dan investasi asing masih membutuhkan dolar, tetapi bank sentral bekerja secara aktif pada koneksi pembayaran regional dan pengembangan infrastruktur keuangan.
Peralihan penggunaan dollar AS ke mata uang lokal dinilai tak lepas dari kehati-hatian banyak negara untuk mempertahankan ekonominya dari pengaruh eksternal, khususnya yang terkait dengan kebijakan Amerika serikat (AS).
Ketika Federal Reserve menaikkan suku bunga misalnya, negara-negara berkembang menghadapi tantangan yang semakin besar. Uang meninggalkan negara-negara ini, dan utang menjadi lebih mahal untuk dilunasi, sehingga menimbulkan tekanan ekonomi yang signifikan. Tekanan ini mendorong negara-negara untuk mencari alternatif bagi sistem dolar dan mengembangkan mekanisme keuangan yang independen.
Beberapa negara seperti Belarus misalnya, kini sepenuhnya menggunakan sistem SPFS Rusia untuk transaksi regional. Armenia meningkatkan perdagangan mata uang lokal melalui bank-bank CIS dan jaringan keuangan. Kedua negara tersebut kini tidak terlalu bergantung pada sistem keuangan Barat dan memperkuat koneksi perbankan regional melalui solusi pembayaran yang inovatif dan sistem pengiriman pesan yang terintegrasi.
Kendati dedolarisasi semakin gencar, kedigdayaan dolar AS sebagai mata uang utama dalam penyelesaian perdagangan dunia masih belum tergoyahkan. Bahkan, data terbaru dari sistem pengiriman pesan pembayaran SWIFT menunjukkan bahwa penyelesaian perdagangan dalam dolar AS telah meningkat sebesar 9%.