Seberapa Efektif Cara Pizza Hut Jualan di Jalan Dongkrak Penjualan

Selasa, 29 September 2020 - 10:06 WIB
loading...
Seberapa Efektif Cara Pizza Hut Jualan di Jalan Dongkrak Penjualan
Seberapa efektifkah strategi turun kasta resto-resto brande dengan jualan di jalan seperti yang dilakukan Pizza Hut untuk mendongkrak penjualan. Hal ini coba dijawab pengamat manajemen. Foto/Isra Triansyah
A A A
JAKARTA - Strategi bisnis turun kasta resto-resto brande dengan berjualan di jalan seperti yang dilakukan Pizza Hut dinilai kurang efektif. Sebagai restoran yang masuk kategorihigh end, namun format penjualan yanglow end. Pengamat manajemen dari PPM School of Management Wahyu Tri Setyobudi menerangkan, padahal salah satu nilai atauvaluedari produkhigh endyaitu menawarkan eksklusivitas.

(Baca Juga: Resto Besar Rela Turun Kasta Demi Bertahan di Masa Pandemi )

Dirinya menilai strategi itu belum tentu efektif untuk jangka panjang. Menurutnya, belum tentu metode pemasaran tersebut secara sistemik akan menjadi solusi. Kalau melihat dari sisi brand atau jangka panjang, Wahyu menilai upaya tersebut tidak produktif.

“Kalau menjual secaralow end, artinya melepaskancompetitive positioningyang seakan-akan memberi pesan ke masyarakat bahwa tidak ada jalan lain. Mengorbankan jangka panjang hanya untuk mendapatkan tindakan reaktif jangka pendek. Harusnya lebih elegan menurut saya, itu kontraproduktif, sangat berbahaya. Karenabranditu dibangun lama dan menggunakan investasi yang tidak sedikit,” ungkap Wahyu kepadaSINDO, Selasa (29/9/2020).

Ketua Center for Innovation and Collaboration PPM itu berpendapat, perlunya brand besar melakukan hibernasi, yakni menerapkan efisiensi dan menekan pengeluaran dengan menyesuaikan kondisi pendapatan yang sedang berada pada titik rendah. Misalnya, terkait efisensi karyawan.

“Pola pengurangan karyawan bisa diperhalus dengan kemitraan. Tadinya menjadi karyawan, tapi menjadi mitra untuk pengembangan atau inovasi yang lain dari segi produk, misalnya layanandelivery, pengembangan produkfrozen food,packaging, dan lainnya. Ini model bisnis baru yang perlu dicoba dengancase based,” ujarnya.

(Baca Juga: Pegawai Jualan di Jalan, Ini Tanggapan Pizza Hut )

Langkah berikutnya, lanjut Wahyu, pemotongan produk atau portofolio yang kurang menghasilkan. Momentum ini saatnya bagi perusahaan untuk melihat lagi dan membenahi portofolio produknya.

Pindah ke digital juga menjadi strategi lainnya yang perlu diupayakan perusahaan. Misalnya, melakukan promo-promo melalui digital. Menurut dia, cara itu jauh lebih elegan ketimbang promo di jalan.

Perusahaan juga dapat mencoba cara lain yaitulife from home-lifestyle. Mereka bisa menawarkan produk makanan beku ataufrozen, layananline diningsehingga pelayanannya dilakukan di rumah dengan menggunakan bahan-bahan dari restoran.

“Ini adalah transformasi bisnis restoran yang baru. Kalau perusahaan itu fleksibel dan responsif terhadap perubahan, dia bisa cepat melakukan itu. Tapi kalau memang membawa birokrasi tinggi, tidak benar pencatatannya, sistem manajemen yang tidak efisien, ini saat yang berbahaya. Kalau perusahaan secara finansialnya bagus,marketdijaga dengan baik,engagement-nya tinggi, sekarang agak mending karena masih ada imunitas terhadap pandemi ini,” terangnya.

(Baca Juga: Siasat Resto Saat Pandemi, Jualan di Pinggir Jalan Jadi Pilihan )

Khusus transformasi digital, perusahaan juga harus memahami bahwa cara pemasaran sangat berbeda antaraofflinedanonline. Selama ini, menurut Wahyu, restoran besar sudah nyaman dengan bisnis model sekarang (offline). Adapun pemanfaatan digital hanya sekedar pelengkap atau ekstensi saja.

Padahal, ini memang terjadi disrupsi digital yang sifatnyabig band transformation. Tadinya banyak orang berpendapat bahwa transformasi itu datangnya pelan-pelan, tapi ternyata perubahannya langsung cepat sehingga tidak siap.

“Makanya restoran yang biasanya cara bermainnya secaraoffline, langsung drop. Sementara, digitalnya tidak siap. Brand besar diofflinebelum tentu menguasaionline. Ini yang perlu disadari perusahaan kuliner denganbrandbesar bahwa digital itutotally different competitive arena. Cara menangani berbeda,” imbuh dia.

Perusahaan harus segera bertransformasi. Jika tidak bisa, konsepnya dengan berkolaborasi atau menjalin kemitraan. Salah satunya, kolaborasi dari sisi distribusi melalui media sosial dengan konsep memanfaatkan jejaring pelanggan (customer network). Misalnya, memanfaatkan pegiat media sosial atau selebgram untuk kolaborasi dalam pemasaran produk.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1333 seconds (0.1#10.140)