Pelaku Usaha Dituntut Kreatif dan Out of The Box
loading...
A
A
A
Danu Sofwan, seorang pengusaha muda yang menggeluti bidang makanan-minuman, mengakui siapa pun yang ingin membuka usaha harus pintar melihat momentum dan peluang. Menurutnya, jangan pernah meremehkan segala sesuatu, termasuk produk tradisional. (Baca juga: Benarkah Penyitas Covid-19 Tak Akan Terinfeksi Lagi?)
“Kalau teman-teman pintar melihat momentum, peluang, pasti akan menjadi sesuatu. Bagaimana caranya? Kalau di bisnis, ada rebranding, repackaging, repositioning,” papar Pendiri Radja Cendol dan Es Teh Indonesia itu.
Dia mencontohkan, produk cendol dan es teh yang digelutinya, dibangun dengan brand dan citra produk di mana targetnya untuk menaikkan level minuman khas tersebut. Kemudian, kata dia, melalui pengemasan ulang (repackaging), wadah jajanan tradisional itu tidak lagi menggunakan plastik atau gelas sehingga lebih higienis.
Selain itu, Danu juga menjalin kemitraan dengan berbagai pihak. Saat ini outlet Radja Cendol yang dibangun sejak 2014 sudah mencapai 800 outlet yang tersebar di berbagai daerah seperti di Jabodetabek, Cirebon, Ambon, Lubuk Linggau, hingga di Merauke. Bahkan, sudah ada mitra yang menjual jajanan tersebut di Hong Kong.
Di era saat ini, lanjut Danu, ada paradigma baru yang perlu dipahami pelaku usaha. Jika sebelumnya berfokus pada market share, kini beralih menjadi customer share. Demikian juga dari transaksi menjadi relasi, dari customer satisfaction menjadi customer experience.
“Jadi, yang harus kita pikirkan adalah gimana caranya transaksi yang kita lakukan itu membangun hubungan emosional dengan audiens atau pelanggan,” imbuhnya. (Baca juga: Typo UU Ciptaker HUman Error, Kemensetneg Beri Sanksi Disiplin ke Pejabatnya)
Pada diskusi tersebut Sofwan juga membagikan dua konsep strategi agar usaha tetap bertahan di tengah pandemi. Pertama, yaitu TOP alias Threat, Opportunity, dan Potency. Berikutnya adalah data driven, empathy, surviving/servicing, preparing, actualizing, cash reserved, internet of things, the next normal, dan optimism atau DESPACITO.
“Radja Cendol bisa selamat karena data. Teman-teman yang punya usaha, please building atau list data base, kira-kira siapa saja yang bisa teman-teman tawarkan. Kalau Radja Cendol, ketika tidak bisa dine in, kita manfaatkan data base di e-mail. Selain untuk kemitraan, akan lebih mudah menawarkan promosi, penawaran terbaru yang sudah tahu kita,” urainya.
Menurut dia, tujuan dari membangun bisnis adalah membangun aset, baik itu aset fisik maupun nonfisik. Aset fisik menjadi tugasnya marketing, sementara nonfisik menjadi tanggung jawab bagian branding. (Baca juga: Industri Sawit Redup, Ini Sebabnya)
Hal lainnya yang juga perlu dipahami pelaku usaha, lanjut Danu, yaitu siklus bisnis. Siklus pertama yaitu tahap starting atau memulai bisnis.
“Kalau teman-teman pintar melihat momentum, peluang, pasti akan menjadi sesuatu. Bagaimana caranya? Kalau di bisnis, ada rebranding, repackaging, repositioning,” papar Pendiri Radja Cendol dan Es Teh Indonesia itu.
Dia mencontohkan, produk cendol dan es teh yang digelutinya, dibangun dengan brand dan citra produk di mana targetnya untuk menaikkan level minuman khas tersebut. Kemudian, kata dia, melalui pengemasan ulang (repackaging), wadah jajanan tradisional itu tidak lagi menggunakan plastik atau gelas sehingga lebih higienis.
Selain itu, Danu juga menjalin kemitraan dengan berbagai pihak. Saat ini outlet Radja Cendol yang dibangun sejak 2014 sudah mencapai 800 outlet yang tersebar di berbagai daerah seperti di Jabodetabek, Cirebon, Ambon, Lubuk Linggau, hingga di Merauke. Bahkan, sudah ada mitra yang menjual jajanan tersebut di Hong Kong.
Di era saat ini, lanjut Danu, ada paradigma baru yang perlu dipahami pelaku usaha. Jika sebelumnya berfokus pada market share, kini beralih menjadi customer share. Demikian juga dari transaksi menjadi relasi, dari customer satisfaction menjadi customer experience.
“Jadi, yang harus kita pikirkan adalah gimana caranya transaksi yang kita lakukan itu membangun hubungan emosional dengan audiens atau pelanggan,” imbuhnya. (Baca juga: Typo UU Ciptaker HUman Error, Kemensetneg Beri Sanksi Disiplin ke Pejabatnya)
Pada diskusi tersebut Sofwan juga membagikan dua konsep strategi agar usaha tetap bertahan di tengah pandemi. Pertama, yaitu TOP alias Threat, Opportunity, dan Potency. Berikutnya adalah data driven, empathy, surviving/servicing, preparing, actualizing, cash reserved, internet of things, the next normal, dan optimism atau DESPACITO.
“Radja Cendol bisa selamat karena data. Teman-teman yang punya usaha, please building atau list data base, kira-kira siapa saja yang bisa teman-teman tawarkan. Kalau Radja Cendol, ketika tidak bisa dine in, kita manfaatkan data base di e-mail. Selain untuk kemitraan, akan lebih mudah menawarkan promosi, penawaran terbaru yang sudah tahu kita,” urainya.
Menurut dia, tujuan dari membangun bisnis adalah membangun aset, baik itu aset fisik maupun nonfisik. Aset fisik menjadi tugasnya marketing, sementara nonfisik menjadi tanggung jawab bagian branding. (Baca juga: Industri Sawit Redup, Ini Sebabnya)
Hal lainnya yang juga perlu dipahami pelaku usaha, lanjut Danu, yaitu siklus bisnis. Siklus pertama yaitu tahap starting atau memulai bisnis.