Resesi Boleh Datang, RI Masih Punya Ruang Kerek Ekonomi

Jum'at, 06 November 2020 - 09:25 WIB
loading...
Resesi Boleh Datang,...
Pemerintah perlu meyakinkan masyarakat untuk tidak menahan konsumsi saat resesi sudah datang. Kelas bawah terdampak cukup parah. Sementara itu, masyarakat ekonomi kelas atas menahan uangnya. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Indonesia diresmikan mengalami resesi setelah Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin merilis pertumbuhan ekonomi kuartal III tahun 2020 tercatat minus 3,49%. Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat Puteri Anetta Komaruddin meminta fokus untuk memulihkan agregat demand (permintaan total untuk barang dan jasa akhir dalam suatu ekonomi) akibat pandemi ini.

“APBN Tahun 2020 masih memiliki ruang yang dapat dimanfaatkan untuk terus mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Misalnya, penyerapan belanja pemerintah yang pada kuartal III ini masih tumbuh positif. Maka, perlu kita jaga terus trennya hingga akhir tahun nanti,” ujarnya kepada SINDOnews, Jumat (6/11/2020).

(Baca Juga: Ekonomi RI Resesi Gara-gara Horang Kayah Belum Jorjoran Belanja )

Sebelumnya, pada kuartal II pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah lebih dulu minus 5,32%. Dimana sebenarnya kedatangan resesi sudah diprediksi jauh-jauh hari mengingat ekonomi nasional dan dunia masih mengalami tekanan akibat pandemi Covid-19.

Salah satu penyebab ekonomi minus dalam dua kuartal adalah ambruknya konsumsi rumah tangga . Sektor ini menyumbang 56% terhadap produk domestik bruto (PDB). Pemerintah sebenarnya sudah berusaha membangkitkan dengan berbagai stimulus, seperti bantuan untuk usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebesar Rp2,4 juta dan subsidi upah sebesar Rp2,4 juta.

Puteri menyoroti realisasi dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang masih belum maksimal. Sampai saat ini, dana PEN baru digunakan sekitar 49,5%.

“Maka dari itu, penyerapan dalam setiap sektornya perlu terus dikejar agar maksimal. Sebab, performa dari masing-masing sektor, baik kesehatan, perlindungan sosial, maupun usaha, berdampak dan saling berkaitan satu sama lain,” tuturnya.

(Baca Juga: Hey Orang Tajir! Yuk Bantu Ekonomi Indonesia, Jangan Cuman Disimpen Duitnya )

Pemerintah menurut Lulusan Universitas Melbourne itu, perlu meyakinkan masyarakat untuk tidak menahan konsumsi. Banyak kalangan menilai kelas bawah terdampak cukup parah. Sementara itu, masyarakat ekonomi kelas atas menahan uangnya.

“Pemerintah justru perlu mendorong masyarakat untuk belanja produk dalam negeri, utamanya dari UMKM lokal. Dengan begitu, kita bisa saling bahu-membahu untuk bangkit di tengah tantangan ini,” pungkasnya.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Laporan Penerimaan Pajak...
Laporan Penerimaan Pajak Molor, Sri Mulyani Ungkap Kondisi Terbaru APBN per Maret 2025
Peluang Resesi Ekonomi...
Peluang Resesi Ekonomi Amerika Makin Lebar, Goldman Sachs: 45%
Indonesia Jadi Korban...
Indonesia Jadi Korban Perang Dagang Trump, Kenyataan Pahit Ancam Ekonomi RI
Tarif Trump Ancam Ekonomi...
Tarif Trump Ancam Ekonomi Indonesia, Bisa Jadi Malapetaka Nasional
Trump Umumkan Tarif...
Trump Umumkan Tarif Semua Barang Impor ke AS, Indonesia Kena 32%
Risiko Resesi Amerika...
Risiko Resesi Amerika Semakin Besar, Begini Isi Ramalan Goldman Sachs
Danone dan PBNU Kolaborasi...
Danone dan PBNU Kolaborasi Dorong Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif
APBN Baru 2 Bulan Sudah...
APBN Baru 2 Bulan Sudah Defisit Rp31,2 T, Misbakhun Singgung Masalah Coretax
Prabowo: Fundamental...
Prabowo: Fundamental Ekonomi Kita Kuat, Harga-harga Sembako Terkendali
Rekomendasi
Prabowo Bertemu Megawati,...
Prabowo Bertemu Megawati, Dasco: Lumayan Lama 1,5 Jam
Pramono Anung Copot...
Pramono Anung Copot Direktur IT Bank DKI Buntut Gangguan Layanan Digital
PBSI Tunjuk Indra Wijaya...
PBSI Tunjuk Indra Wijaya Jadi Pelatih Baru Tunggal Putra, Bagaimana Posisi Mulyo Handoyo?
Berita Terkini
Indonesia Terus Perkuat...
Indonesia Terus Perkuat Posisi di Pasar Kopi Dunia
5 jam yang lalu
Cara PLN Icon Plus Menghadirkan...
Cara PLN Icon Plus Menghadirkan Revolusi Digital dalam Pendidikan
6 jam yang lalu
China Mengutuk Tarif...
China Mengutuk Tarif Baru Trump 54%, Sebut Bentuk Intimidasi Ekonomi
6 jam yang lalu
Ancaman PHK Masih Menghantui...
Ancaman PHK Masih Menghantui RI, Menaker Sebut PR Kita Semua
7 jam yang lalu
Laporan Penerimaan Pajak...
Laporan Penerimaan Pajak Molor, Sri Mulyani Ungkap Kondisi Terbaru APBN per Maret 2025
8 jam yang lalu
Pasar Batu Bara Masih...
Pasar Batu Bara Masih Oke, Anak Usaha SGER Teken Kontrak Penjualan Rp596,2 Miliar
10 jam yang lalu
Infografis
Kriteria Pejuang Asing...
Kriteria Pejuang Asing yang Boleh Datang bantu Ukraina
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved