Blok Perdagangan Terbesar di Dunia Terbentuk, Apakah Kepanjangan Tangan China?

Selasa, 17 November 2020 - 08:42 WIB
loading...
Blok Perdagangan Terbesar di Dunia Terbentuk, Apakah Kepanjangan Tangan China?
Lima belas negara telah membentuk blok perdagangan terbesar di dunia, mencakup hampir sepertiga ekonomi global. Pakta perdagangan tersebut dipandang sebagai perpanjangan tangan dari pengaruh China di kawasan. Foto/Dok BBC
A A A
JAKARTA - Lima belas negara telah membentuk blok perdagangan terbesar di dunia, mencakup hampir sepertiga ekonomi global. Apa yang disebut The Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) itu, berisikan 10 negara Asia Tenggara ditambah serta Korea Selatan, China, Jepang, Australia, dan Selandia Baru.

(Baca Juga: ASEAN, China, Jepang Bersatu Siap Kuasai Ekonomi )

Pakta perdagangan tersebut dipandang sebagai perpanjangan tangan dari pengaruh China di kawasan tersebut. Kesepakatan ini mengecualikan AS, yang menarik diri dari pakta perdagangan Asia-Pasifik saingan pada 2017. Presiden Donald Trump menarik negaranya keluar dari Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) tak lama setelah menjabat.

Negosiasi atas kesepakatan RCEP baru dimulai pada tahun 2012 dan akhirnya ditandatangani pada hari Minggu, kemarin di sela-sela pertemuan KTT ASEAN .

Mengapa RCEP Penting?

RCEP memang tidak komprehensif dan tidak memotong tarif sedalam pendahulunya TPP. Tetapi banyak analis berpikir ukuran RCEP yang sangat besar membuatnya lebih signifikan.

"Keanggotaannya mencakup kelompok negara yang lebih besar, terutama mencerminkan keanggotaan China, yang jauh meningkatkan total Produk Domestik Bruto (PDB) anggota RCEP," menurut Kepala Ekonom Asia Pasifik, Rajiv Biswas untuk IHS Markit.

Sementara itu China sudah memiliki sejumlah perjanjian perdagangan bilateral, ini adalah pertama kalinya menandatangani pakta perdagangan multilateral regional.

Mengapa Anggota RCEP Menginginkan Kesepakatan Ini?

Para pemimpin berharap bahwa pakta perdagangan RCEP akan membantu memacu pemulihan dari pandemi virus corona. "Dalam keadaan global saat ini, faktanya RCEP telah ditandatangani setelah delapan tahun negosiasi membawa sinar cahaya dan harapan di tengah awan," kata Perdana Menteri China Li Keqiang.

(Baca Juga: Booming Zoom, Jepang Pimpin Jalan Keluar dari Resesi Akibat Pandemi Covid-19 )

Li menggambarkan perjanjian itu sebagai "kemenangan multilateralisme dan perdagangan bebas". India juga merupakan bagian dari negosiasi, tetapi memilih keluar tahun lalu atas kekhawatiran bahwa tarif yang lebih rendah dapat berdampak terhadap produsen lokal.

Penandatangan kesepakatan mengatakan, pintu tetap terbuka bagi India untuk bergabung di masa depan. Anggota RCEP membentuk hampir sepertiga dari populasi dunia dan menyumbang 29% dari produk domestik bruto global. Blok perdagangan bebas baru ini akan lebih besar dari Perjanjian AS-Meksiko-Kanada dan Uni Eropa.

Siapa Mendapatkan Manfaat?

Peterson Institute for International Economics memperkirakan, kesepakatan ini dapat meningkatkan pendapatan nasional global sebesar USD186 miliar per tahun pada tahun 2030 dan menambahkan 0,2% ke ekonomi negara-negara anggotanya.

Namun, beberapa analis berpikir kesepakatan itu kemungkinan akan menguntungkan China, Jepang dan Korea Selatan lebih banyak dibandingkan dari negara-negara anggota lainnya.

"Manfaat ekonomi dari kesepakatan ini mungkin hanya marjinal bagi Asia Tenggara, tetapi ada beberapa dinamika perdagangan dan tarif yang menarik untuk ditonton di Asia Timur Laut," kata Nick Marro di Economist Intelligence Unit (EIU).

Tetapi butuh beberapa waktu sebelum negara mana pun melihat manfaatnya, karena enam negara ASEAN dan tiga negara lain harus meratifikasinya sebelum mulai berlaku. Marro berpikir itu bisa menjadi proses yang lambat.

"Ratifikasi kemungkinan akan rumit di parlemen nasional, karena sentimen anti-perdagangan dan anti-China," tambahnya.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2675 seconds (0.1#10.140)