Ekonom: Resesi Harusnya Jadi Momentum untuk Transformasi Ekonomi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal mengatakan langkah dan kebijakan yang diambil untuk memulihkan ekonomi pada tahun 2021 tidak hanya akan mempengaruhi perekonomian dalam jangka pendek, tetapi juga akan menentukan struktur ekonomi Indonesia dalam jangka menengah dan panjang.
Dia memandang kondisi resesi ekonomi pada tahun 2020 ini seharusnya dimanfaatkan untuk melakukan reformasi dan transformasi ekonomi agar dapat tumbuh lebih kokoh, berkelanjutan, dan lebih tahan terhadap guncangan krisis dalam jangka waktu yang lama.
"Apalagi, Indonesia saat ini berada pada fase yang mendekati puncak bonus demografi, yang artinya kesempatan untuk melakukan akselerasi pertumbuhan ekonomi semestinya terbuka lebar," kata Faisal di Jakarta, Sabtu (21/11/2020).
( )
Oleh sebab itu, lanjut dia, terobosan-terobosan kebijakan harus dilakukan tidak hanya untuk pemulihan ekonomi dalam jangka pendek saja. Revitalisasi dan pendalaman industri manufaktur, termasuk strategi penguatan ke hulu maupun ke hilir, harus dipercepat.
Menurut dia, di antara terobosan kebijakan tersebut adalah mengembangkan industri turunan untuk komoditas yang pasokannya melimpah di dalam negeri, seperti minyak sawit, karet, kakao, dan kelapa.
"Strategi substitusi impor juga perlu dikembangkan untuk produk-produk yang selama ini memiliki ketergantungan impor yang tinggi, seperti obat-obatan dan tepung terigu, dengan bahan baku alternatif yang terdapat di dalam negeri," sebut Faisal.
( )
Langkah-langkah tersebut semestinya juga sejalan dengan upaya penciptaan lapangan kerja yang sangat dibutuhkan dalam masa pemulihan ekonomi.
Adapun strategi pengembangan UMKM yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional juga sangat vital dalam mendorong pemulihan ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan pada masa mendatang.
Program-program bantuan untuk UMKM semestinya tidak hanya terfokus pada aspek pembiayaan, tetapi juga dengan memperkuat pendampingan teknis, membangun keterkaitan dengan usaha besar, dan mefasilitasi mereka untuk memperoleh akses pasar yang lebih luas, baik di pasar domestik maupun di pasar ekspor.
( )
Dari sisi perdagangan internasional, strategi untuk ekspansi ekspor ke pasar-pasar baru yang non tradisional seperti ke negara-negara di kawasan Afrika, Amerika Latin dan Asia Tengah, juga perlu dipercepat. Strategi ini juga dibutuhkan untuk mengurangi ketergatungan dan konsentrasi ekspor pada pasar tradisional yang masih relatif tinggi.
"Tahun 2020 ini juga memberikan pelajaran berharga bagi kita bahwa potensi guncangan terhadap ekonomi sangat mungkin berasal dari faktor-faktor di luar ekonomi, seperti pandemi, bencana alam, perubahan iklim, dan lain-lain," terang dia.
Oleh sebab itu, untuk membangun ekonomi yang lebih kokoh dan tahan guncangan dalam jangka yang lebih lama, reformasi dan transformasi dalam pembangunan ekonomi juga harus dilakukan dengan mempertimbangkan dimensi yang lebih luas, baik dimensi sosial budaya, lingkungan hidup, maupun aspek lainnya.
Dia memandang kondisi resesi ekonomi pada tahun 2020 ini seharusnya dimanfaatkan untuk melakukan reformasi dan transformasi ekonomi agar dapat tumbuh lebih kokoh, berkelanjutan, dan lebih tahan terhadap guncangan krisis dalam jangka waktu yang lama.
"Apalagi, Indonesia saat ini berada pada fase yang mendekati puncak bonus demografi, yang artinya kesempatan untuk melakukan akselerasi pertumbuhan ekonomi semestinya terbuka lebar," kata Faisal di Jakarta, Sabtu (21/11/2020).
( )
Oleh sebab itu, lanjut dia, terobosan-terobosan kebijakan harus dilakukan tidak hanya untuk pemulihan ekonomi dalam jangka pendek saja. Revitalisasi dan pendalaman industri manufaktur, termasuk strategi penguatan ke hulu maupun ke hilir, harus dipercepat.
Menurut dia, di antara terobosan kebijakan tersebut adalah mengembangkan industri turunan untuk komoditas yang pasokannya melimpah di dalam negeri, seperti minyak sawit, karet, kakao, dan kelapa.
"Strategi substitusi impor juga perlu dikembangkan untuk produk-produk yang selama ini memiliki ketergantungan impor yang tinggi, seperti obat-obatan dan tepung terigu, dengan bahan baku alternatif yang terdapat di dalam negeri," sebut Faisal.
( )
Langkah-langkah tersebut semestinya juga sejalan dengan upaya penciptaan lapangan kerja yang sangat dibutuhkan dalam masa pemulihan ekonomi.
Adapun strategi pengembangan UMKM yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional juga sangat vital dalam mendorong pemulihan ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan pada masa mendatang.
Program-program bantuan untuk UMKM semestinya tidak hanya terfokus pada aspek pembiayaan, tetapi juga dengan memperkuat pendampingan teknis, membangun keterkaitan dengan usaha besar, dan mefasilitasi mereka untuk memperoleh akses pasar yang lebih luas, baik di pasar domestik maupun di pasar ekspor.
( )
Dari sisi perdagangan internasional, strategi untuk ekspansi ekspor ke pasar-pasar baru yang non tradisional seperti ke negara-negara di kawasan Afrika, Amerika Latin dan Asia Tengah, juga perlu dipercepat. Strategi ini juga dibutuhkan untuk mengurangi ketergatungan dan konsentrasi ekspor pada pasar tradisional yang masih relatif tinggi.
"Tahun 2020 ini juga memberikan pelajaran berharga bagi kita bahwa potensi guncangan terhadap ekonomi sangat mungkin berasal dari faktor-faktor di luar ekonomi, seperti pandemi, bencana alam, perubahan iklim, dan lain-lain," terang dia.
Oleh sebab itu, untuk membangun ekonomi yang lebih kokoh dan tahan guncangan dalam jangka yang lebih lama, reformasi dan transformasi dalam pembangunan ekonomi juga harus dilakukan dengan mempertimbangkan dimensi yang lebih luas, baik dimensi sosial budaya, lingkungan hidup, maupun aspek lainnya.
(ind)