Juragan Lobster: Beberapa Teman Kami Ikut Selundupkan Benur ke Vietnam
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penangkapan Eks Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo, dalam dugaan kasus suap ekspor benih bening lobster (BBL) perlahan membuka sejumlah persoalan di balik mekanisme ekspor benih lobster . Salah satunya adalah ihwal monopoli dalam bisnis tataniaga tersebut.
Direktur PT Grahafoods Indo Pasifik sekaligus Ketua Persatuan Dunia Lobster Indonesia (Perduli) Chandra Astan mencatat, ada 5-6 perseroaan ekspor asal Indonesia yang berafiliasi dengan Vietnam untuk melakukan penyenyelundupan benih lobster.
"Sangat disayangkan pada 15 September (2020), ada beberapa dari teman-teman kami itu, beberapa ya, ini oknum yang terafiliasi dengan Vietnam, di balik perusahaan perusahaan tersebut, dari 14 perusahaan, ada 5 atau 6 perusahaan, dugaan saya terafiliasi langsung dengan Vietnam. Jadi, mereka memang masuk langsung membeli benih dan segala macam dan modusnya itu penyeludupan," ujar Chandra dalam Webinar, Jakarta, Senin (30/11/2020).
Dia dia bilang, saat ini terjadi perubahaan besar dalam aturan tataniaga. Perubahan itu terjadi usai, pihaknya keluar dari barisan ekspor benih bening lobster dan adanya pembentukan asosiasi eksportir baru. Keluarnya Perduli dan pembentukan asosiasi baru dari sejumlah perusahaan eksportir dan menamai diri sebagai Perkumpulan Pengusaha Lobster Indonesia (Pelobi) berdasarkan permintaan Edhy Prabowo.
"Asosiasi kami yaitu Perduli, diminta untuk tidak lagi aktif, di sini saya tidak perlu menjawab atau mengungkapkan kenapa itu terjadi, jadi muncul satu asosiaai baru yaitu Pelobi, perkumpulan lobster Indonesia, yang membuat aturan tataniaga, yang menurut saya, berpihak pada pihak tertentu," kata dia.
Dari keterangan Chandra, dia bersama delapan pengusaha mendirikan Perduli setelah KKP melegalkan ekspor benur melalui Peraturan Menteri (Permen) Nomor 12 Tahun 2020. Di sini, Chandra ditunjuk sebagai ketua asosiasi. Perduli sendiri berisi sembilan perusahaan. Dua di antaranya adalah PT Tania Asia Marina dan PT Aquatic SS Lautan Rezeki Sembilan eksportir anggota Perduli merupakan pemain lama dan pemain baru di dunia lobster.
Ada pula pemain yang telah menjalankan bisnis penyelundupan benur di era kepemimpinan menteri lama. Sumber yang mengetahui jalannya pembentukan Perduli mengatakan anggota membayar biaya asosiasi Rp 10 juta per tahun. Padahal, asosiasi ini belum berbadan hukum. "Dari sini ada masalah yang lebih kompleks lagi yaitu penyelundupan dan penadaan. Karena itu, asosiasi Perduli dengan cepat membuat tataniaga yang membatasi penyeludulan tersebut," kata dia.
Direktur PT Grahafoods Indo Pasifik sekaligus Ketua Persatuan Dunia Lobster Indonesia (Perduli) Chandra Astan mencatat, ada 5-6 perseroaan ekspor asal Indonesia yang berafiliasi dengan Vietnam untuk melakukan penyenyelundupan benih lobster.
"Sangat disayangkan pada 15 September (2020), ada beberapa dari teman-teman kami itu, beberapa ya, ini oknum yang terafiliasi dengan Vietnam, di balik perusahaan perusahaan tersebut, dari 14 perusahaan, ada 5 atau 6 perusahaan, dugaan saya terafiliasi langsung dengan Vietnam. Jadi, mereka memang masuk langsung membeli benih dan segala macam dan modusnya itu penyeludupan," ujar Chandra dalam Webinar, Jakarta, Senin (30/11/2020).
Dia dia bilang, saat ini terjadi perubahaan besar dalam aturan tataniaga. Perubahan itu terjadi usai, pihaknya keluar dari barisan ekspor benih bening lobster dan adanya pembentukan asosiasi eksportir baru. Keluarnya Perduli dan pembentukan asosiasi baru dari sejumlah perusahaan eksportir dan menamai diri sebagai Perkumpulan Pengusaha Lobster Indonesia (Pelobi) berdasarkan permintaan Edhy Prabowo.
"Asosiasi kami yaitu Perduli, diminta untuk tidak lagi aktif, di sini saya tidak perlu menjawab atau mengungkapkan kenapa itu terjadi, jadi muncul satu asosiaai baru yaitu Pelobi, perkumpulan lobster Indonesia, yang membuat aturan tataniaga, yang menurut saya, berpihak pada pihak tertentu," kata dia.
Dari keterangan Chandra, dia bersama delapan pengusaha mendirikan Perduli setelah KKP melegalkan ekspor benur melalui Peraturan Menteri (Permen) Nomor 12 Tahun 2020. Di sini, Chandra ditunjuk sebagai ketua asosiasi. Perduli sendiri berisi sembilan perusahaan. Dua di antaranya adalah PT Tania Asia Marina dan PT Aquatic SS Lautan Rezeki Sembilan eksportir anggota Perduli merupakan pemain lama dan pemain baru di dunia lobster.
Ada pula pemain yang telah menjalankan bisnis penyelundupan benur di era kepemimpinan menteri lama. Sumber yang mengetahui jalannya pembentukan Perduli mengatakan anggota membayar biaya asosiasi Rp 10 juta per tahun. Padahal, asosiasi ini belum berbadan hukum. "Dari sini ada masalah yang lebih kompleks lagi yaitu penyelundupan dan penadaan. Karena itu, asosiasi Perduli dengan cepat membuat tataniaga yang membatasi penyeludulan tersebut," kata dia.
(nng)