Manufaktur Diprediksi Terus Menggeliat Naik hingga Imlek
loading...
A
A
A
JAKARTA - Geliat industri manufaktur di dalam negeri terus berupaya bangkit menembus fase ekspansif. Pada Desember 2020, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia tercatat di level 51,3 atau naik dibanding capaian bulan sebelumnya yang berada di posisi 50,6.
Peningkatan indeks ini didukung adanya pertumbuhan pesanan baru, yang mengacu ekspansi solid pada output. Kenaikan ini merupakan tercepat kedua dalam sejarah survei selama hampir 10 tahun.
(Baca Juga: Jalan Masih Panjang, PMI Manufaktur Menunjukkan Terus Berupaya Ekspansif)
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, peningkatan PMI manufaktur di Desember disebabkan oleh proyeksi permintaan pasar domestik jangka pendek yang diperkirakan masih akan terus naik hingga Imlek.
"Pasca Imlek kita masih harus lihat lagi apakah akan ekspansi kinerja atau tidak karena tidak ada driver demand yang cukup besar di level nasional hingga Ramadan dan Lebaran," ujarnya ketika dihubungi, Selasa (5/1/2021).
Meskipun demikian, lanjut Shinta, ini tidak berarti tidak akan ada ekspansi kinerja pasca Imlek. Menurut dia, ekspansi kinerja industri pasca Imlek tidak bisa bergantung pada demand pasar domestik.
(Baca Juga: Daya Saing Manufaktur Indonesia Ungguli India dan Vietnam)
Pendorong ekspansi kinerja manufaktur dalam rangka pemulihan ekonomi harus dari sisi suplai seperti perbaikan iklim usaha dan investasi yang signifikan, inbound investasi di industri manufaktur, kemudahan kredit usaha, hingga dari permintaan eksternal seperti peningkatan permintaan ekspor untuk produk manufaktur nasional.
"Kalau faktor-faktor pendukung ini tidak ada dan kita hanya bergantung pada demand pasar domestik, kemungkinan ekspansi di industri manufaktur akan terjadi secara lambat atau peningkatannya tidak signifikan sepanjang 2021. Apalagi bila proses pengendalian pandemi dan normalisasi ekonomi berjalan lambat atau butuh waktu lebih dari tengah tahun 2021. Akan lebih sulit mendongkraknya," jelas Shinta.
Peningkatan indeks ini didukung adanya pertumbuhan pesanan baru, yang mengacu ekspansi solid pada output. Kenaikan ini merupakan tercepat kedua dalam sejarah survei selama hampir 10 tahun.
(Baca Juga: Jalan Masih Panjang, PMI Manufaktur Menunjukkan Terus Berupaya Ekspansif)
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, peningkatan PMI manufaktur di Desember disebabkan oleh proyeksi permintaan pasar domestik jangka pendek yang diperkirakan masih akan terus naik hingga Imlek.
"Pasca Imlek kita masih harus lihat lagi apakah akan ekspansi kinerja atau tidak karena tidak ada driver demand yang cukup besar di level nasional hingga Ramadan dan Lebaran," ujarnya ketika dihubungi, Selasa (5/1/2021).
Meskipun demikian, lanjut Shinta, ini tidak berarti tidak akan ada ekspansi kinerja pasca Imlek. Menurut dia, ekspansi kinerja industri pasca Imlek tidak bisa bergantung pada demand pasar domestik.
(Baca Juga: Daya Saing Manufaktur Indonesia Ungguli India dan Vietnam)
Pendorong ekspansi kinerja manufaktur dalam rangka pemulihan ekonomi harus dari sisi suplai seperti perbaikan iklim usaha dan investasi yang signifikan, inbound investasi di industri manufaktur, kemudahan kredit usaha, hingga dari permintaan eksternal seperti peningkatan permintaan ekspor untuk produk manufaktur nasional.
"Kalau faktor-faktor pendukung ini tidak ada dan kita hanya bergantung pada demand pasar domestik, kemungkinan ekspansi di industri manufaktur akan terjadi secara lambat atau peningkatannya tidak signifikan sepanjang 2021. Apalagi bila proses pengendalian pandemi dan normalisasi ekonomi berjalan lambat atau butuh waktu lebih dari tengah tahun 2021. Akan lebih sulit mendongkraknya," jelas Shinta.
(fai)