(Baca Juga: Gubernur BI Tolak Cetak Uang Rp4.000 Triliun Demi Tangani Covid-19 )
DPR menyebut langkah itu sebagai upaya penyelamatan ekonomi akibat dampak pandemi COVID-19. Akan tetapi dalam beberapa kesempatan, ekonom senior sekaligus mantan Menkeu Chatib Basri menilai ada risiko yang bakal dihadapi Indonesia jika BI mencetak uang besar-besaran yakni inflasi naik.
"Pak Dede @Chatib Basri Yth. Saya menantang Bapak untuk berdebat terbuka dengan topik soal tawaran Quantitative Easing sebagai alternative kebijakan moneter di tengah pandemi Covid-19. Karena saya sangat terkesan beberapa postingan Bapak terkait teori moneter," tulis Misbakhun di Twitter lewat akun resminya @MMisbakhun.
Baca Juga:

Beberapa kali Chatib Basri sempat memposting artikel yang menerangkan dan menjelaskan bahwa QE bukanlah “cetak uang” atau “helicopter money”. Sedangkan dalam diskusi virtual yang tayang di YouTube, Jumat lalu, Chatib memaparkan risiko BI bila mencetak uang berlebih.
"Nah kalau misalnya di dalam rupiah dicetak begitu banyak sementara yang menggunakan itu hanya di lokal, aktivitas ekonominya nggak berjalan di sini, Anda tambah money supply sementara produksinya nggak ada maka risikonya inflasi naik," kata Chatib.
Inflasi tersebut dipicu karena jumlah uang beredar lebih banyak daripada kebutuhannya. Masalah supply-demand tersebut membuat nilai rupiah mengecil.