Menguak Persaingan Bisnis Tidak Sehat dengan Memakai Buzzer
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dalam menjalankan bisnis usaha , adanya persaingan pasar memang bukan sebuah hal yang baru. Baik dalam usaha yang memang memiliki peluang pasar cukup bagus, atau pun peluang usaha yang pasarnya tidak terlalu bagus.
Banyak cara yang dilakukan para pengusaha agar usahanya tidak kalah bersaing dengan peluang usaha lainnya, sehingga produk-produknya masih bisa bertahan. Bahkan berkembang pesat di tengah persaingan pasar yang semakin ramai.
Dalam menghadapi dunia bisnis usaha serta kompetitor, terlebih dulu lihatlah potensi pasar yang ada. Usahakan juga untuk mencari informasi tentang siapa saja pesaing yang kompeten saat ini, sehingga tidak akan salah langkah dalam menentukan strategi.
Dengan mengetahui siapa saja para kompetitor, secara tidak langsung akan menentukan bagaimana cara menghadapinya. Perubahan minat dan kebutuhan para konsumen, tentunya juga akan menjadi salah satu faktor penting yang harus diperhatikan.
Penggunaan buzzer dalam dunia bisnis usaha saat ini juga mulai marak terjadi. Banyak yang percaya jika buzzer memiliki pengaruh yang cukup besar di sosial media. Dalam kasus yang dialami PT H&E Dermatech Indonesia (AFC Indonesia) contohnya, banyak sekali buzzer-buzzer yang dengan sengaja aktif menyerang AFC Indonesia dengan tujuan untuk merusak nama baik produk AFC.
"Kami memang mendengar informasi di kalangan teman-teman buzzer bahwa sedang ada gerakan untuk menyerang produk-produk AFC Indonesia," ujar seorang buzzer bayaran yang tidak mau disebutkan namanya.
Bagi oknum buzzer tersebut, dirinya bersama rekan-rekan melancarkan serangan-serangan ke produk-produk AFC Indonesia dengan tujuan untuk menghalangi penjualannya.
"Jadi strateginya adalah, kami menyebarkan berita-berita negatif di media sosial supaya menjadi viral sambil me-mention akun Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Ya, tujuannya supaya menghalangi penjualan produk AFC," lanjutnya.
Namun oknum buzzer tersebut juga tidak mau terlibat lebih jauh dalam persaingan usaha yang tidak sehat begini. Apalagi oknum buzzer tersebut juga mendengar bahwa ada akun-akun Instagram yang dibeli secara khusus untuk menyebarkan informasi negatif tentang produk AFC sambil terus memprovokasi BPOM.
"Menurut kami, ya kalau mau menggunakan buzzer, pergunakanlah untuk mempromosikan produk-produknya dengan cara menjelaskan keunggulan-keunggulannya. Bukan dengan menjegal kompetitor dengan cara-cara yang tidak etis dan curang, seperti melaporkannya ke BPOM. Bersainglah yang sehat," tambahnya.
Pada akhirnya, kalau persaingan usaha dengan serta merta menggunakan jasa buzzer dan menghalalkan segala cara, pasti akan berdampak buruk kedepannya. Seperti ketika kampanye Pilpres 2019 yang lalu. Para buzzer menghalalkan segala cara apapun untuk membela yang bayar, bahkan ada yang sampai memberikan perintah untuk menyebarkan berita-berita hoax.
“Ini sangat tidak benar. Kami tidak mau kejadian Pilpres 2019 terulang kembali dimana berita-berita hoax dengan masifnya merajalela di media sosial. Hasilnya bisa dilihat sendiri, Indonesia menjadi terpecah belah. Ini yang tidak kami harapkan. Jika mau bersaing, bersainglah yang dengan cara yang jujur dan adil,” tutupnya.
Banyak cara yang dilakukan para pengusaha agar usahanya tidak kalah bersaing dengan peluang usaha lainnya, sehingga produk-produknya masih bisa bertahan. Bahkan berkembang pesat di tengah persaingan pasar yang semakin ramai.
Dalam menghadapi dunia bisnis usaha serta kompetitor, terlebih dulu lihatlah potensi pasar yang ada. Usahakan juga untuk mencari informasi tentang siapa saja pesaing yang kompeten saat ini, sehingga tidak akan salah langkah dalam menentukan strategi.
Dengan mengetahui siapa saja para kompetitor, secara tidak langsung akan menentukan bagaimana cara menghadapinya. Perubahan minat dan kebutuhan para konsumen, tentunya juga akan menjadi salah satu faktor penting yang harus diperhatikan.
Penggunaan buzzer dalam dunia bisnis usaha saat ini juga mulai marak terjadi. Banyak yang percaya jika buzzer memiliki pengaruh yang cukup besar di sosial media. Dalam kasus yang dialami PT H&E Dermatech Indonesia (AFC Indonesia) contohnya, banyak sekali buzzer-buzzer yang dengan sengaja aktif menyerang AFC Indonesia dengan tujuan untuk merusak nama baik produk AFC.
"Kami memang mendengar informasi di kalangan teman-teman buzzer bahwa sedang ada gerakan untuk menyerang produk-produk AFC Indonesia," ujar seorang buzzer bayaran yang tidak mau disebutkan namanya.
Baca Juga
Bagi oknum buzzer tersebut, dirinya bersama rekan-rekan melancarkan serangan-serangan ke produk-produk AFC Indonesia dengan tujuan untuk menghalangi penjualannya.
"Jadi strateginya adalah, kami menyebarkan berita-berita negatif di media sosial supaya menjadi viral sambil me-mention akun Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Ya, tujuannya supaya menghalangi penjualan produk AFC," lanjutnya.
Namun oknum buzzer tersebut juga tidak mau terlibat lebih jauh dalam persaingan usaha yang tidak sehat begini. Apalagi oknum buzzer tersebut juga mendengar bahwa ada akun-akun Instagram yang dibeli secara khusus untuk menyebarkan informasi negatif tentang produk AFC sambil terus memprovokasi BPOM.
"Menurut kami, ya kalau mau menggunakan buzzer, pergunakanlah untuk mempromosikan produk-produknya dengan cara menjelaskan keunggulan-keunggulannya. Bukan dengan menjegal kompetitor dengan cara-cara yang tidak etis dan curang, seperti melaporkannya ke BPOM. Bersainglah yang sehat," tambahnya.
Pada akhirnya, kalau persaingan usaha dengan serta merta menggunakan jasa buzzer dan menghalalkan segala cara, pasti akan berdampak buruk kedepannya. Seperti ketika kampanye Pilpres 2019 yang lalu. Para buzzer menghalalkan segala cara apapun untuk membela yang bayar, bahkan ada yang sampai memberikan perintah untuk menyebarkan berita-berita hoax.
“Ini sangat tidak benar. Kami tidak mau kejadian Pilpres 2019 terulang kembali dimana berita-berita hoax dengan masifnya merajalela di media sosial. Hasilnya bisa dilihat sendiri, Indonesia menjadi terpecah belah. Ini yang tidak kami harapkan. Jika mau bersaing, bersainglah yang dengan cara yang jujur dan adil,” tutupnya.
(akr)