Kreatif dan Produktif di Masa Sulit

Sabtu, 18 April 2020 - 06:01 WIB
loading...
Kreatif dan Produktif...
abah corona memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap sektor ekonomi baik global maupun nasional. Tak heran bila kecemasan terhadap lahirnya krisis yang berujung pemecatan masif pun muncul di berbagai sektor usaha. Foto/Koran SINDO
A A A
JAKARTA - Wabah corona memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap sektor ekonomi baik global maupun nasional. Tak heran bila kecemasan terhadap lahirnya krisis yang berujung pemecatan masif pun muncul di berbagai sektor usaha. Kementerian Ketenagakerjaan mencatat sampai saat ini sudah ada 5,2 juta pekerja yang dirumahkan atau menjadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat semakin panjangnya wabah corona atau Covid-19 di Indonesia.

“Semua berhenti, ibarat listrik ini seperti blackout. Dengan adanya Covid-19 membuat aliran atau perputaran uang tersumbat,” ujar Managing Partner Inventure Yuswohady. Dia melanjutkan, pandemi Covid-19 juga mulai menggeser prilaku konsumen yang sangat mendasar. Ketika konsumen dirumahkan dan diberlakukan pembatasan sosial maka terjadi pola baru dalam beraktivitas.

“Begitu pula dengan bisnis. Bisnis yang bisa hidup sekarang adalah bisnis yang bisa stay at home. Pembatasan sosial membuat perilaku konsumen berubah. Dari awalnya bisa seenaknya ke mana saja, sekarang semua harus di rumah. Maka lahirlah stay at home economy seperti berbelanja secara online, food delivery, home entertainment, itu yang akan mengubah kebiasaan,” tutur dia.

Menurut dia, di tengah pandemi Covid-19 ini banyak pula bisnis yang harus berjatuhan. Namun, di sisi lain banyak pula bisnis yang potensial akibat perubahan perilaku konsumen. “Dengan pelarangan orang bepergian dan keluar rumah, pariwisata menjadi sektor yang paling terdampak oleh Covid-19. Sementara restoran mulai beralih ke online delivery. Kemudian orang yang mencari hiburan itu dengan menonton di rumah melalui Netflix. Bahkan dalam beberapa bulan terakhir Netflix justru panen dan sahamnya melonjak tajam,” jelas Yuswohady.

Sementara bisnis yang mengalami peningkatan akibat Covid-19 antara lain e-commerce, logistik, food delivery, remote working, streaming services, media dan telekomunikasi, online learning, cloud services, farmasi, cleaning services, dan home fitness.

“Semakin pembatasan sosial diperketat maka semua akan beralih ke online. Produsen alat kesehatan, suplemen daya tahan tubuh, itu melonjak permintaannya. Kemudian anak-anak dipaksa untuk belajar secara online menjadi kebiasaan baru yang sebelumnya sulit dikembangkan,” kata Yuswohady.

Di sisi lain, Sekjen Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Solihin mengatakan bahwa saat ini ritel dalam kondisi terjepit akibat wabah corona. Karena itu, banyak para pengusaha yang mengambil jalan ekstrem sebagai upaya untuk bertahan. Jika dilihat dari segi pendapatan, tentunya menurun.

“Jangan harap penjualan meningkat menjelang puasa, berjualan saja sekarang sudah tidak bisa karena malnya di tutup kan. Kalau ditanya kerugiannya sampai berapa persen, yang jelas di atas 70% sampai 80%, bahkan jika berkepanjangan bisa lebih,” jelas Solihin.

Tentunya hal tersebut sangat menimbulkan kekhawatiran, bukan tidak mungkin banyak ritel yang terpaksa harus menutup gerainya di beberapa mal tertentu demi menyelamatkan yang lain dan karena tidak mampu membayar biaya operasional.

“Sekarang saja kita liat sudah ada ritel pakaian yang terpaksa menutup gerainya di beberapa mal dan merumahkan sebagian karyawannya. Dengan adanya pandemi korona ini penjualan perusahaan bisnis seperti ritel pakaian bisa turun 80 sampai 90%,” tegas dia.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1653 seconds (0.1#10.140)