Investasi Triliunan, Proyek Strategis Nasional Smelter PT Ceria Ditargetkan Rampung 2024
loading...
A
A
A
Selain itu kerja sama keduanya juga berfokus pada sinergi Engineering, Procurement, and Construction (EPC) Proyek Nickel Laterite Hydrometallurgy beserta power plant dengan estimasi nilai kontrak sebesar USD1,1 miliar.
(Baca juga:Pekerja Bakar Pabrik Smelter Nikel di Konawe, Stafsus Sampaikan Pesan Menaker Ida)
Proyek Pembangunan Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian Kobalt dengan Teknologi (HPAL) yang menjadi inti pada kerja sama dengan CNI-WIKA tersebut diproyeksikan memiliki kapasitas produksi per tahun sebesar 100.000 ton per tahun Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) (40% Ni dan 4 per Co dalam MHP) dan 158.000 ton per tahun konsetrat Chromium.
Sementara kerja sama CNI dan PP fokus pada pembangunan pabrik peleburan (smelter) Feronikel Fase 2 (jalur produksi 2) dan Fase 4 (jalur produksi 5 dan 6).
(Baca juga:Freeport Didekati Investor China untuk Bangun Smelter di Weda Bay, Halmahera)
Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Wahyu Utomo melalui Surat kepada CNI Nomor: T/I/PW/68/D.VI.M.EKON.KPPIP/12/2020 tanggal 4 Desember 2020, perihal status PSN Smelter Nikel CNI, menerangkan bahwa program pembangunan smelter merupakan salah satu PSN yang tercantum dalam lampiran Peraturan Presiden No 109/2020 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden No 3/2016 tentang Percepatan Pelaksanaan PSN.
Dijelaskan, dalam rapat terbatas evaluasi PSN yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo pada Mei 2020, program pembangunan smelter terdiri dari 22 proyek smelter yang tersebar di Indonesia.
(Baca juga:Ingkar Janji Bangun Smelter, Menteri ESDM Tegur Freeport)
Salah satu dari 22 smelter yang termasuk dalam program pembangunan smelter adalah pabrik pengolahan komoditi bijih nikel di Kabupaten Kolaka, Sulawei Tenggara yang dikembangkan oleh CNI.
“Kami menerangkan bahwa proyek smelter nikel CNI di Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan bagian dari program pembangunan smelter sebagai salah satu PSN,” tandasnya.
(Baca juga:Pekerja Bakar Pabrik Smelter Nikel di Konawe, Stafsus Sampaikan Pesan Menaker Ida)
Proyek Pembangunan Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian Kobalt dengan Teknologi (HPAL) yang menjadi inti pada kerja sama dengan CNI-WIKA tersebut diproyeksikan memiliki kapasitas produksi per tahun sebesar 100.000 ton per tahun Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) (40% Ni dan 4 per Co dalam MHP) dan 158.000 ton per tahun konsetrat Chromium.
Sementara kerja sama CNI dan PP fokus pada pembangunan pabrik peleburan (smelter) Feronikel Fase 2 (jalur produksi 2) dan Fase 4 (jalur produksi 5 dan 6).
(Baca juga:Freeport Didekati Investor China untuk Bangun Smelter di Weda Bay, Halmahera)
Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Wahyu Utomo melalui Surat kepada CNI Nomor: T/I/PW/68/D.VI.M.EKON.KPPIP/12/2020 tanggal 4 Desember 2020, perihal status PSN Smelter Nikel CNI, menerangkan bahwa program pembangunan smelter merupakan salah satu PSN yang tercantum dalam lampiran Peraturan Presiden No 109/2020 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden No 3/2016 tentang Percepatan Pelaksanaan PSN.
Dijelaskan, dalam rapat terbatas evaluasi PSN yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo pada Mei 2020, program pembangunan smelter terdiri dari 22 proyek smelter yang tersebar di Indonesia.
(Baca juga:Ingkar Janji Bangun Smelter, Menteri ESDM Tegur Freeport)
Salah satu dari 22 smelter yang termasuk dalam program pembangunan smelter adalah pabrik pengolahan komoditi bijih nikel di Kabupaten Kolaka, Sulawei Tenggara yang dikembangkan oleh CNI.
“Kami menerangkan bahwa proyek smelter nikel CNI di Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan bagian dari program pembangunan smelter sebagai salah satu PSN,” tandasnya.