Bisnis di Rumah Cara UMKM dan Informal Bangkit di Tengah Krisis Corona

Sabtu, 18 April 2020 - 10:34 WIB
loading...
Bisnis di Rumah Cara UMKM dan Informal Bangkit di Tengah Krisis Corona
Kebijakan pemerintah menetapkan status tanggap darurat sebagai langkah antisipasi persebaran wabah virus corona (Covid-19) di beberapa wilayah, membuat para pekerja informal dan UMKM tidak bisa lagi bekerja. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Kebijakan pemerintah menetapkan status tanggap darurat sebagai langkah antisipasi persebaran wabah virus corona (Covid-19) di beberapa wilayah, membuat para pekerja informal dan UMKM tidak bisa lagi bekerja.

Terlebih lagi, jumlah pekerja di sektor informal di Indonesia lebih besar dibandingkan pekerja sektor formal. Hal ini pun ditegaskan oleh pengamat dari Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Akhmad Akbar Susamto. Menurut dia, sekitar 71,7 juta orang atau 56,7% dari total tenaga kerja masuk dalam sektor informal.

"Mayoritas dari mereka bekerja pada usaha skala mikro sebesar 89%. Dampak pandemi corona ini tentu sangat memengaruhi mata pencaharian mereka karena mereka bergantung pada penghasilan harian dan mobilitas orang. Terlebih lagi, saat ini sudah diberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), sudah pasti mereka akan rapuh," ungkap Akhmad.

Dengan melemahnya penjualan, para pedagang yang menggantungkan pendapatannya pada penjualan harian tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar rumah tangganya. Tentunya hal seperti ini pernah terjadi pada masa krisis ekonomi 1998 yang menyebabkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) justru menjadi sektor paling rentan terkena hantamannya.

"Kesulitan yang dialami sektor informal dan UMKM saat ini tentu berbeda dengan krisis 98. Kalau krisis 98, karena ketidakstabilan keuangan, mereka yang tidak terafiliasi dengan sektor keuangan tidak masalah. Banyak UMKM kita yang tidak mendapatkan akses pembiayaan dari sektor finansial, masih aman-aman saja," ungkap Akhmad.

Akhmad menambahkan, krisis ekonomi dan keuangan sebelumnya hanya di sektor-sektor tertentu. Sementara saat ini UMKM justru menjadi sektor yang paling rentan terhadap krisis karena corona.

"Kalau dibandingkan dengan krisis yang saat ini terjadi karena Covid-19 berbeda, hampir di beberapa negara, semua tidak bisa dengan mudah dihindarkan," lanjut Akhmad.

Saat ini yang perlu dilakukan pemerintah adalah mengendalikan persebaran Covid-19. Sebab, dengan menahan laju persebarannya akan memberikan pengaruh terhadap kestabilan ekonomi kecil.

Hal ini pun turut ditegaskan Ketua Asosiasi UMKM Indonesia Ikhsan Ingratubun. Dia mengatakan, wabah korona tentunya sangat mengganggu pendapatan para pelaku usaha, khususnya di sektor UMKM. Mereka sulit mengatur modal dan gaji karyawan karena kurangnya pemasukan. Bila bisa ditekan, sektor UMKM masih bisa berjalan.

"Seperti yang kita lihat saat ini, banyak para pelaku usaha memilih untuk kembali ke kampungnya daripada harus berdiam diri di Jakarta tanpa ada pemasukan dan menghabiskan pendapatan mereka saja," kata Ikhsan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4597 seconds (0.1#10.140)