Vaksinasi Senjata Pemulihan Ekonomi, Pengusaha Minta Dilibatkan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Program vaksinasi masih menjadi senjata dalam pemulihan ekonomi Indonesia. Ketua umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) , Hariyadi Sukamdani meminta pemerintah untuk melepas vaksin gotong royong pada pihak swasta agar mempercepat proses vaksinasi .
“Kuncinya adalah seluruh masyarakat Indonesia harus divaksin. Indonesia ini sebenarnya terlambat karena dari 20 juta vaksin yang di rencanakan, yang datang hanya 450 ribu vaksin,” ujarnya dalam diskusi daring ‘Pemulihan Ekonomi Di masa Pandemi’, Jumat (18/6/2021).
Ia mengkhawatirkan proses penyebaran vaksin ini akan semakin lama jika pihak swasta tidak diikutserakan dalam pembelian vaksin.
“Semestinya jika pintu dibuka selain biofarma, saya rasa akan banyak pihak swasta yang mengambil peran. Sehingga penyebaran vaksin bisa lebih cepat. Misalnya ada masyarakat yang memiliki dana ingin membeli paket vaksin secara mandiri. Menurut saya itu kan jauh lebih cepat dibanding harus semuanya menunggu vaksin subsidi pemerintah,” terangnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso menerangkan, tingkat vaksinasi global secara harian masih terus melaju, terutama di Asia khususnya China yang mampu menyuntikkan 20 juta dosis dalam sehari.
Indonesia harus berkaca pada negara tetangga yang dapat melakukan penyebaran vaksin secara cepat dan merata dengan distribusi vaksin maupun protokol kesehatan. Dunia mengatakan ekonomi akan membaik. Sebab negara-negara maju sudah membuktikan keberhasilannya dalam pemulihan ekonomi dengan penggunaan vaksin.
Indonesia sudah ada tanda-tanda membaik. Namun, Wimboh menyampaikan, ada sektor-sektor yang perlu diperhatikan seperti penerbangan, travel, dan perhotelan. Sebab, dari sektor inilah yang memberi peran besar dalam pemulihan ekonomi negara.
“Sekarang ini kalau kita tidak berani naik pesawat, pesawatnya kosong. Dari sekian pesawat hanya sekian saja yang diterbangkan. Yang spending banyak ya turis-turis. Kalau turis tidak ada, hotel sepi. Begitu hotel tidak ada yang nginap, penyewaan mobil di Bali bisa gulung tikar. Dan restoran juga sama,” jelasnya.
Menurutnya, selama mobilitas belum pulih, sulit untuk mengembalikan sektor-sektor tersebut membaik. Maka dari itu, perolehan vaksinasi sangat penting guna memberikan penangkal dalam diri setiap orang supaya dapat melakukan mobilitas dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Gubernur Bank Indonesia, Doni Primanto Joewono mengungkapkan, mobilitas orang-orang Indonesia sangat tinggi melebihi pre-Covid 19. Tak bisa dipungkiri masyarakat Indonesia memiliki keinginan yang tinggi melakukan mobilitas.
Ia menilai, ada sisi baik dalam semangat orang Indonesia dalam mengembalikkan keadaan ekonomi. Seperti mulai merintis UMKM, berjualan dan lain sebagainya. Tentu dalam kegiatannya tak jauh dari mobilitas. Doni mengingatkan, hal itu boleh dilakukan dengan catatan patuhi prokes.
“Orang Indonesia kurang hati-hati. Seluruh masyarakat Indonesia boleh melakukan mobilitas seperti usaha UMKM dan lain-lain tapi yang perlu diingat tetap patuh prokes. Karena itulah yang mengembalikkan ekonomi kita,” tuturnya.
Ia menambahkan, dalam pemulihan ekonomi, negara jangan bertumbuh pada kegiatan konsumsi terus menerus. Sebab, Indonesia memiliki peluang besar melakukan ekspor. Hal ini bisa dilakukan sebagai salah satu cara memulihkan ekonomi.
“Kuncinya adalah seluruh masyarakat Indonesia harus divaksin. Indonesia ini sebenarnya terlambat karena dari 20 juta vaksin yang di rencanakan, yang datang hanya 450 ribu vaksin,” ujarnya dalam diskusi daring ‘Pemulihan Ekonomi Di masa Pandemi’, Jumat (18/6/2021).
Ia mengkhawatirkan proses penyebaran vaksin ini akan semakin lama jika pihak swasta tidak diikutserakan dalam pembelian vaksin.
“Semestinya jika pintu dibuka selain biofarma, saya rasa akan banyak pihak swasta yang mengambil peran. Sehingga penyebaran vaksin bisa lebih cepat. Misalnya ada masyarakat yang memiliki dana ingin membeli paket vaksin secara mandiri. Menurut saya itu kan jauh lebih cepat dibanding harus semuanya menunggu vaksin subsidi pemerintah,” terangnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso menerangkan, tingkat vaksinasi global secara harian masih terus melaju, terutama di Asia khususnya China yang mampu menyuntikkan 20 juta dosis dalam sehari.
Indonesia harus berkaca pada negara tetangga yang dapat melakukan penyebaran vaksin secara cepat dan merata dengan distribusi vaksin maupun protokol kesehatan. Dunia mengatakan ekonomi akan membaik. Sebab negara-negara maju sudah membuktikan keberhasilannya dalam pemulihan ekonomi dengan penggunaan vaksin.
Indonesia sudah ada tanda-tanda membaik. Namun, Wimboh menyampaikan, ada sektor-sektor yang perlu diperhatikan seperti penerbangan, travel, dan perhotelan. Sebab, dari sektor inilah yang memberi peran besar dalam pemulihan ekonomi negara.
“Sekarang ini kalau kita tidak berani naik pesawat, pesawatnya kosong. Dari sekian pesawat hanya sekian saja yang diterbangkan. Yang spending banyak ya turis-turis. Kalau turis tidak ada, hotel sepi. Begitu hotel tidak ada yang nginap, penyewaan mobil di Bali bisa gulung tikar. Dan restoran juga sama,” jelasnya.
Menurutnya, selama mobilitas belum pulih, sulit untuk mengembalikan sektor-sektor tersebut membaik. Maka dari itu, perolehan vaksinasi sangat penting guna memberikan penangkal dalam diri setiap orang supaya dapat melakukan mobilitas dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Gubernur Bank Indonesia, Doni Primanto Joewono mengungkapkan, mobilitas orang-orang Indonesia sangat tinggi melebihi pre-Covid 19. Tak bisa dipungkiri masyarakat Indonesia memiliki keinginan yang tinggi melakukan mobilitas.
Ia menilai, ada sisi baik dalam semangat orang Indonesia dalam mengembalikkan keadaan ekonomi. Seperti mulai merintis UMKM, berjualan dan lain sebagainya. Tentu dalam kegiatannya tak jauh dari mobilitas. Doni mengingatkan, hal itu boleh dilakukan dengan catatan patuhi prokes.
“Orang Indonesia kurang hati-hati. Seluruh masyarakat Indonesia boleh melakukan mobilitas seperti usaha UMKM dan lain-lain tapi yang perlu diingat tetap patuh prokes. Karena itulah yang mengembalikkan ekonomi kita,” tuturnya.
Ia menambahkan, dalam pemulihan ekonomi, negara jangan bertumbuh pada kegiatan konsumsi terus menerus. Sebab, Indonesia memiliki peluang besar melakukan ekspor. Hal ini bisa dilakukan sebagai salah satu cara memulihkan ekonomi.
(akr)