Menjaring Investasi ala Dubes RI untuk Singapura Suryo Pratomo
loading...
A
A
A
JAKARTA - Singapura menjadi negara terbesar yang berinvestasi di Indonesia pada kuartal II-2021 sebesar USD2,1 miliar. Duta Besar Indonesia untuk Singapura Suryo Pratomo pun membeberkan tiga jurus jitu agar investasi asing bisa masuk ke Indonesia.
Pertama adalah kredibiltas pemangku kepentingan. Tommy menyebut bahwa semua stakeholder yang terkait perlu menunjukkan bahwa investasi di Indonesia bisa terjamin dan terlaksana. "Pertama adalah kredibilitas, kita harus menunjukkan bahwa kita bukan hanya potensial tetapi berbisnis di Indonesia bisa terjamin dan bisa terlaksana," terangnya dalam Market Review, Jumat (6/8/2021).
Kedua, menurut Tommy, adalah kecepatan dalam pengambilan keputusan. Baginya, pemerintah daerah harus lebih proaktif saat ada peluang masuknya investasi asing. "Kedua, kecepatan mengambil keputusan, pemda tentunya harus lebih proaktif jangan hanya sekedar menunggu, ketika ada peluang harus difollow up sampai betul-betul terlaksana," jelasnya.
Bagi Tommy yang terakhir adalah bagaimana investasi asing di daerah tersebut dapat dilihat dan dirasakan hasilnya. Tak ketinggalan Tommy juga membeberkan bahwa Indonesia telah memiliki kesiapan menerima masuknya investasi asing, tetapi selalu terganjal eksekusinya.
"Nah, ini saya kira PR terberat bagi kita, UU sudah siap, infrastruktur selama 8 tahun sudah dibangun, kemudian kesempatannya ada, sekarang bagaimana pelaksananya bisa proaktif dan cepat melaksanakan apa yang menjadi keharusannya, jangan menunggu esok, karena esok hari peluang itu bisa diambil oleh negara lain," tegas Tommy.
Untuk diketahui, Singapura masih menduduki peringkat pertama sebagai negara penanam modal asing terbesar di Indonesia. Rinciannya, Singapura USD2,1 miliar, Hong Kong USD1,4 miliar, Belanda USD1,1 miliar, Jepang USD700 juta, dan China USD600 juta. "Presiden selalu menyatakan yang menentukan sebuah negara itu maju dan menjadi pemenang bukan besar kecilnya, tapi siapa yang paling cepat melakukan eksekusi," tukas Tommy.
Pertama adalah kredibiltas pemangku kepentingan. Tommy menyebut bahwa semua stakeholder yang terkait perlu menunjukkan bahwa investasi di Indonesia bisa terjamin dan terlaksana. "Pertama adalah kredibilitas, kita harus menunjukkan bahwa kita bukan hanya potensial tetapi berbisnis di Indonesia bisa terjamin dan bisa terlaksana," terangnya dalam Market Review, Jumat (6/8/2021).
Kedua, menurut Tommy, adalah kecepatan dalam pengambilan keputusan. Baginya, pemerintah daerah harus lebih proaktif saat ada peluang masuknya investasi asing. "Kedua, kecepatan mengambil keputusan, pemda tentunya harus lebih proaktif jangan hanya sekedar menunggu, ketika ada peluang harus difollow up sampai betul-betul terlaksana," jelasnya.
Bagi Tommy yang terakhir adalah bagaimana investasi asing di daerah tersebut dapat dilihat dan dirasakan hasilnya. Tak ketinggalan Tommy juga membeberkan bahwa Indonesia telah memiliki kesiapan menerima masuknya investasi asing, tetapi selalu terganjal eksekusinya.
"Nah, ini saya kira PR terberat bagi kita, UU sudah siap, infrastruktur selama 8 tahun sudah dibangun, kemudian kesempatannya ada, sekarang bagaimana pelaksananya bisa proaktif dan cepat melaksanakan apa yang menjadi keharusannya, jangan menunggu esok, karena esok hari peluang itu bisa diambil oleh negara lain," tegas Tommy.
Untuk diketahui, Singapura masih menduduki peringkat pertama sebagai negara penanam modal asing terbesar di Indonesia. Rinciannya, Singapura USD2,1 miliar, Hong Kong USD1,4 miliar, Belanda USD1,1 miliar, Jepang USD700 juta, dan China USD600 juta. "Presiden selalu menyatakan yang menentukan sebuah negara itu maju dan menjadi pemenang bukan besar kecilnya, tapi siapa yang paling cepat melakukan eksekusi," tukas Tommy.
(nng)