Perry Optimis Ekonomi Indonesia Bisa Terhindar dari Resesi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimis bahwa perekonomian Indonesia bisa terhindar dari ancaman resesi akibat pandemi Covid-19 dan ketidakpastian global.
Perry menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terbilang baik. Selain itu, bank sentral telah membuat proyeksi berdasarkan perkembangan dari domestik dan kondisi global.
"Kami sudah perkirakan selama PSBB 2,5 bulan (pertumbuhan ekonomi) dari 2,97% akan turun, kemudian naik lagi. Harapannya mendekati 2,3% (full year), tentu harus dipersiapkan dalam mencegah resesi," ujar Perry terkait dengan risiko resesi dalam taklimat media di YouTube, Jumat (5/6/2020).
Meski demikian, kata Perry, perkiraan BI tersebut dapat berubah karena pergerakan global dan domestik yang dinamis. Oleh karena itu, Perry menuturkan BI harus memperhatikan perkembangan pada kuartal II 2020.
Oleh karena itu, sambung Perry, saat ini diperlukan stimulus dari pemerintah untuk menahan perlambatan bahkan kontraksi ekonomi hingga akhir 2020.
Selain langkah persiapan dan stimulus, keyakinan ini juga tercermin dari Defisit Transaksi Berjalan (Current Account Defisit/CAD) yang terpantau semakin membaik. Sepanjang tahun 2020, CAD diperkirakan lebih rendah 2% dari PDB.
Hal ini ditambah dengan suku bunga SBN yang menarik. "Perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri, SBN kita yang 10 tahun itu 7,06%, suku bunga US Treasury Bond 10 tahun itu 0,8%, bedanya 6,2%, itu tinggi kan dan imbal hasil investasi aset keuangan Indonesia ini masih tinggi," pungkasnya.
Perry menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terbilang baik. Selain itu, bank sentral telah membuat proyeksi berdasarkan perkembangan dari domestik dan kondisi global.
"Kami sudah perkirakan selama PSBB 2,5 bulan (pertumbuhan ekonomi) dari 2,97% akan turun, kemudian naik lagi. Harapannya mendekati 2,3% (full year), tentu harus dipersiapkan dalam mencegah resesi," ujar Perry terkait dengan risiko resesi dalam taklimat media di YouTube, Jumat (5/6/2020).
Meski demikian, kata Perry, perkiraan BI tersebut dapat berubah karena pergerakan global dan domestik yang dinamis. Oleh karena itu, Perry menuturkan BI harus memperhatikan perkembangan pada kuartal II 2020.
Oleh karena itu, sambung Perry, saat ini diperlukan stimulus dari pemerintah untuk menahan perlambatan bahkan kontraksi ekonomi hingga akhir 2020.
Selain langkah persiapan dan stimulus, keyakinan ini juga tercermin dari Defisit Transaksi Berjalan (Current Account Defisit/CAD) yang terpantau semakin membaik. Sepanjang tahun 2020, CAD diperkirakan lebih rendah 2% dari PDB.
Hal ini ditambah dengan suku bunga SBN yang menarik. "Perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri, SBN kita yang 10 tahun itu 7,06%, suku bunga US Treasury Bond 10 tahun itu 0,8%, bedanya 6,2%, itu tinggi kan dan imbal hasil investasi aset keuangan Indonesia ini masih tinggi," pungkasnya.
(bon)