Mengungkap Urgensi Pemindahan Ibu Kota Negara ke Kalimantan Timur
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang/Wakil Kepala Badan Pertanahan Nasional (Wamen ATR/Waka BPN), Surya Tjandra mengatakan, urgensi terkait dengan pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur , di antaranya kelangkaan air bersih di Jawa yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2040-2045 mendatang. Disamping itu juga ada ancaman bencana alam, dan geopolitik.
"Konsekuensi lain di Jawa juga tanahnya sangat subur dibanding pulau lain, tapi secara umum sudah banyak sekali orang, sementara ketersediaan lahan juga sangat terbatas. Kita perlu membayangkan ada tempat lain yang bisa dibangun menjadi satu lokasi pembangunan baru, centre of gravity yang baru," ujar Surya Tjandra pada keterangan tertulisnya.
Menurut Surya Tjandra, pembangunan IKN baru memang perlu menjadi perhatian semua pihak karena dari segi perencanaan selalu ditemukan blind spot atau masalah-masalah yang timbul ketika isu tersebut diangkat.
Menurutnya pembangunan daerah penyangga Ibu Kota Baru dipandang penting karena harapannya ada pemerataan pembangunan bagi daerah di sekeliling IKN. Sebab menurutnya perlu juga mendorong kawasan penyangga IKN yang memang bisa mendukung kebutuhan secara demografik, geografis IKN yang nantinya menjadi pusat ekonomi baru.
"Perlu juga infrastruktur pembangunan, kita butuh orang, kalau tidak apa gunanya pembangunan kalau tidak ada manfaat," lanjut Surya Tjandra.
Salah satu contoh nyata dari pentingnya pembangunan daerah penyangga IKN, yaitu Kota Samarinda. Surya Tjandra menjelaskan sejak ditetapkan Kalimantan Timur sebagai IKN, investasi di beberapa daerah penyangga yang berdekatan dengan IKN mulai meningkat, namun investasi perlu disesuaikan dengan rencana tata ruang.
"Merubah itu butuh strategi, butuh pemahaman yang mendalam dari kepala daerah, juga timnya untuk menyiapkan itu secara seksama, rapih, dan tepat. Karena pada saat yang sama dituntut untuk menjaga kualitas dan daya dukung lingkungan yang memang alasan dipilihnya Kaltim karena dianggap lingkungannya masih bagus," ungkapnya.
"Konsekuensi lain di Jawa juga tanahnya sangat subur dibanding pulau lain, tapi secara umum sudah banyak sekali orang, sementara ketersediaan lahan juga sangat terbatas. Kita perlu membayangkan ada tempat lain yang bisa dibangun menjadi satu lokasi pembangunan baru, centre of gravity yang baru," ujar Surya Tjandra pada keterangan tertulisnya.
Menurut Surya Tjandra, pembangunan IKN baru memang perlu menjadi perhatian semua pihak karena dari segi perencanaan selalu ditemukan blind spot atau masalah-masalah yang timbul ketika isu tersebut diangkat.
Menurutnya pembangunan daerah penyangga Ibu Kota Baru dipandang penting karena harapannya ada pemerataan pembangunan bagi daerah di sekeliling IKN. Sebab menurutnya perlu juga mendorong kawasan penyangga IKN yang memang bisa mendukung kebutuhan secara demografik, geografis IKN yang nantinya menjadi pusat ekonomi baru.
"Perlu juga infrastruktur pembangunan, kita butuh orang, kalau tidak apa gunanya pembangunan kalau tidak ada manfaat," lanjut Surya Tjandra.
Salah satu contoh nyata dari pentingnya pembangunan daerah penyangga IKN, yaitu Kota Samarinda. Surya Tjandra menjelaskan sejak ditetapkan Kalimantan Timur sebagai IKN, investasi di beberapa daerah penyangga yang berdekatan dengan IKN mulai meningkat, namun investasi perlu disesuaikan dengan rencana tata ruang.
"Merubah itu butuh strategi, butuh pemahaman yang mendalam dari kepala daerah, juga timnya untuk menyiapkan itu secara seksama, rapih, dan tepat. Karena pada saat yang sama dituntut untuk menjaga kualitas dan daya dukung lingkungan yang memang alasan dipilihnya Kaltim karena dianggap lingkungannya masih bagus," ungkapnya.
(akr)