Jejak Miliarder Teknologi Asal Indonesia, Otto Toto Sugiri Punya Kekayaan Rp35,77 Triliun

Jum'at, 11 Februari 2022 - 17:14 WIB
loading...
A A A
“Kami mengembangkan sistem IT bank, dari back office hingga akuntansi. Saya bekerja dengan departemen yang berbeda untuk membuat perangkat lunak agar pekerjaan lebih efisien. Salah satu keberhasilan yang saya ingat adalah staf akuntansi bisa pulang sebelum matahari terbenam. Sebelumnya mereka bekerja hingga hampir tengah malam mengerjakan pembukuan manual,” kata Sugiri.

Dia pergi untuk memulai perusahaan perangkat lunaknya sendiri, Sigma Cipta Caraka pada tahun 1989 dengan modal USD200.000 —cukup untuk membayar gaji dan sewa sepuluh bulan. Ia bergabung dengan enam mantan pegawai Bank Bali, termasuk Marina Budiman, yang kini menjabat sebagai presiden komisaris DCI.

Itu adalah waktu yang tepat. Pemerintah baru saja menderegulasi industri perbankan, dan jumlah bank melonjak dari 111 pada 1988 menjadi 240 pada 1994. Bank-bank baru ini membutuhkan dukungan TI, dan Sigma segera memesan klien pertamanya. Hal itu menguntungkan dalam tahun pertama, dengan pendapatan USD1,2 juta.

Sementara Sigma menjadi distributor untuk IBM, penghasil pendapatan utama perusahaan segera menjadi miliknya sendiri. Pesaing utamanya adalah Multipolar, yang dimiliki oleh grup Lippo milik Mochtar Riady. Tetapi Multipolar hanya menjual perangkat lunak impor yang mahal, sedangkan Sugiri menawarkan perangkat lunak lebih murah yang telah diprogramnya bersama timnya untuk kondisi pasar lokal.

Lalu seorang teman mendekati Sugiri dengan ide untuk memulai penyedia layanan internet pertama di Indonesia. Pasangan ini awalnya hanya ingin memberi siswa Indonesia cara yang lebih murah dan lebih cepat untuk mengakses materi pembelajaran yang diimpor.

“Buku mahal waktu itu dan butuh waktu untuk sampai ke Indonesia,” katanya. Pada tahun 1994, mereka meluncurkan Indointernet, memberikan tidak hanya pelajar tetapi semua orang Indonesia kesempatan untuk menjelajahi web di seluruh dunia untuk pertama kalinya.

Sigma masih kuat. Sejak Sugiri menjalankan bisnisnya tanpa hutang, ia berhasil bertahan dari krisis keuangan Asia, dan pada puncaknya, Sigma dilaporkan menghasilkan pendapatan sekitar USD21 juta dan memiliki 50 klien bank termasuk ABN Amro dan Bank of Tokyo. Sugiri juga mulai mencoba-coba pusat data, mengoperasikan dua di antaranya.

Pada tahun 2008, Sugiri menjual 80% kepemilikan di Sigma ke perusahaan telekomunikasi terbesar di negara itu, Telekomunikasi Indonesia (Telkom), seharga USD35 juta. Telkom mempermanis kesepakatan dengan mengatakan akan membantu Sugiri menuju perusahaan publik. Ketika listing itu tidak terwujud, Sugiri dua tahun kemudian menjual sisa sahamnya seharga USD9 juta dan berpikir untuk pensiun.



Ide itu untungnya hanya berumur pendek. Pada tahun 2011, pemerintah Indonesia mengumumkan niatnya untuk menggunakan data Indonesia di darat, yang mencegah penggunaan pusat lepas pantai.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2368 seconds (0.1#10.140)