Perkuat Pembiayaan Perbankan, Begini Jurus BI
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo melaporkan bahwa kebijakan makroprudensial akomodatif selama triwulan I 2022 terus diperkuat untuk mendukung pembiayaan ekonomi dari perbankan guna pemulihan ekonomi nasional. Ada beberapa langkah yang ditempuh dalam memenuhi penguatan tersebut.
"Yang pertama, memberikan insentif berupa pelonggaran atas kewajiban pemenuhan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah hingga sebesar 1% bagi bank-bank yang menyalurkan kredit pembiayaan kepada sektor prioritas dan UMKM, dan atau memenuhi target rasio pembiayaan inklusif makroprudensial dan ini mulai berlaku pada 1 Maret 2022," ujar Perry dalam konferensi pers virtual Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Rabu (13/4/2022).
Dia menyebutkan bahwa kebijakan makroprudensial akomodatif juga terus diperkuat dengan kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) dengan pendalaman spread suku bunga kredit perbankan termasuk dengan perbandingan negara kawasan. BI juga melanjutkan akselerasi digitalisasi memperkuat sistem pembayaran yang cepat, mudah, murah, aman, dan handal.
"Serta memastikan kecukupan kebutuhan uang, distribusi uang, dan layanan kas dalam rangka mendorong konsumsi masyarakat untuk pemulihan ekonomi termasuk dalam rangka menyambut bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri 2022," ungkap Perry.
BI, sambung dia, juga terus melakukan perluasan QRIS melalui implementasi program SIAP pakai QRIS untuk mencapai target tambahan 15 juta pengguna baru QRIS pada tahun 2022. Ditambah serta meningkatkan batas transaksi QRIS dari semula Rp5 juta menjadi dua kali lipat, yaitu Rp10 juta yang berlaku pada 1 Maret 2022.
"Semuanya dilakukan untuk mendorong peningkatan konsumsi masyarakat," tambah Perry.
"Yang pertama, memberikan insentif berupa pelonggaran atas kewajiban pemenuhan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah hingga sebesar 1% bagi bank-bank yang menyalurkan kredit pembiayaan kepada sektor prioritas dan UMKM, dan atau memenuhi target rasio pembiayaan inklusif makroprudensial dan ini mulai berlaku pada 1 Maret 2022," ujar Perry dalam konferensi pers virtual Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Rabu (13/4/2022).
Dia menyebutkan bahwa kebijakan makroprudensial akomodatif juga terus diperkuat dengan kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) dengan pendalaman spread suku bunga kredit perbankan termasuk dengan perbandingan negara kawasan. BI juga melanjutkan akselerasi digitalisasi memperkuat sistem pembayaran yang cepat, mudah, murah, aman, dan handal.
"Serta memastikan kecukupan kebutuhan uang, distribusi uang, dan layanan kas dalam rangka mendorong konsumsi masyarakat untuk pemulihan ekonomi termasuk dalam rangka menyambut bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri 2022," ungkap Perry.
BI, sambung dia, juga terus melakukan perluasan QRIS melalui implementasi program SIAP pakai QRIS untuk mencapai target tambahan 15 juta pengguna baru QRIS pada tahun 2022. Ditambah serta meningkatkan batas transaksi QRIS dari semula Rp5 juta menjadi dua kali lipat, yaitu Rp10 juta yang berlaku pada 1 Maret 2022.
"Semuanya dilakukan untuk mendorong peningkatan konsumsi masyarakat," tambah Perry.
(akr)