Bukan Batu Bara Apalagi Emas, Ini Harta Karun Indonesia Sesungguhnya: Sudah Hasilkan Devisa Rp3.220 Triliun
loading...
A
A
A
Hanya batu bara yang mampu membuat ekspor minyak sawit bertekuk lutut. Di sepanjang periode 2012-2018 nilai ekspor batu bara mencapai USD131,84 miliar atau 13,9% lebih besar dibanding total ekspor minyak sawit.
Namun di tahun 2021, ekspor minyak sawit menjadi jawara dengan perolahan devisa sebesar USD35 miliar. Sementara ekspor batu bara sebesar USD26,54 miliar.
Yang perlu dicatat adalah masalah keberlanjutan ekspor antara minyak sawit dan batu bara atau bahan tambang lainnya. Kementerian ESDM mengungkap sumber daya batu bara Indonesia saat ini berjumlah 113 miliar ton dengan cadangan terbukti hanya 33 miliar ton.
Dengan produksi antara 500 juta hingga 600 juta per tahun, maka dalam beberapa tahun ke depan cadangan batu bara Indonesia akan ludes. Dengan catatan, tidak ditemukan lagi cadangan terbukti baru.
"Cadangan batu bara diperkirakan akan habis tahun 2040. Ini akan habis kalau tidak melakukan eksplorasi. Cadangan hari ini tidak pernah bertambah, kalau cadangan kan artinya sudah terbukti bisa ditambang dan memiliki nilai ekonomi," kata Kasubdit Bimbingan Usaha Batubara Kementerian ESDM Heriyanto, Januari lalu.
Ditambah dengan kebijakan dunia terkait energi bersih dan pengurangan emisi karbon, nasib komoditas batu bara sebagai harta karun Indonesia semakin suram ke depannya. Dunia telah bersepakat untuk mengurangi penggunaan energi dari batu bara saat KTT COP26 di Glasgow, akhir tahun lalu.
China sebagai pengguna batu bara terbesar di dunia sudah berjanji akan mengurangi konsumsinya. Sementara Indonesia akan menghentikan pembangkit listrik batu bara pada 2025.
Sementara, ekspor minyak sawit tidak tergantung pada cadangan. Sebagai komoditas yang bisa diperbarui, minyak sawit akan terus ada. Caranya dengan peremajaan pohon sawit (replanting). Apalagi, iklim Indonesia sangat bersahabat dengan pohon sawit.
Jadi minyak sawit sejatinya adalah harta karun Indonesia yang tak akan pernah habis. Minyak sawit akan selalu menjadi pendulang devisa. Itulah hakikat harta karun sejati.
Namun di tahun 2021, ekspor minyak sawit menjadi jawara dengan perolahan devisa sebesar USD35 miliar. Sementara ekspor batu bara sebesar USD26,54 miliar.
Yang perlu dicatat adalah masalah keberlanjutan ekspor antara minyak sawit dan batu bara atau bahan tambang lainnya. Kementerian ESDM mengungkap sumber daya batu bara Indonesia saat ini berjumlah 113 miliar ton dengan cadangan terbukti hanya 33 miliar ton.
Dengan produksi antara 500 juta hingga 600 juta per tahun, maka dalam beberapa tahun ke depan cadangan batu bara Indonesia akan ludes. Dengan catatan, tidak ditemukan lagi cadangan terbukti baru.
"Cadangan batu bara diperkirakan akan habis tahun 2040. Ini akan habis kalau tidak melakukan eksplorasi. Cadangan hari ini tidak pernah bertambah, kalau cadangan kan artinya sudah terbukti bisa ditambang dan memiliki nilai ekonomi," kata Kasubdit Bimbingan Usaha Batubara Kementerian ESDM Heriyanto, Januari lalu.
Ditambah dengan kebijakan dunia terkait energi bersih dan pengurangan emisi karbon, nasib komoditas batu bara sebagai harta karun Indonesia semakin suram ke depannya. Dunia telah bersepakat untuk mengurangi penggunaan energi dari batu bara saat KTT COP26 di Glasgow, akhir tahun lalu.
China sebagai pengguna batu bara terbesar di dunia sudah berjanji akan mengurangi konsumsinya. Sementara Indonesia akan menghentikan pembangkit listrik batu bara pada 2025.
Sementara, ekspor minyak sawit tidak tergantung pada cadangan. Sebagai komoditas yang bisa diperbarui, minyak sawit akan terus ada. Caranya dengan peremajaan pohon sawit (replanting). Apalagi, iklim Indonesia sangat bersahabat dengan pohon sawit.
Jadi minyak sawit sejatinya adalah harta karun Indonesia yang tak akan pernah habis. Minyak sawit akan selalu menjadi pendulang devisa. Itulah hakikat harta karun sejati.