Terbongkar! Ini Rencana Darurat Jerman Jika Rusia Tiba-tiba Stop Pasokan Gas

Selasa, 10 Mei 2022 - 16:56 WIB
loading...
Terbongkar! Ini Rencana Darurat Jerman Jika Rusia Tiba-tiba Stop Pasokan Gas
Pemerintah Jerman diam-diam menyiapkan rencana darurat mengantisipasi kemungkinan distopnya pasokan gas Rusia secara tiba-tiba. Foto/Ilustrasi/Reuters
A A A
BERLIN - Para pejabat Jerman diam-diam mempersiapkan rencana untuk mengantisipasi penghentian tiba-tiba pasokan gas Rusia. Rencana darurat yang disiapkan antara lain mencakup pengambilalihan kontrol perusahaan-perusahaan energi penting.

Mengutip tiga orang sumber yang mengetahui masalah tersebut, Reuters menyebutkan bahwa persiapan itu dipimpin oleh Kementerian Urusan Ekonomi. Persiapan itu dinilai menunjukkan kewaspadaan yang tinggi tentang pasokan gas yang menggerakkan ekonomi terbesar Eropa tersebut.

Gas Rusia menyumbang 55% dari impor Jerman tahun lalu dan Berlin berada di bawah tekanan untuk melepaskan hubungan bisnis yang menurut para kritikus membantu mendanai perang Rusia di Ukraina.



Jerman menegaskan keinginannya untuk menghentikan pasokan energi dari Rusia. Akan tetapi, negara itu juga mengakui bahwa mereka masih bergantung pada Moskow untuk gas setidaknya hingga pertengahan 2024.

Masih belum jelas apakah penghentian pasokan gas secara mendadak akan terjadi. Di sisi lain, para pejabat negara itu mengatakan bahwa Jerman ingin mencegah eskalasi, seperti dengan mendukung embargo gas Eropa, setelah mendukung sanksi terhadap Moskow atas batu bara dan minyak.

Tapi mereka sekarang takut Rusia menyetop aliran gas secara sepihak dan ingin agar dapat mengatasinya jika hal itu benar-benar terjadi. Rincian tentang bagaimana rencana itu akan dilaksanakan menurut para pejabat tersebut sekarang sedang dibahas.

Menurut para sumber tersebut, Pemerintah akan kembali memberikan pinjaman dan jaminan lebih lanjut untuk menopang perusahaan energi, membantu mereka mengatasi kenaikan harga, dan dapat mengambilalih perusahaan energi penting, seperti kilang, jika diperlukan.

Diminta untuk mengomentari langkah-langkah tersebut, kementerian ekonomi Jerman menunjuk pada pernyataan ketuanya, Wakil Rektor Robert Habeck, bahwa negara itu telah melakukan "upaya intensif" dalam beberapa pekan terakhir untuk mengurangi penggunaan energi Rusia.

Bulan lalu, Berlin menyetujui perubahan hukum untuk memungkinkannya mengambil alih perusahaan energi sebagai upaya terakhir.

Menurut para sumber, saat ini sedang dibahas bagaimana tindakan tersebut dapat dilakukan dalam praktik, seperti misalnya dengan mengambil kendali kilang PCK yang dioperasikan oleh Rosneft Rusia di Schwedt dekat Polandia. Kilang ini menyumbang sebagian besar sisa impor minyak Rusia Jerman dan dapat terkena embargo minyak Uni Eropa.

Salah satu sumber mengatakan bahwa nasionalisasi perusahaan energi adalah pilihan yang sedang dipertimbangkan. Akan tetapi, langkah itu harus dipertimbangkan dengan hati-hati dan dibenarkan dengan alasan mengamankan pasokan energi, bukan terkait sanksi bagi Rusia.

Dua orang yang mengetahui masalah tersebut mnambahkan, Jerman juga dapat mengambil saham di perusahaan lain. Pada tahun 2018, Jerman mengambil langkah itu ketika bank pembangunan negara KfW membeli 20% dari operator jaringan energi 50Hertz untuk menepis tawaran dari State Grid China.



Paket darurat pemerintah terakhir belum diselesaikan. Salah satu orang memperingatkan bahwa mengambil saham minoritas di perusahaan dan intervensi di kilang Schwedt tetap dalam diskusi, tetapi belum diputuskan.

Para pejabat juga memeriksa bagaimana KfW dapat mengurangi tekanan pada perusahaan kritis dengan mendukung mereka dengan pinjaman lebih lanjut, atau jalur kredit darurat yang dapat mereka gunakan jika harga energi melonjak dan memicu margin call yang mahal pada posisi pasar mereka.

Awal tahun ini, KfW membantu perusahaan energi Jerman Uniper, divisi gas EnBW VNG dan operator pembangkit listrik tenaga batu bara Leag mengatasi volatilitas di pasar energi.

Jerman juga memeriksa bagaimana mereka akan menjatah gas dalam keadaan darurat. Regulatornya sedang mempertimbangkan apakah akan memberikan prioritas industri di atas rumah tangga, yang akan menjadi kebalikan dari kebijakan saat ini di mana bisnis akan dihentikan terlebih dahulu.
(fai)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1888 seconds (0.1#10.140)